13 | Lomba

9.5K 375 0
                                    

Selamat membaca




/Dia bagai mawar di tepi jurang. Terlihat paling bersinar indah tetapi tak bisa di jangkau oleh manusia/


>>>>>>><<<<<

Zioga menatap foto yang di pajang diatas nakas dekat tempat tidurnya. Foto semasa SMP nya bersama Melinda. Melinda tersenyum lebar disana sedangkan Zioga tertawa menatap ke kamera, selembar kertas bergambar yang sangat berharga dengan kenangannya.

"Maafin gue Mel."

Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur tidurnya. Dia mulai memutar memori bersama Melinda disaat saat bahagianya dulu. Ke danau, melempar batu ke atas genteng rumah orang, dikejar anjing, manjat pohon, dan banyak lagi lainnya termasuk sepedaan.

"Zio. Kalau nanti suatu hari aku pergi dari hidup kamu, kamu jangan sedih ya?"

"Ngomong apasih lo! "

"Aku serius. Aku cuman mau minta tolong satu hal sama kamu karena selain kamu aku gak bisa percaya sama orang lain.

"Lo mau minta tolong apa?"

"Aku titip adik aku. Tolong jagain adik aku."

"Lah. Kenapa gue sih?! Kenal adik Lo aja enggak. Sumpah gue gak tau Lo ada adik anjir!"

"Hehe. Kalian kan suka lupa padahal aku sering cerita. Tapi yang pasti kamu harus berjanji jagain dia buat aku, ya?"

"Hmm iya. Tapi siapa orangnya?"

"Nanti juga kamu tau. Oh ya Zio, adik aku itu walau hatinya kayak batu aslinya dia itu baik banget loh, dia selalu mengalah sama aku, intinya aku yang buat dia menderita karena orangtuaku lebih perhatian ke aku dari pada dia. Kamu jangan sakitin dia aku bisa hantuin kamu kalau sampai iya!"

"Bacod Lo."

"Ih seriusss."

"Apanya?"

"Hubungan kita mau gak?"

"Ogah!"

"ZIOOO!!"

"Hahahaha."

Tanpa terasa air mata cowok itu menetes di kelopak matanya. Ia memeluk bingkai foto itu sambil menutup matanya menggunakan punggung tangannya.

"Lo berarti banget Mel buat gue. Maaf karena gue gak mewujudkan keinginan lo yang mau jadi pacar gue dan melihat bintang. Maaf. "

>>>>>><<<<<<

Ona duduk di tangga dekat lapangan. Sambil menyesap jus beri bayamnya itu dia tersenyum begitu anak kelasnya menyoraki Nada yang ikut lari maraton mengelilingi lapangan sekolah sampai ke garis finish.

"HUAAAA!!"

"AYOO NADD!"

"YUHU!!!"

"YEEEYYY!!"

Kelas mereka menang.

Nada menepi ngos-ngosan ke pinggir lapangan. Ia menatap Ona yang melambaikan tangannya. Gadis itu menghampiri Ona menerima botol minum pemberian Ona lalu meminumnya.

"Selamat. " Kata Ona dibalas anggukan kepala oleh Nada. Dia masih mau menetralkan deguban jantungnya yang berdetak dua kali lipat lebih cepat. Nada duduk di dekat Ona sambil mengipasi dirinya meluruskan kaki menatap kelapangan sekolah.

"Eh, habis ini basket kan?" Tanya salah satu siswi kepada para OSIS yang bertugas sebagai panitia lomba. Disana ada Reja sebagai ketua OSIS. Dia bercakap-cakap sama Didim dan Jovan mengenai lomba.

"Iya. Kalau gak salah geng Zioga lawan geng Angkasa deh?" Jawab gadis berlekuk bak gitar spanyol itu. Namanya Mentari.

"Zioga?" Gumam Ona masih bisa di dengar sama Nada.

"Iya. Tiap taun mereka pasti ikut basket. Tapi selalu draw loh! Tahun lalu sih yang menang geng kak Zioga gak tau deh tahun ini, mungkin lagi?"

Ona mengangguk mengiyakan. Ia menatap Zioga dkk yang sudah berkumpul memakai seragam basketnya. Jantungnya bereaksi merasakan rasa nyeri dan aneh melihat Zioga memakai bandana hitamnya disana. Cowok berponi belah tengah itu terlihat lebih tampan mengenakan seragam basket berpaduan hitam merah.

Secinta itu lo sama dia kak sampai jantung ini ikut bereaksi lihat dia dari jarak jauh? Tanya Ona dalam hati.

Nada sih sudah tau tempo hari kalau temannya Zioga yang di maksud itu adalah Melinda. Cewek satu satunya yang mendapat label teman terbaik di gengnya Zioga.

"Pantas aja kak Melinda naksir berat sama dia, orang gantengnya gak manusiawi gitu?" Ucap Nada terkekeh kecil.

"Kak Reja gak ikut lomba?" Tanya Ona.

"Lah dia ketua panitia nya Na. Ya enggak lah! Dia yang menginterupsi lomba ini. Lihat deh, para guru di seberang sana asik sendiri."

Ona tertawa halus melihat guru gurunya yang sedang mengobrol bersemangat diseberang sana dibawah pohon besar.

"Padahal gue mau ikut lomba basket girl, "beo Ona mendapat pukulan ringan dari Nada.

"Gak boleh. Ntar bahaya."

"Apa nih, yang bahaya?"

Mereka serempak mendongak menatap cowok yang mencondongkan tubuhnya menatap mereka. Najak dan Lion membawakan botol minuman mereka.

"Pegangin. " Kata Lion memberikan botol minuman rasa jeruk nya kepada Nada. Gadis itu menerimanya. "Satu nya buat lo."

Nada mengangguk saja sebagai jawaban. Duh dia nervous!

"Doain gue menang."

"I-iya. Oke pasti."

Lion menarik senyum mengacak pelan rambut Nada. Melihat itu Ona diam diam tersipu sendiri alias baper sama mereka. Najak berdehem.

"Dedek Ona gue titip jaket Zioga ya! Ini juga sama minumannya rasa mangga tolong pegangin."

"Hah?"

Ona membola begitu jaket hitam itu di letakkan di atas pangkuan Ona. Cewek itu memakai seragam putih abu-abu karena dia kan gak ikut lomba, takutnya pakai seragam olahraga nanti malah di tarik buat ikut permainan.

"T-tapi kan—"

Najak menempelkan telunjuknya di bibir. "Kata Zioga loh bukan gue."

Haaaaaaaa

"Maksudnya?" Bukannya Zioga gak mau ngomong sama dia ya?

"Hadeh. Lemot deh bocah! Itu, Zioga nitipin jaketnya sama gue buat dikasih sama lo. Tolong pegangin ya adek manis, hm?" Selesai mengatakan itu dia pun menarik kerah baju Lion.

"Ayo! Curi curi pandang aja kerjaannya. Di suruh balikan gak mau."

Ona terkekeh melihat kedua orang itu.

"Lo masih sayang sama kak Lion, Nad?"

"Hmm. Keliatan ya?"

"Ba—nget tauk. Kenapa gak balikan?"

"Lo kan tau hubungan gue dan dia gak direstui bokap?"

Ona mengangguk diam tak lagi melanjutkan pembicaraan mereka. Dia menghargai Nada dan juga Lion. Rumit ya, saling suka tapi terhalang restu orang tua.










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang