Pengusaha Mebel Kalahkan Konglomerat

26 0 0
                                    


Mas Joko Widodo atau biasa dipanggil Mas Jokowi ini, sekarang sedang tenar-tenarnya. Dia di sebut-sebut, calon terkuat pengganti Pak SBY, Presiden Republik Indonesia sekarang. Pak SBY sendiri, akan segera pensiun pada Oktober nanti, sebagai Presiden. Tanggal 9 Juli 2014, rakyat akan jadi juri untuk memilih siapa yang akan menggantikan Pak SBY dan Pak Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Ya, tanggal itu, sudah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum, sebagai hari pemungutan suara Pemilihan Presiden 2014.

Nah, Mas Jokowi, adalah salah satu calon kontestannya. Dia, bila tak ada aral melintang Mas Jokowi, sebentar lagi bakal melenggang ke pentas pemilihan presiden dengan mengibarkan bendera  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang dinakhodai Ibu Megawati Soekarnoputri. Calon lainnya yang punya kans bakal jadi pesaing Mas Jokowi, adalah Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical dan Pak Prabowo Subianto.  Partai yang dikemudikan Pak Ical,  Partai Golkar, menjadi partai urutan dua peraih suara terbanyak. Sementara urutan pertama klasemen partai peraih suara terbanyak diduduki oleh PDI-P, partai yang kini mengusung Mas Jokowi. Sedangkan, Pak Prabowo, kemungkinan besar bisa lolos ke pentas Pilpres, lewat perahu Gerindra.

Menurut hasil sigi lembaga survei, calon yang berpeluang mendapat tiket Pilpres itu, hanya tiga nama memang. Pertama Mas Jokowi. Kedua Pak Prabowo. Dan yang ketiga Pak Ical. Sementara Pak Wiranto, disebut-sebut kuda hitamnya atau calon yang bisa saja membuat kejutan. Tapi kalau melihat papan klasemen perolehan suara, kans Pak Wiranto untuk maju sebagai capres cukup kecil. Partai yang dinakhodainya, Partai Hanura, suaranya jeblok hanya meraup 5 persenan suara.

Harus diakui sementara dalam papan klasemen hasil survei capres, Mas Jokowi adalah 'penguasanya'. Dalam urusan elektabilitas, Mas Jokowi ini nomor satunya. Di bawah Mas Jokowi, menguntit Pak Prabowo. Berikutnya Pak Ical, disusul Pak Wiranto. Sebenarnya siapa sih Mas Jokowi?

Saya kira, banyak diantara rakyat Indonesia, sudah tahu siapa lelaki berperawakan kerempeng itu. Sejak ia terpilih jadi Gubernur Jakarta, wajahnya memang banyak wara-wiri nongol di layar kaca. Jadi wajar, bila sampai pelosok negeri, hapal siapa Mas Jokowi ini. Kebanyakan mulai mengenal, setelah Mas Jokowi jadi orang nomor satu di Ibukota.

Mas Jokowi ini, sebelum hijrah ke Ibukota, ia adalah orang nomor satu di Surakarta atau Solo. Ya, sebelum jadi Gubernur Jakarta, dia adalah Wali Kota Solo. Wakilnya FX Hadi Rudyatmo. Di Pemilihan Kepala Daerah Jakarta, Mas Jokowi, berhasil mengalahkan duet Pak Fauzi Bowo dan Pak Nachrowi Ramli. Saat itu, Mas Jokowi berpasangan dengan Mas Basuki Tjahaja Purnama yang terkenal dengan panggilan Ahok.

Sebelum masuk dunia politik, Mas Jokowi sendiri, bukanlah seorang aktivis atau mantan birokrat. Dia adalah pengusaha sukses di bidang meubel atau furniture, yang bisa ekspor sampai ke luar negeri. Nama perusahannya PT Rakabu.

Di Solo, ia dua kali dipercaya menjadi Wali Kota. Di paruh kedua masa jabatannya yang kedua kalinya, Mas Jokowi hijrah ke Jakarta, karena diusung oleh koalisi PDI-P dan Gerindra sebagai calon gubernur, berpasangan dengan Mas Ahok. Sampai kemudian, ia didaulat oleh Ibu Mega, sebagai capres PDI-P. Kini, Mas Jokowi, sedang merintis mimpi, bisa naik kelas menjadi Presiden. Untuk sementara dalam bursa survei capres, Mas Jokowi sedang unggul.

Sementara pesaingnya juga bukan orang sembarangan. Pak Ical misalnya, dia adalah saudagar besar di negeri ini alias salah satu konglomerat. Dia pemilik gurita bisnis yang bernaung dalam Grup Bakrie.  Bahkan Pak Ical ini, pada 2007, pernah dinobatkan sebagai orang paling tajir se-Indonesia versi Majalah Forbes. Tapi dalam daftar orang terkaya se-Indonesia di tahun berikutnya, hingga sekarang, nama Pak Ical tak disebut lagi oleh Majalah Forbes.

Mertuanya Neng Nia Ramadhani ini juga adalah pemilik dua stasiun televisi di Indonesia, yakni TV One dan Anteve. Selain punya dua stasiun televisi, Pak Ical juga memiliki satu portal berita yaitu Vivanews.co. Tidak hanya di industri media, Pak Ical melebarkan sayapnya. Di tambang batubara, Pak Ical juga jadi pemain, lewat Bumi Resources.

Dari sisi kekayaan pun, mungkin pundi duit Pak Ical, lebih menggelembung daripada rupiah yang dimiliki Mas  Jokowi. Kabarnya, pundi Mas Jokowi hanya 30 milyaran. Entah benar atau tidak. Tapi, Mas Jokowi yang pasti, belum pernah mendapat predikat sebagai saudagar tertajir seantero Indonesia, seperti Pak Ical. Namun urusan popularitas dan elektabilitas, Mas Jokowi bolehkah menepuk dada. Ia berhasil mengalahkan Pak Ical, maupun Pak Prabowo.

Lihat saja misalnya, hasil sigi capres yang dilakukan Charta Politika, lembaga riset politiknya Mas Yunarto Wijaya.  Dalam hasil survei yang dilansir pada 26 Maret kemarin, elektabilitas Mas Jokowi, paling unggul. Bahkan bila dihadap-hadapkan secara head to head, baik dengan Pak Ical maupun dengan Pak Prabowo, hasilnya Mas Jokowi yang diperkirakan bakal jadi juara.

Misalnya, kalau Mas Jokowi ditandingkan melawan Pak Ical dan Prabowo, hasil sigi Charta Politika, mencatatkan, elektabilitas atau tingkat keterpilihan Mas Jokowi mencapai 51,3 persen. Sementara elektabilitas Pak Prabowo hanya 23,7 persen. sedangkan, elektabilitas Pak Ical, 12,7 persen. Responden yang tak menjawab atau tak tahu, 12,4 persen.

Bagaimana kalau Mas Jokowi head to head lawan Pak Ical? Hasil survei Charta juga mencatatkan pengusaha mebel itu bisa mengalahkan konglomerat. Tingkat keterpilihan Mas Jokowi, bila lawannya hanya Pak Ical, mencapai 63,9 persen. Sementara Pak Ical, hanya 18,7 persen. Responden yang menjawab tidak tahu, 17,4 persen.

Lalu, kalau lawannnya hanya Pak Prabowo? Mas Jokowi juga masih tetap unggul. Begitu menurut  hasil sigi Charta Politika. Tingkat keterpilihan Mas Jokowi, mencapai 57,0 persen. Sementara Pak Prabowo, hanya 27,8 persen. Responden yang masih belum menjawab, 15,2 persen. Bila melihat itu, bisa dikatakan, pengusaha mebel cukup telak mengalahkan pensiunan komandan Jenderal. Tapi itu menurut sigi yang dilakukan pada 1-8 Maret kemarin.  Sementara Pilpres akan digelar 9 Juli 2014. Jadi masih ada waktu, bagi masing-masing kandidat bermanuver. Syukur-syukur manuvernya itu bisa mendongkrak elektabilitasnya.

Akankah pengusaha mebel kembali bisa mengalahkan konglomerat dan komandan Jenderal?  Kita tunggu saja pertarungan sebenarnya pada 9 Juli nanti.

#Dimuat di Indonesiana.tempo.co, 2014

Bukan Catatan Pinggir Goenawan MohamadWhere stories live. Discover now