12.

8.7K 1.2K 32
                                    



"Ayah Vier masih kecil, dia masih butuh bimbingan. Aku juga sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri." Erkan berkata dengan nada sedikit memohon. 

Sudah sejak lama dia masuk kedalam ruang kerja Galen. Pria itu berkata jika Vier tidak harus di rawat oleh Erkan. Galen juga berkata jika akan mengurus Vier dan mencari keluarga yang cocok. 

Erkan tentu keberatan, Dia yang mulanya mengajak Vier untuk tinggal bersama. Tidak akan Erkan lepaskan Vier begitu saja. 

"Ayah tidak butuh pendapatmu." 

Erkan menyalang tak terima. "Tentu ayah butuh. Vier adalah tanggung jawabku. aku dulu yang membawanya. Justru ayahlah yang tak memiliki hak atasnya!!" Erkan kesal. Galen begitu bebal dan keras kepala.

Sekarang dia jadi tau, dari mana datangnya sikap keras kepala Andra. 

Galen berwajah datar. "Meninggikan suara di depan ayah hanya karena bocah tak jelas?" 

tuk

tuk

Galen mengetuk meja pelan, tatapannya menghunus lurus ke arah Erkan.

Glek

Erkan menelan ludah gugup, tanpa sadar dia melakukannya. Siapa suruh Galen menjadi menyebalkan. Dia kan jadi keluar dari karakternya juga. 

Erkan memiliki sisi yang juga keras kepala. ketika apa yang dia minta tidak di dapat, Erkan akan terus merengek.  

Sama halnya ketika dirinya memutuskan mandiri, orang tuanya menentang, namun dengan segala rengekan dan perkataan manisnya membuahkan hasil. 

Meski usianya memasuki usia kepala tiga Erkan selalu memakai kekeras kepalaannya demi keinginannya, Seperti sekarang dia tanpa sadar membuat orang seperti Galen marah karena sikapnya.

Erkan sadar jika Galen bukan orang tuanya, jadi dia tak bisa memaksa, tetapi tidak ada salahnya mencoba bukan. 

"Maaf, tapi aku tidak ingin Vier di berikan pada orang lain." Nada Erkan di buat tenang. Mencoba sekuat tenaga menghadap Galen tanpa menunduk. 

"Ayah tidak mengizinkanmu merawat dia karena ayah nemiliki alasan." Galen berdiri, berjalan ke sisi sang putra. 

"Kamu masih kecil, merawat seseorang sendirian itu melelahkan. Kamu juga bekerja, bagaimana jika tanpa sadar kamu mengabaikan dia? Dia masih lah anak-anak, bukankah kamu sendiri yang mengatakan pada ayah jika Dia membutuhkan bimbingan?"  ujarnya.

Erkan mendongak. "Aku tidak kecil!" sungutnya. Dari banyaknya rangkaian kata Galen, Erkan menangkap kata kecil. Hey dia sudah dewasa. 

Galen tertawa pongah, mengusak kepala Erkan. Putranya yang satu ini telah berubah. Entah itu merupakan hal bagus atau buruk, tetapi Galen harap yang bagus. 

"Kamu masih kecil bagi ayah." 

Erkan menyingkirkan tangan Galen di kepalanya lalu berujar. "Jika aku kecil, Andra apa? bayi? ada-ada saja," ujarnya menggerutu. 

"Ayah senang kamu tidak menampilkan senyum palsu lagi." 

Erkan mengeryitkan alis. "Senyum palsu?" 

Galen tak menjawab, dia kembali duduk. "Keputusan ayah sudah bulat. Ayah akan mencarikan keluarga untuknya. Kamu dilarang berdiam di apartemen sebagai hukuman. pergilah ke kamar nenekmu jika tak ingin hukuman tambahan. "

"Aku belum setuju ayah. Aku tidak terima. Aku takut Vier tidak menemukan keluarga yang baik." Erkan senang jika Vier akan mendapatkan keluarga. Apalagi jika menimang ucapan Galen di atas ada benarnya. 

Tetapi yang di takutkan Erkan adalah bagaimana jika keluarga yang mengadopsi Vier tidak baik. Mengacuhkan Vier, Mengabaikan atau bahkan melakukan kekerasan fisik? 

"Jangan khawatir, ayah langsung yang akan memastikan keamanannya," kata Galen  seolah tau kekhawatiran Erkan. 

"Tapi.." 

Galen menghela nafas. "Menurutlah Bian, ayah sudah cukup menahan emosi hari ini, berkatmu." 

"Memang kenapa ayah emosi?" tanya Erkan polos. 

Kali ini hembusan nafas Galen lebih berat. "Lebih baik temui nenek mu." Galen sedikit menekan perkataannya. 

"Aku harus menemui Vier ayah." Erkan pun bersiap pergi, tetapi perkataan Galen membuat langkahnya terhenti. 

"Vier sudah pergi dari kediaman ini." 

Erkan membalikkan badan tak paham. "Maksud ayah? pergi kemana? dia pergi sama bibi Naura kan?" 

Galen terkekeh melihat kepolosan Erkan. Terkadang putranya ini memiliki sifat agak lelet dan gampang dikibulin padahal pintar. 

"Kamu pikir ayah membuat keputusan ini mendadak? sejak kamu bertemu dan membawa anak itu pun ayah langsung menyelidiki dan mencari kekuarga untuknya. Jadi, ketika ada kesempatan, Ayah bisa menjauh- maksudnya mengantarkan dia kepada keluarga barunya." Sedikit lagi, Galen keceplosan. 

Erkan menatap datar Galen. Firasatnya benar,  dia tak akan bertemu dengan Vier. Tetapi mungkin, Vier tidak jauh dari kediaman. Maka ia bawa langkahnya pergi keluar berlari mencari Vier mengabaikan teriakan Galen yang menyuruhnya untuk tak lari. 

Tetapi seolah di rencanakan, dia di hadang oleh beberapa bodyguard. 

'Galen tua sialan!'









Tbc.

Anak AngkatWhere stories live. Discover now