Bu Siti, Panjenengan Kok Begitu?

46 1 0
                                    


Sambil menyeruput teh pait, dicampur dua sachet tolak angin cair, saya buka-buka portal berita. Lalu, mentok pada sebuah berita di Kompas.com, situs berita punyanya Grup Gramedia-Kompas. Mata saya terbelalak membaca judulnya. Judul berita di Kompas.com itu, " Pemerintah Tak Akan Buka Nama Perusahaan yang Bakar Hutan". Berita di posting, Senin, 26 Oktober 2015, pukul 13:25 WIB. Demikian sekelumit informasi berita yang membuat saya terbelalak.

Narasumber yang dikutip dalam berita itu adalah Ibu Siti Nurbaya. Jangan salah sangka yah, beliau bukan Siti Nurbaya yang dikawin paksa Mbah Datuk Maringgih. Bukan! Beliau orang penting di negeri ini. Jabatannya pun mentereng. Bu Siti adalah Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Jadi Bu Siti ini pembantunya Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla di kabinet.

Ya, di berita itu Bu Siti menegaskan, bahwa pemerintah tak akan membuka nama-nama perusahaan yang diduga atau bahkan terbukti membakar hutan. Alasan Bu Siti, " Buat saya, yang penting mereka tahu perbuatan mereka salah dan mereka telah mendapat sanksi untuk itu." Demikian kutipan langsung dari Bu Siti yang dikutip Kompas.com.

Bu Siti, mengucapkan itu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Setelah membaca itu, kok perut saya malah mual. Badan pun tambah meriang. Masuk angin kian menjadi. Dan, muntah pun tak tertahan, akhirnya keluar juga dari mulut. Huekkkk. Nuwun sewu Bu Siti, panjenengan kok begitu?

Bu Siti, piye to iki, kok panjenengan tak mau mengumumkan siapa yang salah, membakar dan memproduksi asap? Ada apa? Mohon maaf bu, kalau tak disebutkan nama, bagaimana publik tahu, bahwa benar ada perusahaan yang berbuat sangat durhaka, membakar lahan, memproduksi asap. Bagaimana publik bisa ikut menghukum, kalau tak tahu siapa pelakunya. Begini Bu Siti, kalau nama-nama perusahaan itu dibuka, setidaknya saya punya bahan untuk bertanya kesana kemari. Siapa tahu, ada tetangga, sahabat atau kerabat saya yang bekerja di perusahaan itu. Kalau memang ada, saya kan bisa bertanya, apa kawan, sahabat, kerabat atau kenalan saya itu ikut-ikutan bakar lahan atau tidak. Bila ikut-ikutan, setidaknya saya bisa beri nasehat, membakar lahan itu perbuatan durjana yang membuat anak kecil meregang nyawa. Dan, akan saya minta untuk bertobat. Bila perlu ruwatan buang sial. Ibu juga kan bisa menelusuri sama seperti saya. Siapa tahu kan bu, ada kenalan atau kawan dekat ibu, terlibat di perusahaan yang namanya mau disimpan dalam laci pemerintah itu.

Jadi, saya mohon tolong buka nama-nama perusahaan itu. Agar publik bisa mencaci maki pemiliknya. Agar publik, bisa menghujat pemodalnya serta petingginya yang nyata telah menyengsarakan rakyat se-Sumatera dan Kalimantan. Tapi kenapa tak mau dibuka bu? Tolong beri alasan yang cerdas agar rakyat bisa mengerti dan tak seperti dianggap bodoh terus. Atau jangan-jangan ada ketakutan kalau dibuka ada yang iseng menelisik. , Misalnya Mas Anton yang wartawan itu, seperti tak punya kerjaan tiba-tiba menelisik daftar perusahaan penyumbang capres lalu membandingkannya dengan nama-nama perusahaan 'durjana' itu. Lalu Mas Anton yang wartawan itu, menemukan kemiripan nama perusahaan antara yang nyumbang dengan yang bakar. Dan setelah itu keluar pertanyaan kurang ajar. " Kok daftar perusahaan di Pilpres sama dengan nama perusahaan yang bakar lahan?" Jangan sampai, ada pertanyaan seperti itu. Semoga bukan karena itu.

Tapi please berikan kami alasan yang lebih masuk akal, ketimbang pernyataan bahwa nama-nama perusahaan itu tak penting. Dan kata ibu, yang paling penting itu sanksinya. Bagi kami, dan mungkin juga jutaan korban yang dipapar asap, nama-nama perusahaan itu sangat penting. Sangat penting. Karena mereka adalah pelaku yang menyengsarakan rakyat di negeri ini selama berbulan-bulan, bahkan dari tahun ke tahun.  Bila perlu, sanksinya usir mereka dari negeri ini, bila hanya membuat sengsara.  

#Dimuat di Kompasiana.com, 27 Oktober 2015 

Bukan Catatan Pinggir Goenawan MohamadWhere stories live. Discover now