UMMU UMARAH (Bag 2)

1.1K 57 1
                                    


Peran Dalam Baiatur Ridwan
Ummu Umarah adalah teladan bagi para Muslimin Muslimah. Beliau telah mengorbankan dirinya di jalan jihad membela agama Islam, menunaikan kewajibannya sesuai dengan kemampuan, baik di waktu perang maupun di waktu yang aman. Tidak hanya berjuang di Perang Uhud, Ummu Umarah juga telah turut serta bersama Rasulullah SAW dalam Baiatur Ridwan di Hudaibiyah.
Awal mula terjadinya Baitur Ridhwan ini adalah pada Bulan Zulkaidah tahun ke 4 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 628 Masehi, kaum Muslimin dari Kota Madinah bersama Rasulullah SAW mengunjungi Kota Mekkah dengan maksud untuk Umrah dan silaturrahmi dengan keluarga mereka di Mekkah. Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Hudaibiyyah, Usman bin Affan diutus lebih dahulu ke Kota Mekkah untuk menyampaikan maksud kedatangan kaum Muslimin ke Kota Mekkah.
Di Hudaibiyyah, kaum muslimin menanti kedatangan Usman dengan harap harap cemas. Kemudian tersiar kabar bahwa Usman bin Affan telah dibunuh. Hal ini membuat kaum muslimin melakukan janji setia kepada Rasulullah SAW dan akan memerangi kaum Quraisy sampai kemenangan tercapai. Dalam Baiatur Ridwan, kaum muslimin bersumpah setia (barbaiat) kepada Rasulullah SAW dibawah sebuah pohon. Mereka menyatakan kesetiaannya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW serta akan membela agama Islam sampai titik darah penghabisan. Kaum muslimin bertekad akan memerangi kaum kafir Quraisy sampai mereka mati syahid di medan perang. Ummu Umarah menjadi salah satu orang yang ikut mengucapkan Baiatur Ridwan tersebut.
Baiatur Ridhwan ini menggetarkan kaum Quraisy sehingga mereka melepaskan Usman bin Affan dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin yang terkenal dengan sebutan "Perjanjian Hudaibiyyah".
Peran dalam Perang Yamamah
Tidak berapa lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, tahun 11 Hijriyah, banyak Kaum muslimin yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Salah satunya adalah Musailamah al-Kadzab yang murtad dan mengaku sebagai nabi. Khalifah pertama Abu Bakar As-Shidiq memutuskan untuk memerangi nabi palsu itu. Sebelum melakukan penyerangan, Abu Bakar As-Shidiq mengirimkan surat kepada Musailamah yang dibawa oleh Hubaib Bin Zaid putra dari Ummu Umarah Nusaibah.
Musailamah menerima surat dari Abu Bakar tersebut, namun mengacuhkannya. Musailamah bahkan menawan dan menyiksa utusan Abu Bakar. Putra Ummu Umarah itu disiksa dengan berbagai siksaan. Namun Allah SWT memberikan keteguhan dan ketegaran hati kepada putra Ummu Umarah ini, meskipun teramat berat siksaan dirasakannya, namun dia tetap istiqamah. Akhirnya Allah mentaqdirkan Hubaib bin Zaid wafat di tangan Musailamah dengan sangat mengerikan.
Mendengar kabar berita itu, Ummu Umarah segera mendatangi Abu Bakar As- Shidiq. Beliau mohon izin untuk turut berjuang ke medan perang bersama pasukan Muslim yang akan memerangi orang-orang murtad dan nabi palsu. Mendengar permohonan itu, Abu Bakar pun berkata:
''Sungguh kami telah menyaksikan pengorbananmu di medan jihad, maka keluarlah (untuk berperang) dengan menyebut nama Allah."
Bala tentara Islam keluar dari Madinah menuju tanah Yamamah untuk memerangi orang-orang yang murtad dan nabi palsu serta membinasakan mereka. Perang ini disebut dengan perang Yamamah. Ummu Umarah beserta putranya Abdullah ikut ambil bagian dalam perang tersebut. Saat itu usia Ummu Umarah sudah 60 tahun, namun semangatnya tidak luntur membela panji-panji Islam. Ummu Umarah berjanji kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar ia juga mati di tangan Musailamah atau ia yang membunuh Musailamah.
Pada Perang Yamamah, pasukan Islam dipimpin oleh Khalid bin Walid yang telah masuk Islam. Saat itu Ummu Umarah tidak dapat menahan diri, beliau menghunus pedang dan menyerang musuhnya habis-habisan. Ummu Umarah mendapat banyak luka di tubuhnya dan tangannya terpotong dalam perang tersebut. Meskipun demikian, Ummu Umarah tidak gentar dan terus menerobos ke barisan depan sampai bertemu dengan Musailamah.
Bersama dengan Abdullah anaknya, Ummu Umarah terus menyerang kaum murtad dan akhirnya dapat membunuh Musailamah. Pada suatu riwayat Ummu Umarah berkata:
"Tanganku terpotong pada hari perang Yamamah padahal aku sangat berkeinginan membunuh Musailamah. Tidak ada yang dapat melarangku hingga aku melihat orang jahat itu mati terkapar. Dan tiba-tiba aku lihat anakku Abdullah bin Zaid mengusap pedangnya dengan pakaiannya, lalu aku bertanya kepadanya: "Engkaukah yang membunuhnya ?" Ia menjawab : "Ya" Kemudian aku sujud syukur kepada Allah."
Setelah kemenangan didapat kaum muslimin, para pejuang Islam kembali ke Madinah. Khalifah Abu Bakar yang mendengar keadaan Ummu Umarah menjenguk kerumahnya dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadapnya. Meski hanya pulang dengan satu tangan, namun Ummu Umarah sangat bangga telah berjuang membela Agama Islam yang diyakininya.
Beberapa tahun setelah Perang Yamamah, Ummu Umarah berpulang ke Rahmatullah. Jiwanya tenang menghadap Pencipta-Nya. Dialah seorang pejuang wanita yang berjuang dalam hidupnya untuk kejayaan Islam hingga akhir hayatnya. Semoga Allah SWT meridhainya dan menyambut dengan Rahmat-Nya yang luas serta menempatkannya ke dalam Jannah yang penuh dengan ketenangan dan ketenteraman yang hakiki.
Itulah sebagian kisah Ummu 'Umarah, Nusaibah binti Ka'ab Al Anshariyah, seorang muslimah wanita yang ikut berperang di garis depan. Keberanian Ummu Umarah menyebabkan semua para Sahabat Rasulullah menghormati beliau dan namanya tercetak dalam tinta emas sejarah Islam. Semoga para Muslimah dapat meniru dan mengikuti keberanian, semangat pengorbanan dan istiqamah yang beliau tunjukkan.

HIKAYAT MUSLIMAH TELADANWhere stories live. Discover now