24

2.5K 161 21
                                    

"Mbak, kamu dipanggil Bapak ke ruangan kerjanya." Mas Agung menghampiri Vanessa yang baru saja ingin membuka aplikasi Netflix di TV ruang tengah. Setelah buka bersama tadi semuanya bubar melakukan kegiatannya masing masing.

Vanessa mengangguk paham, ia taruh cemilan stick cheese kesukaannya itu diatas meja. Lalu melangkah ke ruangan kerja Kakeknya. Vanessa mengetuk pintu beberapa kali, setelah diizinkan masuk, ia masuk ke dalam dan sedikit shock karena ketiga sepupunya juga dipanggil dan berdiri didepan meja kerja Kakek.

Vanessa dan Ati saling melempar pandangan dan bertelepati seakan akan saling bertanya ada apa ini dan ngapain disini juga.

Disana tidak hanya ada mereka berempat, beberapa ajudan Kakek seperti Mayted, Mas Rajif, Mas Rizky, Mas Agung, dan Mas Deril tengah melakukan beberapa pekerjaan.

Ia tak sempat bertatapan dengan Mayted walaupun laki laki itu ketika Vanessa masuk ke ruangan Bapak sudah memperhatikannya. Entah kenapa Vanessa merasa ada yang tidak beres pembahasan yang akan dibicarakan Kakek.

"Vanessa." Ucap Kakeknya pelan.

"Iya hehe Kakek kenapa manggil aku?"

"Kamu wisuda kapan sayang?" Tanya Kakek yang terus menatapnya.

Oalah bicarain pendidikan?

"3 minggu lagi Kakek sayang." Ucap Vanessa dengan manja.

"Pakaian graduation kamu sudah?" Tanya Kakeknya lagi.

Vanessa terdiam, sejujurnya belum karena tadinya ia mau meminta didesign ke Om nya alih alih Bundanya sendiri, tapi Kakek menentangnya.

"Nggak ada ya minta design sama Om kamu, minta ke Bunda kamu ya sayang." Sudah ketebak saja jawabannya Kakek.

"Ta—" Belum saja Vanessa melanjutkan pembicaraannya, Kakek sudah langsung memotongnya.

"Nggak ada tapi tapian, Vanessa Jasmine Aurora. Jangan jauhi orang tua kamu sendiri, nak. Sesalah apapun Bunda kamu itu." Kalo Kakek sudah menyebutkan nama panjangnya, itu sudah bak perintah yang mutlak, kalo dalam militer, itu perintah komandan yang tidak bisa diganggu gugat.

Semua di dalam ruangan mendengar percakapan seorang Kakek dan cucunya itu, termasuk Mayor Teddy.

Vanessa tidak bermusuhan dengan Bundanya, hanya saja mereka memang jarang komunikasi, bahkan dalam sebulan saja belum tentu saling berkabar. Bahkan, Vanessa lebih sering berkabar dengan Omnya, Papanya trio kembar. Anak dan Ibu itu memang sama sama gengsi, walaupun kalo bertatap muka langsung seperti tidak terjadi apa apa.

"Iya, nanti aku telfon Bunda." Ucapnya pelan sambil menunduk dan memainkan jempol kakinya ke permukaan lantai.

"Setelah wisuda? Koas?" Tanya Kakek.

"Iya, tapi nggak tahu dimana. Bisa jadi di RSCM/RS UI." Ucap Vanessa.

Kakek mengangguk paham dan seperti sedang berpikir sesuatu. Vanessa dan trio kembar saling lirik lirik-an. Sepertinya mereka bertiga juga sudah diintrogasi Kakek, kenapa harus Vanessa ya yang terakhir diintrogasi?

"Sudah ada kepikiran mau ambil spesialis apa nanti?" Tanya Kakek bertanya lebih lanjut.

"Mbak Ati sudah menetapkan, dia akan ambil spesialis bedah, kamu apa?" Tanya Kakek lagi.

"Jantung dan Pembuluh Darah kayaknya." Jawab Vanessa setengah yakin setengah tidak, karena Spesialis Jantung sangat sulit, tapi ia ada keinginan juga untuk mengambil itu.

"Ada pilihan lain?" Tanya Kakek lagi.

Vanessa tampak berpikir lama.

"Apa ya? Aku nggak tahu karena dari awal emang mau Jantung dan Pembuluh Darah, tapi—" Vanessa menggantungkan kalimatnya.

He Fell First and She Never Fell?Onde as histórias ganham vida. Descobre agora