4.

11.1K 1.4K 54
                                    

"Tuan muda. Anda dilarang keluar kamar." Langkah Erkan harus terhenti ketika sebuah tangan menghalangi dirinya untuk keluar kamar.

Wajah Erkan mengeras. Ayolah, dia sudah dewasa, apa-apaan ini. Dia dititah seperti anak gadis. Erkan tidak suka. "Siapa namamu?" Tanya Erkan judes.

"Saya Rish tuan." Rish memperkenalkan nama kemudian membungkuk hormat.

"Saya Widay tuan."

Erkan melirik sinis pria di sebelah Rish. "Memang yang bertanya namamu siapa?!" Okay, Erkan sedikit sinis. Sungguh, dia tak suka ketika geraknya di batasi. Keluarga ini benar-benar menghukum dirinya selayaknya gadis perawan.

Apakah mereka lupa, berapa usianya sekarang!!

"Singkirkan tanganmu!" Perintah Erkan. Dia menepis tangan Rish. Lalu melangkah keluar mengabaikan Rish dan Widay yang mengejar dirinya.

"Tuan, anda tidak boleh keluar."

Erkan tidak mendengarkan. Dia harus pergi ke kantornya. Masalah disana belum selesai. Dia tak boleh terus uring-uringan di kamar. Oh, belum di kasih tau ya, jika Erkan saat ini sudah lengkap dengan setelan kantornya.

Berjalan tergesa-gesa karena hari sudah siang. Tadi pagi, setelah selesai sarapan. Si Galen memerintahkan dua buntut di belakangnya itu untuk meringkus dirinya masuk kedalam kamar. Di kunci dari luar dan tidak bisa keluar bahkan seinci pun.

Tentu  penggila kerja seperti Erkan tak bisa tinggal diam. Mencari cara supaya kunci terbuka pun dia lakukan hingga dia berhasil. Namun tiba-tiba, dari arah berlawanan, Andra datang dengan wajah marah. Mendorong kuat tubuh Erkan.

"Kenapa sih! Kenapa!! Kenapa lo harus ada disini!" Sergahnya. Wajah remaja itu di penuhi air mata.

"Kenapa lo ada sebelum gue!"

"Kenapa ibu ngangkat anak seperti lo!"

"Gue benci lo Bian!"

"Lo udah ambil ibu gue!"

"Ayah juga sayang sama lo!"

"Nenek selalu membandingkan gue sama lo!"

Andra marah, dia marah besar. Menunjuk wajah Erkan tepat.

Erkan tak bergeming, dia hanya menatap datar Andra. Jika tidak salah, scene ini berada di part 5. Dimana Andra yang di marahi ketauan bolos dan merokok. Galen marah besar begitu pula Naya. Javier memberikan hukuman berupa semua fasilitas Andra di cabut selama seminggu.

Andra datang pada Bian, menyalahkan segalanya pada Bian Tirta. Saat itu, bukannya marah karena perkataan Andra. Bian justru mendekap erat Andra dan menenangkan anak itu. Tetapi, Andra malah mendorong Bian hingga Bian terjerembab sampai dahinya terantuk lantai dan berdarah.

Mengapa Erkan benci sosok Andra. Karena sebaik apapun Bian bersikap,  semaunya terlihat salah di mata Andra. Hingga akhirpun, Andra bahagia, tetapi Bian hidup terasingkan. Hidup jauh dari Brawijaya atas permintaan Andra.

Di pertengahan cerita, Andra sering sakit. Bian tentu khawatir dengan kondisi adik satu-satunya. Adik angkat yang di titipkan oleh wanita lembut yang menerimanya sebagai anak. Bian selalu menyempatkan diri sebelum berangkat kerja maupun sepulang kerja untuk menjenguk Andra yang sakit.

Bukannya terharu Andra malah merasa muak. Dia memanfaatkan sakitnya, menfitnah Bian menyakiti dirinya hingga membuat Brawijaya kecewa pada Bian. Sebagai protagonis maupun MC dari cerita, tentu Andra langsung di percaya.

Andra meminta keluarganya untuk menjauhkan Bian Tirta dari kehidupannya yang langsung di kabulkan oleh Gerald.

Bian di kirim ke Morroco untuk mengerjakan bisnis di sana. Namun itu hanyalah alibi karena kenyataannya, Bian tidak di perbolehkan pulang hingga keluarga Brawijaya menyuruhnya untuk kembali.

Kasarnya, Bian Tirta resmi di asingkan hanya karena fitnah Andra.

Tetapi sampai ending cerita My Story.. Bian tak pernah sekalipun benci atau menaruh dendam pada Andra. Epilognya pun menjelaskan betapa bahagia Andra tanpa Bian.

Itu tidak adil menurut Erkan. Entah untuk alasan apa dia berada di tubuh Bian. Yang pasti, Erkan tak akan selapang Bian. Karena dia adalah Erkan Gani bukan Bian Tirta.

Padahal Andra tidak di benci. Bocah ini di marahi karena kenakalannya sendiri. Tetapi selalu menyalahkan Bian ketika bocah itu berakhir di hukum.

"Kau marah pada ku karena kesalahan mu sendiri?" Menaikkan alis, Erkan bertanya sinis.

"Sungguh? Sebelum menyalahkan saudara angkatmu. Lihatlah dirimu sendiri, sudahkah dirimu benar hingga berani menyalahkan orang lain?" Melangkah mendekat, Erkan menatap tepat di wajah Andra.

"Aku kecewa Andra. Kenapa ibu yang seperti malaikat itu melahirkan anak egois sepertimu." Berbisik di telinga, Erkan menatap tajam Andra.

Andra terlihat marah, namun tak bisa mengatakan apapun ketika Erkan menatapnya dengan tajam. Pun dia merasa takut karena Bian yang selalu diam kini menjawab ucapannya. Tatapan lembut pria itu hilang sepenuhnya. Entah mengapa, Andra merasa ada yang hilang dari hidupnya.

Bian kakaknya, saudaranya, tak pernahmembalas ucapannya sedingin itu.

"Oh apa ini?" Seru seseorang dari belakang Andra.

"Lo lagi nyalahin bang Bian ya?" Sahut seorang gadis. Gadis yang sekarang memeluk lengan Erkan, Sawyer Elsie.. Di panggil Yeri, Berambut hitam di cepol kuda itu menatap garang Andra.

Lalu gadis lainnya berdiri di samping Erkan. Berkacak pinggang juga memandang Andra. "Lo ga cape-cape ya Dra. Padahal bang Bian udah baik ke elo! Ga habis pikir gue." Joy Nova, perawakan sedikit mirip Yeri. Namun yang membedakan adalah Joy lebih kecil dari Yeri.

Andra ingin menjawab, menyerukan ketidak terimaannya. Tetapi belum berucap, bahunya di tepuk oleh seseorang. "Lebih baik, lo kasih aja bang Bian ke kita. Kita lebih membutuhkan abang dari pada lo." Anindya Bellamy.

Erkan tau ketiga gadis ini. Mereka adalah kembar tiga. Mereka hanya memiliki ibu tanpa ayah. Ayah mereka telah meninggal dalam kecelakaan pesawat saat akan terbang menuju Qatar. Stevi Ain Wren, wanita keturunan eropa itu menjadi ibu tunggal sejak 5 tahun terakhir.

Ain merupakan bungsu Naya dan Gerald. Wanita beranak empat itu selalu berada di sisi Bian. Juga yang menjadi penyokong bagi Bian Tirta. Karena dia merupakan seorang ibu, tentu dia sedih melihat lelaki baik seperti Bian tak menemukan titik bahagia setelah kehilangan ibu yang merupakankakak perempuannya.

"Apa lo bilang?! Emang dia barang yang seenak aja lo ambil dan klaim sesuka hati!"

Anin mengankat bahu acuh, mengkode dua saudarinya untuk membawa Erkan menjauh dari Andra.

Erkan tentu cengo.. Hey, dia ini ingin bekerja, kenapa banyak sekali drama yang harus  dia lewatin.

"Hey!! Mau dibawa kemana!"

Anin menutup telinga mengacuhkan teriakan Andra dan pergi  mengejar saudarinya.






TBC.

Anak AngkatKde žijí příběhy. Začni objevovat