BAB 9

15.9K 1.4K 17
                                    


Hari sudah pagi, Felix mulai membuka kelopak matanya perlahan. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya seraya memegangi kepalanya yang terasa pening akibat efek alkohol yang semalam ia minum.

"Apa itu semua hanya mimpi? Tapi kenapa itu terasa nyata?" gumamnya yang tidak yakin kalau pertemuannya dengan Evelyn tadi malam hanyalah sebuah mimpi

Setelah mandi dan sarapan, Felix tak langsung pergi ke ruang kerjanya. Ia menyuruh kepala pelayan memanggil pelayan yang bernama Evelyn kedalam kamarnya. Ia ingin memastikan sendiri apakah tadi malam ia benar-benar bertemu dengan wanita itu atau itu hanya khayalannya saja.

Felix menatap pintu kamarnya dengan dahi berkerut setelah seseorang dari luar meminta izinnya untuk masuk. Pintu itu didorong setelah ia mengizinkannya masuk.

Felix melebarkan matanya, ia diam mematung sesaat setelah wanita yang selama ini ia cari muncul dihadapannya, ternyata malam itu bukanlah mimpi. Ia kemudian mempersilahkan Evelyn untuk duduk dikursi yang ada didepan mejanya.

Evelyn menurutinya, ia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Felix. Sedari tadi wanita itu hanya menatap kebawah, tak berani menatap mata Felix karena mersa canggung.

"Bagaimana kau bisa ada disini?" tanyanya kemudian setelah keheningan yang cukup lama

Evelyn tak kunjung menjawabnya, ia masih berfikir dari mana ia akan mulai menceritakannya

Gadis itu akhirnya mulai membuka suara "Tiga bulan setelah anda memutuskan pertuangan itu, orang tua saya meninggal dalam kecelakaan kereta kuda"

Ia menceritakan pada Felix tentang utang keluarganya yang sangat banyak hingga ia harus menjual mansion dan bekerja sebagai pelayan untuk menghidupi kedua adiknya.

Felix menyimak cerita Evelyn dengan sungguh-sungguh. Ternyata selama ini ia berada di ibukota, pantas saja Felix tidak menemukan keberadaannya di daerah evelyn dulu tinggal.

"Tolong jangan pecat saya, saya tidak akan mengganggu kehidupan anda" pintanya diakhir cerita

Felix menatapnya heran seraya mengangkat sebelah alisnya "Kenapa aku harus memecatmu?"

"Bukankah anda membenci saya?" tanyanya balik

Felix menatap nya dengan dahi berkerut, jadi selama ini Evelyn mengangap dirinya membencinya. Yah, itu wajar terjadi karena saat ia bertunangan dengan wanita itu sikapnya cukup buruk.

Felix menghela nafas pendek "Aku tidak akan memecatmu, kau boleh pergi sekarang!"

"Benarkah? kalau begitu terima kasih" Evelyn kemudian beranjak dari kursinya dan pergi keluar untuk kembali bekerja

Setelah wanita itu pergi, Felix menyunggingkan senyum tipis "Akhirnya aku menemukanmu, Evelyn"

***

Lorenzo melirik kearah Felix dengan tatapan heran. Entah kenapa tuannya itu terlihat berbeda hari ini. Lorenzo sudah menjadi tangan kanan pria itu selama bertahun-tahun, tapi baru kali ini ia melihat Felix terlihat bersemangat saat bekerja, bahkan sesekali ia memergoki Felix senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.

"Sepertinya hari ini anda sangat senang, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Lorenzo penuh selidik

"Hari ini aku bertemu dengan Evelyn, dia bekerja di kediaman ini sekarang" jawabnya jujur

Ternyata benar dugaanku, dia sudah tidak waras sampai berhalusinasi melihat wanita itu pikir Lorenzo yang memasang ekspresi wajah terkejut setelah mendengar pernyataan Felix

Lorenzo berdehem kecil "Mungkin sebaiknya anda perlu membuat janji dengan dokter hari ini, sepertinya anda kelelahan" usulnya yang menganggap kalau Felix butuh penanganan kesehatan mental.

Felix menatap pria itu dengan raut wajah kesal, mungkin saja Lorenzo menganggapnya sudah gila sampai menyuruhnya pergi ke dokter setelah ia memberitahu kalau Evelyn bekerja disini.

"Apa kau menganggap ucapanku itu hanya bualan?" Felix memicingkan matanya kearah Lorenzo

"Ti-tidak, saya tidak pernah berbicara seperti itu. Saya percaya dengan anda" sangkalnya sembari tesenyum meringis, dari pada ia jujur dan mendapat kemarahan, lebih baik ia berbohong

Beberapa saat kemudian pintu ruangan diketuk, seorang pelayan wanita masuk mengantar secangkir teh untuk Felix.

"La-lady Evelyn? Sejak kapan anda bekerja ditempat ini?" tanya Lorenzo kaget melihat Evelyn, mantan tunangan tuannya itu berpakaian pelayan

"Jangan panggil saya seperti ! saya bukan lagi nona bangsawan" ujar Evelyn setelah meletakkan teh dimeja Felix, ia kemudian keluar ruangan

"Ternyata lady benar-benar bekerja disini. Bagaimana dia bisa bekerja sebagai pelayan disini?" tanyanya penasaran pada Felix, masih dengan ekspresi terkejutnya

"Berisik! kerjakan saja tugasmu!" ujarnya yang malas menceritakan semuanya setelah Lorenzo sempat tidak mempercayainya

"Huh, anda selalu saja seperti itu" dengus Lorenzo yang merasa kecewa

Sebenarnya Lorenzo hanya pernah bertemu dengan Evelyn sebanyak dua kali, saat acara pertunangan mereka dan juga saat ia pertama kali menemani Felix menemui Evelyn atas perintah orang tuanya. Tapi walaupun hanya bertemu beberapa kali, ia masih ingat betul wajah gadis itu. 

***

Hari ini Felix mengenakan seragam berkudanya karena ia akan pergi ke acara berburu yang diadakan beberapa bulan sekali di salah satu hutan di ibu kota. Sebenarnya tidak ada kewajiban mengikuti acara ini, namun Felix sudah beberapa kali absen, jadi ia memutuskan untuk menghadirinya walaupun ia sangat malas.

Felix menghentikan langkahnya saat ia berpapasan dengan Evelyn di lorong mansion. Gadis itu hanya menunduk kemudian melanjutkan langkahnya kembali. Itu hal biasa yang dilakukan pelayan di kediamannya, namun entah mengapa hatinya merasa tak senang saat Evelyn melakukan hal itu.

Sudah sekitar satu minggu sejak ia bertemu kembali dengan Evelyn disini, ia sangat jarang bertemu dengannya, bahkan sulit. Rasanya wanita itu selalu menghindarinya. Pernah suatu waktu gadis itu berbalik arah felix berjalan kearahnya.

"Memangnya aku hantu apa?" gumamnya dengan raut wajah tertekuk. Ia kemudian melanjutkan langkahnya kembali.  

Ex-Fiance's ObsessionWhere stories live. Discover now