Komandan ISIS Itu Bila tak Ngacir, Santai di Garis Belakang

12 0 0
                                    


Ada pernyataan menarik dari Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tentang peristiwa 'bom Sarinah'. Sebagai 'penguasa' ibukota Ahok pantas jengkel dan marah dengan terjadinya teror di kawasan Sarinah. 

Maka keluarlah pernyataan mirip sumpah serapah. Seperti biasa dengan nada meledak-ledak, Ahok menumpahkan 'kemarahannya' pada pelaku teror yang dinilainya hanya sekumpulan 'orang bodoh', karena mau saja dikibuli masuk surga, sementara yang 'ngibulinya', enak saja kabur meninggalkan gelanggang kala mereka sudah terdesak. Pernyataan Ahok itu menanggapi kabar bahwa 'komandan' teror bom Sarinah kabur meninggalkan kawan-kawannya yang berjibaku melawan polisi.

"Komandan mana ada yang mau mati. Yang bego saja yang disuruh mati. Yang kurang ajar yang mimpin bawa senjata kabur. Pengecut bohongin orang bego. Orangnya mati, elo enggak mati. Yang berani mati kan yang goblok saja, yang disuruh pasangin bom,"  begitu kata Ahok yang kemudian banyak dikutip oleh banyak media. 

Saya hanya tertawa membaca pernyataan Ahok. Saya sepakat dengan Ahok, Komandan bom Sarinah jika memang benar ngacir tinggalkan gelanggang benar-benar orang yang tak punya solidaritas. Orang yang hanya bisa petantang petenteng karena jadi pimpinan. Tapi, ketika ada masalah, ingin enaknya dewek, ngacir tak mau ikut berjibaku. Anak buahnya pun hanya sekedar jadi ayam aduan. Si komandan yang nyabung anak buahnya, santai saja. Bahkan kemudian ngacir, begitu tahu 'ayam sabungannya' keok dan mati. 

Mungkin, si komandan berpikir, anak buahnya yang meregang nyawa di Sarinah sudah cukup dengan janji surga. Dan si anak buahnya yang oleh Ahok dinilai sekumpulan orang bodoh, merasa nanti bisa ketemu komandannya di surga. Entah surga yang mana. 

Dan ada berita menarik lainnya yang saya baca dari sebuah situs berita Zonalima.com. Ini situ portal berita baru, tapi berita-beritanya lumayan cukup banyak yang menarik. Dalam salah satu beritanya tentang bom Sarinah, Zonalima.com, mengulas tentang siapa dan seperti apa sosok Bahrun Naim yang disebut Kapolda Metro Jaya sebagai otak dibalik serangan bom Sarinah. 

Ada sebuah pernyataan menarik dari mantan ikhwan kelompok salafi jihadi yang dikutip zonalima.com. Dalam pernyataannya pada zonalima.com, si ikhwan tersebut menuturkan kesaksiannya bahwa katanya para simpatisan ISIS non Arab yang datang ke Suriah untuk berperang, selalu ditaruh di garis depan, alias jadi pasukan garda depan. 

Jadi, mereka-mereka inilah yang paling pertama punya kans untuk meregang nyawa. Lalu, dimana pentolan-pentolan ISIS yang berasal dari jazirah Arab? Menurut si Ikhwan seperti yang dituturkan kepada zonalima.com, mereka dapat posisi paling uenak, ada di baris belakang. Ya, mereka selalu jadi elit, sementara yang non Arab, hanyalah kelompok kelas dua yang jadi sasaran empuk peluru lawan. 

" Mereka (warga jazirah Arab, Red) biasanya justru di belakang," tutur si Ikhwan sembari tertawa seperti yang dikutip zonalima.com. 

Pernyataan Ahok dan juga pernyataan si ikhwan saling terkait. Ahok bilang komandannya enak saja kabur meninggalkan anak buah yang meregang nyawa, sementara si ikhwan menyatakan, pendukung ISIS dari jazirah Arab, selalu ada di garis belakang. 

Setelah baca dua berita, dua pernyataan itu, saya heran kok masih ada yang tertarik untuk dikibuli masuk 'surga'. Sementara yang ngibuli juga tak peduli, apakah pintu surga terbuka atau tertutup bagi mereka. Di Indonesia, ditinggal ngacir komandannya, di Suriah jadi sasaran empuk peluru. 

#Dimuat di Indonesiana.tempo.co, 15 Januari 2016

Bukan Catatan Pinggir Goenawan MohamadWhere stories live. Discover now