Bab 9: Katanya Keluarga

56 11 1
                                    


"Seharusnya keluarga menjadi tempat pulang, menjadi rumah yang nyaman untuk beristirahat. Bukan justru menjadi penyebab parahnya luka."

____

Angkasa terlihat duduk di teras rumah. Memperhatikan sahabatnya yang tengah berbincang dengan Aluna dan Awan. Malam itu mereka akan mengadakan barbaque. Atas usulan Astra dan menggunakan uang Astra. Acara siang tadi yang sederhana berlanjut hingga malam. Kata Astra; 'anggap ini adalah acara sebelum saya pergi ke luar kota besok.'

Jadi, mereka mengadakan acara itu. Mentari yang baru saja keluar membawa hal-hal untuk dipanggang menangkap Angkasa yang tidak melepas tatapan dari Lidya.

Gadis itu tersenyum kecil. Membawa bahan makanan ke tempat pemanggangan. Kemudian, duduk bersama Angkasa. Bahkan di detik Mentari duduk pun Angkasa tidak menyadari karena terlalu fokus menatap sang sahabat.

"Kamu suka sama Lidya?" tanya Mentari.

"Iya, eh? Hah?! Kakak!" Angkasa gelagapan atas apa yang sudah menjadi jawaban. Jawaban tanpa sadar yang membuatnya salah tingkah.

Mentari tertawa. Dia mengusap puncak kepala sang adik. "Kalau iya juga nggak papa, Sa. Wajar kok, Kakak juga setuju kalau itu Lidya. Dia baik, cerdas, cantik pula."

Angkasa menggeleng. "Kayak gitu cantik, Kak?"

"Iya."

"Dih, Kakak kali salah liat."

Tertawa Mentari pecah. Dia mencubit lengan sang adik. "Kalau Kakak salah lihat, kamu juga salah. Mata kita bermasalah. Hati kamu lebih bermasalah."

Angkasa hanya diam dengan wajah cemberut. Pipi pemuda itu memerah. "Nggak ada, kok. Aku nggak suka dia."

"Iya, iya." Mentari menanggapi sekenanya. Dia berjalan pergi. Tetapi kemudian dari jarak cukup jauh gadis itu berseru; "Jangan denial, Sa!"

"Kakak!" kesal Angkasa. Pemuda itu berdiri dan menghampiri Mentari dengan wajah marah.

Sedang Mentari puas tertawa karena adiknya yang terus salah tingkah.

***

Kakak lembur lagi, kalian istirahat duluan aja.

Notifikasi itu membuat Langit menghela napas. "Kakak nggak bawa bekal lebih?" tanya pemuda itu pada Angkasa.

"Nggak ada. Dia lembur lagi?" tanya Angkasa.

"Iya."

"Huh, baru kemarin sih kak Mentari cerita kalau perusahaan bakal luncurkan produk baru. Makanya Bang Astra pergi ke luar kota juga."

Ketiganya masih di ruang tamu. Duduk mengerjakan tugas masing-masing. Namun, sesuatu mengejutkan terjadi.

Pesan dari Aluna. Semula Awan mengabaikan. Tetapi, gadis itu terus mengirimi pesan agar Awan membalas atau melihat pesan kirimannya.

Ketika Awan membuka pesan. Itu adalah link. Aluna menyuruh Awan membuka link tersebut segera.

"Apa sih, Aluna. Ngotot banget kayaknya. Palingan juga unggahan nyeleneh kayak sebel-"

Perfect Family [SELESAI]Where stories live. Discover now