13

2.3K 139 2
                                    

"Mbak Vanessa masih tidur ya?" Tanya Mayted kepada pelayan rumah. Rumah Bapak di Hambalang sudah sangat ramai bahkan di pagi hari. Ketiga cucu kembar Bapak sudah bersiap siap untuk pergi ke kampus dan ke kantor.

Mbak Ati yang sedang sibuk membaca jurnal kedokterannya di ipad sembari sarapan karena hari ini ia ada ujian praktikum, Mas Habib yang tengah sibuk melanjutkan laporan praktikumnya sembari sarapan, sedangkan Mas Bintang yang hanya fokus dengan sarapannya.

Yang absen sarapan pagi ini hanya Vanessa seorang.

"Masih Pak, mau saya bangunin?" Balas pelayan itu.

"Ya sudah biarin saja, jangan dibangunin. Kasihan kemarin dia ke kampus seharian ngurusin berkas sidangnya." Ujar Mayted menolak permintaan pelayan rumah Bapak.

Hari ini Bapak akan terbang ke Madiun, semua cucunya hari ini tidak ada yang bisamenemani. Tadinya Bapak ingin Vanessa ikut karena hanya dirinya yang tidak ada kegiatan, tapi setelah diberi tahu Mayor Teddy, Bapak mengerti dan paham.

Setelah ketiga cucunya berangkat dan pamit kepadanya, Bapak menghampiri cucu perempuannya yang satu lagi yang masih tertidur. Biasanya memang jika Vanessa tidak ada kegiatan kampus atau diharuskan ikut kegiatan Bapak, ia dibiarkan tidur.

Karena hari ini Bapak akan pulang tengah malam, ia takut jika cucunya akan mencari keberadaannya. Apalagi hari ini ia akan ditinggal sendirian di Hambalang, paling hanya beberapa ajudan yang menjaganya dan pelayan rumah yang ikut menghuni. Kedua anaknya Bapak sudah kembali terbang ke Paris karena jadwal pekerjaannya yang sangat padat, meninggalkan anak anaknya ke Bapak seorang.

"Saya mau pamit dulu ke Mbak Vanessa, nanti takutnya dia cariin saya." Ujar Bapak yang langsung naik ke lantai atas menuju kamar Vanessa ditemani Mayted, Rajif, dan Rizky.

Pintu berwarna putih itu langsung di buka sama Bapak tanpa mengetuknya. Bapak tahu jika cucu gadisnya itu masih terlelap dan tak akan mendengar ketukan itu. Bapak masuk ke kamarnya, tempat tidurnya sangat berantakan. Mulai dari Hp, Ipad, bahkan Macbook dan perintilan alat tulis yang dibiarkan berserakan diatas tempat tidur gadis itu. Sepertinya, ia semalam kembali mempelajari skripsinya sebelum sidang dua minggu lagi. Terlihat jelas dari layar Macbook cucunya itu judul skripsinya dan layar Ipadnya yang menampilkan jurnal kedokteran.

Vanessa tidur menghadap ke kanan dengan memeluk gulingnya, nafasnya yang Bapak lihat beraturan itu menandakan cucunya sangat tertidur nyenyak. Mayted, Rajif, dan Rizky juga ikut memperhatikan si bocah kematian ini, jika melihat Vanessa tertidur, tidak terlihat kalo gadis ini seperti bokem, justru terlihat sangat kalem dan sangat adem dipandang. Tapi berbeda jika Vanessa sudah tantrum.

"Lelah sekali cucuku ini." Bapak mengelus puncak kepala Vanessa pelan.

"Mbak Vanessa sepertinya belajar semalam, Pak." Sahut Mayted.

Tadinya Bapak mau membangunkannya sebentar, tapi melihat Vanessa yang tidak menyadari keberadaan mereka, Bapak tidak tega. Ia hanya mengelus puncak kepala Vanessa beberapa kali sedangkan Mayted membantu membereskan barang barang Vanessa yang tergeletak di kasurnya dan memindahkannya ke meja belajar miliknya. Takut jika Vanessa berpindah posisi dan tidak sadar, alat elektronik miliknya bisa diimpitnya dan fatalnya bisa patah dan rusak.

"Hari ini yang jaga di rumah siapa, Ted?" Tanya Bapak kepada Mayted.

"Ada Lino dan Nando, Pak." Jawab Mayted.

Bapak mengangguk paham, sebelum meninggalkan Vanessa, ia mengelus punggung tangan cucunya itu, namun setelah beberapa saat, Bapak tersadar ada yang tidak beres dengan tubuh cucunya.

"Kenapa, Pak?" Mayted yang menyadari perubahan ekspresi Bapak langsung bertanya.

"Ted, ambil kotak P3K disamping meja riasnya, ambil termometer sekarang." Mayted segera mengambil kotak tersebut dan mengeluarkan alat yang dikatakan Bapak. Menyerahkan alat tersebut kepada Bapak dan Bapak langsung mengukur suhu tubuh cucunya itu dari telinga.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang