52

2.3K 237 34
                                    

Beberapa hari yang lalu setelah Bapak dan Mas Gibran di lantik secara sah oleh MPR di IKN  sebagai Presiden dan Wakil Presiden ke-8 yang disaksikan oleh seluruh Masyarakat Indonesia, para pejabat negara, influencer, dan jajaran lainnya, Bapak sudah mulai langsung bekerja sebagai pemimpin nomor 1 di Indonesia.

Kakeknya sudah sah menjadi orang nomor 1 di Indonesia.

Tak jarang Kakek sering bolak balik IKN-Jakarta dalam Kunkernya, jangan tanya lagi bagaimana sibuk Kakeknya itu sekarang. Bahkan hari pertama setelah pelantikannya, beliau langsung bekerja bersama mas wakil.

Bedanya, kali ini tidak ada Mas yang menemani disetiap Kunker Kakeknya, kali ia tidak bisa melihat Mas nya setiap pulang, kali ini Mas tidak ada berada dalam radarnya lagi, dan kali ini eksistensi Mas di matanya semakin menurun.

Bapak memutuskan untuk tidak menetap di Istana Negara, kecuali ada urusan atau jadwal yang mendesak. Bapak seperti biasa, Bapak seperti dulu juga, setiap pulang kerja beliau tetap pulang ke rumahnya, entah di Hambalang atau Kertanegara. Bedanya kini rombongannya semakin banyak, ditambah kini Paspampres 24 jam selalu bersama Bapak. Tak heran Hambalang maupun Kertanegara semakin ramai.

Melihat banyaknya ADC Bapak, para keempat pilar Bapak saja sudah pusing saking banyaknya, kini ditambah Paspampres yang kurang lebih ada sepuluh sampai dua belas orang, belum lagi ajudan dan asisten ajudan baru Bapak.

Kalo mendengar ajudan, hati Vanessa langsung mencelus begitu saja. Setiap ia pulang dari rumah sakit jika memungkinkan, tak ada lagi Mas disekitarnya, tak ada lagi Mas disamping Bapak, tak ada lagi Mas yang ikut menyambut kepulangannya bersama Bapak di ruang kerja, sungguh eksistensi Mas tidak ada lagi di pandangannya.

Hal yang Vanessa cari ketika Kakeknya pulang adalah Mas, namun sekarang sudah berbeda. Kini yang setiap hari selalu ia lihat adalah Kakek bersama Paspampres, ADC, dan sekpri.

Tidak ada lagi Mas sebagai ajudannya Kakek, tidak ada lagi Mas Ninja, tidak ada lagi sosok yang berpangkat Mayor disini, yang ada adalah Letkol dan itu bukan Mas-nya.

Seminggu setelah Kakeknya dilantik sebagai Presiden, seminggu itu juga Vanessa sudah kembali ke aktivitasnya, kembali ke rutinitasnya sebagai dokter koas, dan saat itu juga Vanessa bahkan jarang sekali bertemu Kakeknya.

Jika ia boleh memilih, lebih baik Kakeknya sebagai Menteri Pertahanan saja. Kakek menjadi Presiden kembali membawa hawa dan kenangan buruknya, kesepian kembali menghantuinya.

Bintang yang sudah mulai sibuk terjun ke dunia politik, Habib yang sudah terbang ke Papua bekerja di Freeport, Ati yang satu rumah sakit dengannya saja jarang bertemu, Ayahnya yang menetap di Korea Selatan, Bundanya yang kembali ke Paris bersama Om Didit, Nenek yang kini sibuk di Senayan sebagai anggota DPR.

Rumah sebesar dan seluas itu bahkan tak bisa menyatukan keluarganya. Semuanya berpencar dan sibuk dengan kehidupannya masing masing.

Entahlah, Vanessa bingung ia harus bersyukur atau mengeluh dengan keadaan keluarganya yang sudah lolos predikat TIM SAR. Disaat seperti ini ia hanya membutuhkan Mas, kalau ia kembali merasa kesepian, ia pasti akan langsung lari ke Mas. Namun, kini ia bisa apa?

Dua hari setelah Bapak dilantik sebagai Presiden, Mas juga sudah dilantik sebagai Wandanyonif Para Raider 328. Mas sudah kembali ke Batalyon, Mas sudah resmi memimpin Batalyon tersebut, dan Mas akan sangat jarang bisa bertemu dengannya.

Fakta jika Mas sudah tidak bekerja dengan Kakeknya lagi adalah mimpi buruk baginya. Suasana rumah sudah berbeda, seakan akan Vanessa lebih baik tinggal di rumah sakit dibanding harus pulang karena ia akan selalu mengingat kenangannya dengan Mas di Kertanegara ataupun di Hambalang.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now