ZAINAB BINTI RASULULLAH (Bag 2)

1.8K 118 0
                                    


Setibanya di Kota Mekkah, Abul Ash menyampaikan apa yang menjadi kesepakatan antara ia dan Rasulullah SAW kepada Zainab. Mendengar kesepakatan itu, Zainab merasa berat untuk berpisah dengan suaminya, tetapi perintah Allah dan Rasul-Nya lebih didahulukan dari segalanya. Walaupun ia harus mengorbankan cinta dan perasaannya namun ia rela demi agama dan Aqidahnya. Akhirnya, dengan sedih Zainab memberikan ucapan selamat tinggal kepada suaminya, namun ia tetap berharap semoga Allah mempertemukan mereka kembali.

Abul Ash telah memenuhi janjinya kepada Rasulullah SAW untuk membiarkan Zainab kembali ke tempat orang-orang Islam tinggal yakni Kota Madinah. Berpisahlah Zainab binti Rasulullah SAW di atas jalan Islam, meninggalkan suaminya yang masih berkubang dalam kesyirikan. Abul Ash yang masih menyintai Zainab tak kuasa menahan tangis dan tak dapat mengantarkan istrinya ke tepi dusun di luar Mekkah, di mana telah menunggu Zaid bin Haritsah dan seorang laki-laki Anshar. Abul Ash kemudian meminta saudaranya, Kinanah bin Rabi untuk mengantarkan Zainab.

Abul Ash berpesan pada Kinanah, "Saudaraku, tentulah engkau mengetahui kedudukannya dalam jiwaku. Aku tidak menginginkan seorang wanita Quraisy di sampingnya dan engkau tentu tahu bahwa aku tidak sanggup meninggalkannya. Maka temanilah dia menuju tepi dusun, di mana telah menungggu dua utusan Muhammad. Perlakukanlah dia dengan lemah lembut dalam perjalanan dan perhatikanlah dia sebagaimana engkau memerhatikan wanita-wanita terpelihara. Lindungilah dia dengan panahmu hingga anak panah yang penghabisan!."

Kinanah bin Rabi bersedia mengantarkan Zainab dan berjanji akan selalu melindunginya seperti pesan saudaranya.

Setelah menyelesaikan persiapan, Kinanah bin Rabi menyerahkan seekor unta kepada Zainab untuk dinaiki.

Kinanah mengambil busur dan anak panahnya, kemudian keluar membawa Zainab dari Kota Mekkah pada waktu siang hari. Zainab duduk di dalam sekedup, sementara Kinanah menuntun untanya. Saat itu Zainab sedang mengandung sekitar empat bulan.

Kabar tentang kepergian Zainab menemui Rasulullah Muhammad SAW, ayahnya, terdengar oleh beberapa orang Quraisy sehingga mereka keluar untuk mengejarnya. Orang-orang Quraisy yang mengejar melihat Zainab di suatu lembah yang disebut Dzi Thuwa.

Orang yang pertama kali menyusulnya adalah Hubar bin Al-Aswad dan Nafi' bin Abdul Qais Al-Fahri.

Hubar menakut-nakuti Zainab dan Kinanah dengan tombak di tangan dengan tujuan agar mereka kembali ke Mekkah. Hubar menyodok-nyodokkan tombaknya kearah Zainab namun tidak sampai mengenainya. Saat itu Zainab masih berada di atas untanya. Akibat menghindari sodokan tombak, unta yang ditumpangi Zainab meronta dan membuat Zainab jatuh terpental ke bawah menumbuk batu keras.

Melihat saudara iparnya diperlakukan demikian, Kinanah marah dan menyiapkan panahnya.

"Demi Allah, tidak ada seorang pun yang mendekati diriku kecuali aku tancapkan anak panah padanya." Seru Kinanah dengan lantang.

Mendengar hal tersebut orang-orang yang mengejar Zainab menjadi gentar dan gemetar. Tak lama kemudian Abu Sufyan bersama rombongan Quraisy datang dan berkata pada Kinanah,

"Hai laki-laki, tahanlah panahmu hingga aku berbicara kepadamu."

Maka Kinanah pun menahan panahnya. Abu Sufyan datang menghampirinya dan berkata lagi,

"Tindakanmu tidak tepat, Kinanah! Engkau membawa pergi Zainab di siang hari, sedang kita dalam keadaan siap siaga. Nanti dikira pasukan Muhammad, bahwa kita dalam keadaan lengah dan menunjukkan kelemahan kita sehingga Zainab bisa lolos tanpa sepengetahuan kami. Demi umurku, kami tidak perlu mencegahnya untuk pergi kepada ayahnya. Tapi lebih baik keluar dari Mekkah pada malam hari sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Karena itu bawalah pulang dulu dia."

HIKAYAT MUSLIMAH TELADANWhere stories live. Discover now