5.

10.7K 1.3K 33
                                    

Andra jengkel, menggigit bibirnya, dia kesal karena kembar tiga itu memonopoli kakaknya. Yah, bisa di bilang dia hanya kesal saja, bukan berarti dia cemburu atau semacamnya, Andra marah saat orang seperti kakak angkatnya di sukai banyak orang.

"Lagian ngapain kalian disini, lebih baik pulang saja, memenuhi mansion!" serunya di ujung sana.

"Dari pada sibuk ngomentarin orang, mending lo pergi. Kita mau manja-manja sama bang Bian, bukan mau dengerin ocehan elo!" Sinis Anin. kemudian menyuapi Erkan puding kesukaannya.

Erkan membuka mulut sementara dirinya fokus pada layar laptop. Dia tak bisa keluar karena tiga gadis ini, alhasil.. Erkan harus bekerja dari rumah. Biarkan saja lah, kapan lagi dapat suapan dari gadis. Dulu semenjak dirinya memasuki usia dewasa, jangankan gadis.. Hidupnya terlalu sibuk untuk mengurus pekerjaan.

"Lagi pula kami akan tinggal disini, " celetuk Joy. Gadis itu membenarkan rambutnya yang kusut. Entah alat-alat apa yang di gunakan Joy. Tapi banyak alat eletronik khusus rambut di sekitarnya.

Andra pun sontak melirik sinis Joy, "Tinggal disini? Rumah ini tidak terbuka untuk kalian!"

"Tapi itu bukan sesuatu yang harus lo putuskan." Yeri menyanggah, dari pada Joy yang sibuk menata rambut, Yeri sedang menggoda para lelaki yang menurutnya tampan lewat aplikasi dating.

"Mami dan paman juga sudah setuju. Mansion utama dan luas, cukup untuk di tinggali oleh kita semua."

Andra mendengus, dirinya bersedekap dada. "Bisakah kalian menjauh darinya?" ujar Andra mengangkat dagu menunjuk Erkan.

"Kenapa, cemburu ya?" sahut Yeri.

"Cemburu? Gue, Sama dia?" Tanyanya menunjuk diri sendiri lalu terkekeh. "Kenapa gue harus cemburu? Gue cuma bantu kalian supaya jauh dari pembawa kesialan seperti dia!" Andra menekan setiap katanya. Tidak mungkin dia cemburu untuk orang seperti Bian Tirta, batinnya.

Anin merotasi kan mata. "Mending lo pergi, lo merusak suasana dan momen kami untuk semakin dekat dengan bang Bian!"

Andra menaikkan alis. "Lo ngusir? Lebih baik kalian saja yang pergi. Ini mansion gue, kalian ga berhak ngusir-ngusir tuan rumah."

Tak!

Semua menoleh ke arah Erkan. Pria itu menghela nafas. Telinganya panas mendengar ocehan anak-anak di sekelilingnya yang membuat dia tak fokus bekerja. Menutup laptop, lalu berdiri dan pergi. Mood nya tambah buruk. Kenapa dia harus berada di tengah-tengah keributan.

Melihat kepergian Bian, Joy berdiri dan melempar Andra dengan salah satu alatnya. Untung saja Andra reflek menghindar. "Tuh kan bang Bian pergi. Lo ganggu tau ga! Enak-enak kumpul sama dia lo malah jadi setan di antara kami!"

"Kenapa lo jadi nyalahin gue? Kali aja lo bau makanya dia minggat."

Tak ingin menambah keributan, Anin menarik Joy dari sana yang akan meledakkan amarah. Yeri pun mengikuti kedua saudarinya.

**

Decitan pintu terdengar, tetapi pemilik kamar tidak sadar akan kedatangan seseorang. Bian, pria itu fokus pada apa yang dia kerjakan sekarang. Sungguh, mengapa pekerjaan Bian sangat banyak. Kenapa pula menjadi CEO sangat melelahkan.

Apalagi Erkan bukan tipe yang selalu meminta tolong. Jika bisa di kerjakan sendiri, dirinya sungkan untuk meminta tolong pada orang lain.

"Kau terlihat sibuk Bian. " Orang yang baru datang bersuara. Fokus Bian pun terpecah, dia mendongak untuk melihat siapa gerangan.

"Ya, pekerjaan ku lebih banyak dari yang aku kira." Menjawab, Erkan menghela nafas. Dia juga menormalkan percakapannya. Melemaskan tubuh kakunya, Erkan bersandar pada kepala ranjang.

Anak AngkatWhere stories live. Discover now