Jelous

96.4K 7.3K 274
                                    

Gadis bergaun peach dan berambut merah itu berlari memasuki hutan sambil menangis. Ia tidak tau harus berbuat apa dan terus berlari tidak mempedulikan laki-laki yang mengejarnya.

"Jena! Wait! Please! Jena!" Teriak Peeta yang meneriakinya. Namun teriakannya sia sia dan ia memutuskan untuk menggunakan kecepatan tak manusiawi nya untuk berdiri tepat dihadapan kekasihnya yang langsung berhenti dan menunduk sambil terisak.

"Jena..." gumam Peeta lembut lalu menangkup wajahnya. Membuatnya mendongak dan menatap Peeta dengan isakan kecilnya.

"Kumohon mengertilah.. dia mateku" ucap Peeta lembut yang membuat air mata Jena kembali berjatuhan dengan derasnya.

"Ta-tapi a-aku mencintaimu Pe-peeta" jawabnya terbata bata di tengah isakannya, membuat Peeta menatapnya khawatir sekaligus iba. Hingga akhirnya Peeta memeluknya dan ia menangis histeris sambil berteriak, seolah olah melepas semua rasa sakitnya yang ia pendam beberapa menit lalu. Ia menggenggam erat ujung kaus Peeta sesekali menariknya, membuat buku buku jarinya memutih akibat kepalan tangan nya yang sangat kuat.

"Sshhh...Tenanglah.." ucap Peeta menenangkan lalu mengelus kepala nya yang hanya sampai sebahunya.

"Kenapa? Kenapa dia harus datang?! Kenapa mate mu itu tidak mati saja!" Sontak Peeta melepaskan pelukannya dan menatap tajam kearah perempuan dihadapannya. Mata abu-abu terangnya menggelap menjadi hitam pekat membuat gadis dihadapan nya menatapnya takut.

"Jangan pernah berbicara seperti itu lagi" ucap Peeta dengan suara rendah yang terdengar menakutkan. Lalu dengan sekejap mata ia menghilang dari hadapan Jena. Membuat gadis itu berteriak frustasi dan menjatuhkan tubuhnya ketanah sambil menangis histeris.

*

"Alpha, salah satu anggota ICC yang memata-matai kita tertangkap di perbatasan" ucap seorang Beta berambut emas bernama Genas.

"Dan orang itu mengaku bahwa pimpinan ICC saat ini adalah Marks, putra tunggal dari Maximum yang sudah tinggal nama" dan yang menjelaskan itu adalah laki-laki berkulit hitam dengan rambut pirang bernama Rocki, seorang Gamma yang sedang berbicara dengan Alphanya.

"Bagaimana keadaan mata mata itu sekarang?" Tanya Peeta pada dua orang kepercayaan nya.

"Sekarang ia berada di ruang tahanan bawah tanah" jawab Genas dan Peeta menggangguk. "Baiklah kalian boleh pergi" ucap Peeta yang diangguki dua pria itu, dan lalu keluar dari ruang kerjanya. Peeta mengacak rambutnya frustasi karena masalah yang sudah turun temurun melanda semua pack di benua ini.

ICC atau kepanjangan nya Immortal Criminal Comunity adalah sebuah organisasi yang dianggotai oleh para makhluk immortal penghianat dan juga para Rogue. Dulu, organisasi itu dipimpin oleh Maximum, yang sudah mati terbunuh oleh Ayah Peeta yang saat itu masih menjadi seorang Alpha. Kini tinggal Peeta yang harus membunuh Marks dan memusnahkan organisasi itu selamanya. Namun mereka tidak pernah ditemukan dimanapun, membuat para Alpha sangat sulit untuk memusnahkan mereka. Kini mereka sangat kuat dengan para tahanan yang mereka latih menjadi mesin pembunuh.

"Honey.." suara lembut itu membuat lamunan Peeta memudar. Gadis dengan piyamanya berjalan mendekat kearah Peeta yang duduk di meja kerjanya.

"Maafkan ucapan ku tadi, aku tidak bermaksud-"

"Aku tau kau sedang stres, maafkan aku juga" ucap Peeta lalu berdiri dan mendekat kearahnya. "Kembali kekamar, dan istirahat lah" ucap Peeta lembut lalu mengecup kening Jena. Ia lalu berjalan kearah pintu sebelum tiba-tiba Jena memanggilnya.

"Peeta.."

"Ya?" Jawab Peeta lalu berbalik menatap gadis berambut merah itu.

"Apa..apa gadis itu tidur di kamar mu?" Tanya Jena ragu, takut Peeta marah.

"Hmm.." jawab Peeta lalu berbalik dan pergi. Meninggalkan Jena yang menatap kepergiannya dengan terluka.

Author POV

"Aku minta maaf," ucap Vina yang menunduk dan duduk di ujung ranjang. Sedangkan pria yang baru saja masuk itu memperhatikannya dengan datar.

"Aku minta maaf telah membuat kekasih mu marah padamu. Aku berjanji aku akan pergi secepatnya" ucapnya lagi sambil meremas remas tangannya yang sudah berkeringat dingin.

"Tidak" kata Peeta tiba-tiba dengan datar yang membuat Vina langsung menatapnya tak percaya.

"Tidak sampai kau benar-benar aman, karena bagaimanapun kau mateku. Dan para Rogue itu akan membunuhmu jika kau keluar dari daerah ku" jawabnya datar lalu membuka kaus dan jeansnya menyisakan boxer hitam, dan naik keatas ranjang, lalu berbaring.

"Tapi bagaimana dengan kekasih mu itu?"

"Dia akan mengerti, lagipula aku akan tetap menikahinya dan mengembalikan mu ke tempat asalmu" jawabnya datar dan dingin, entah mengapa jawaban itu menimbulkan efek sesak pada jantung Vina, seolah olah ia hanya seseorang yang sangat merepotkan dan dititipkan untuk sementara, setelah itu ia akan dibuang karena waktu penitipan nya sudah usai.

"Aku ingin pulang...hiks" gumam Vina lalu terisak. Ia rindu, rindu orang tuanya, sahabat nya, rumahnya, dan semuanya. Tempatnya bukanlah disini, tetapi di tempat asalnya, ia ingin cepat cepat pulang, tapi seseorang menginginkan kematiannya. Terlebih dengan semua sahabat sahabatnya yang mati karena peristiwa hari itu, yang hanya menyisakan ia sendiri yang kini terjebak dalam dunia para makhluk immortal, dan parahnya ia adalah mate seorang Alpha. Dan semua itu sangat menyedihkan baginya.

"Kau menangis.." tanya Peeta yang lebih ke pernyataan. Ia bangkit dan duduk di sebelah Vina. Lalu memeluknya membuat percikan percikan timbul dan kehangatan juga kenyamanan yang melanda keduanya. Vina sempat menegang karena Peeta yang saat ini bertelanjang dada tiba-tiba memeluknya.

"A-aku ingin pulang.." lirih Vina sangat pelan sambil terisak, membuat Peeta langsung memeluknya erat dan mengelus rambutnya, sesekali mencium puncak kepala nya.

"Shh..Sabarlah, aku akan menjagamu dengan nyawaku. Tenanglah" ucap Peeta berusaha menenangkan. Vina mengangguk dan mulai menikmati kenyamanan yang dirasakannya. Perlahan isakannya hilang dan nafasnya mulai teratur. Hingga dengkuran halus tercipta dan Peeta tersenyum menatap wajah damai matenya yang tidur di pelukannya. Ia mengangkat tubuh Vina, lalu membaringkan nya di kasur. Ia berbaring disebelahnya dan menarik selimut, lalu entah dengan dorongan apa tangan kekarnya memeluk perut Vina. Ia merasa sangat damai dan nyaman, bahkan ia belum pernah merasa senyaman ini saat berada di dekat Jena. Perlahan iapun tertidur dengan senyum dan kenyamanan yang luar biasa.

***

Hola! Thanks for reading this chapter! And sorry for slow update :) i hope you likeit ;) dan sepertinya perlahan Peeta akan merasakan suatu perasaan yang bernama cinta pada seorang gadis bernama Vina :D *bocoran*

Anddddd thanks for MeaMiuw, alawiyahnida, Alstromeira, ElgyNurikaYanti, minamikz, Karena comment kalian sangat berharga, dan chapter ini ku dedikasikan untuk kalian ^v^

Charen Samuel Tengker

Jakarta. 8.3.2016

Creature WolfWhere stories live. Discover now