22.

4.7K 661 32
                                    




"Aku akan mengambil alih masalah yang berada di Dubai. Lebih baik kamu awasi kedua putramu Galen." Gerald berujar sembari meminum teh. 

"Mungkin sekalian ayah akan berlibur disana. Ayah juga akan mengajak ibumu. Jadi tanggung jawab kedua putramu sepenuhnya ada di kamu." Menaruh gelas teh, Gerald menatap menantunya itu. 

"Apa tidak masalah?" Galen sedikit keberatan. Bukannya apa, dia merasa tak enak kepada ayah mertuanya tersebut. 

"Jika adikmu itu tidak sibuk. Dengan senang hati ayah akan melemparkan padanya. Tetapi kamu tau sendiri bukan, Javier memegang dua perusahaan saat ini." 

Galen menyenderkan tubuh pada kursi. Memijat kerutan dahi. Ada masalah yang harus segera di tangani di satu negara tersebut. Tetapi Galen tidak bisa langsung terbang dikarenakan perusahaan di Negara nya pun bermasalah. 

Maka dengan inisiatifnya, Gerald menawarkan diri untuk terjun langsung ke Dubai. Melihat keresahan menantu, dia tak bisa tinggal diam.

"Gunakan juga waktu ini untuk lebih dekat dengan kedua putramu." Gerald berdiri dan menepuk bahu Galen sebelum pergi dari ruangan Galen.  

Tok

Tok

"Masuk." 

Galen mempersilahkan pengetuk pintu masuk. Terlihat seseorang datang membawa berkas yang dia minta. 

"Bagaimana?" 

"Mereka menyetujuinya tuan. Tetapi mereka meminta 20% saham  sebagai jaminan jikalau ada yang berkhianat." Hans, sekretaris Galen berucap. 

Galen pun menghela nafas lelah. "Kita perlu mendiskusikan ini 20% itu angka yng lumayan. Adakan rapat sebentar lagi." 

"Baik tuan." 

Hans membungkuk setelahnya pergi untuk menyiapkan rapat. Berbarengan dengan Hans keluar, Javier masuk dengan wajah datar andalannya. 

"Kau terlihat kacau, perlu bantuan?" Tawarnya lalu mengecek berkas yang di bawa Hans barusan. 

Galen berdecak. "Apa aku terlihat gampang di remehkan?" 

Javier hanya mengangkat bahu acuh. Dia berjalan menuju sofa tempat Gerald duduk. "Tentang anak-anak ... Kau perlu memperhatikan mereka." 

Galen meremat kertas yang dia pegang. "Tentang mereka itu menjadi urusanku. Kau urus sendiri putra dan putrimu Javier." Dia menekan segala ucapannya. 

Javier mengangkat sebelah alis. "Kau terlalu acuh Galen. Mereka butuh dipantau oleh orang tuanya." 

"Jangan sok mengajariku. Aku tau apa yang harus aku lakukan dengan anak-anakku." 


***

Andra menghebuskan nafas berat. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya basah karena ia mencucinya tiga kali. "Huftt... Ayo Dra lo pasti bisa!" ujarnya menyemangati diri sendiri. 

Dia pun beranjak dari sana. Tetapi saat akan berbalik, Andra mendapati Vier yang berdiri bersandar pada dinding sambil melipat tangan di dada.

Tatapan Andra menajam. "Mau apa lo?" berangnya. "Minggir!" usir Andra ketika Vier sama sekali tak beranjak dari tempat. 

"Lo budeg? minggir!!" Andra jadi kesal sendiri saat Vier tidak bergeming sama sekali.

Dia angkat kerah Vier dan mengecam pemuda itu. "Enyah dari hadapanku bangsat! Anak jalanan kek elo ga pantes ngalangin jalan gue!" 

Vier terkekeh mendengar hinaan Andra. Dia membusungkan wajah tepat di hadapan Andra. "Anak jalanan ini merupakan adik bang Bian. Saudara yang lo anggap hina." 

Bug! 

Andra sontak memukul Vier tepat di wajah.  Dadanya naik turun karena emosi. "Dia bukan abang lo. Gue tekanin ke elo anak jalanan. Dia abang gue, milik keluarga Brawijaya! Bukan abang lo yang ga jelas asal usulnya." 

Vier menyeka sudut bibirnya, Ia tidak meringis sama sekali pun tak meraaa sakit hati karena ujaran Vier. Karena tujuannya bukan untuk itu. Ia mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah seringai. 

"Gimana ya respon abang ketika tau adik yang kata lo anak jalanan ini di hajar oleh saudaranya?" ejek Vier sedikit mengancam Andra.

Langkah Andra terhenti mendengar ancaman Vier. Dia berbalik merasa tak gentar akan ancaman Vier. "Lo keknya pengen banget ya gue hajar?" 

"Hahaa ... sini hajar gue. Biar gue bisa totalitas ngadu ke Abang gue!" 

Andra mengepalkan tangannya kuat. Ingin sekali dia menghajar wajah menyebalkan Vier. Tetapi dia tak ingin semakin di  benci karena orang di depannya ini.

Jadinya ia harus mengubur dalam emosinya.

Karena yang diucapkan Vier tidak sepenuhnya salah. Entah bagaimana respon saudaranya ketika 'Adik' nya dia buat terluka.







Tbc.

Anak AngkatWhere stories live. Discover now