Jelous[2]

71.6K 5.4K 40
                                    

Vina POV

Rasa nyeri menjalar saat dokter menyuntik lengan kananku. Dokter menempelkan kapas dibekas tancapan jarum itu, lalu pamit dan pergi. Aku duduk terdiam seraya memperhatikan Peeta yang berbicara pada seorang maid yang sedang membereskan barang barangku lantas memasukkannya kedalam koper.

Peeta mendekatiku dan menatapku dengan senyum khasnya yang menenangkan. "Kau siap untuk pulang?" Tanyanya dan aku mengangguk. Ia mengusap usap kepalaku sebentar lalu menuntunku untuk turun dari ranjang dan berjalan bersamanya.

Kami berdua sampai dimobil. Peeta melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah dan aku menatap keluar jendela. "Boleh aku membuka kaca?" Tanyaku menatap Peeta dan ia menoleh dengan mengerutkan keningnya.

"Tidak. Nanti kau masuk angin." Jawabnya dan aku menghela napas, mencoba untuk tidak egois dan menurutinya walaupun sebenarnya aku sangat jengkel.

"Kau itu berharga, aku tidak mau kau sakit." Sambungnya membuatku menoleh dan menatapnya. Ia terus mengemudikan mobilnya dengan tenang, membuatku tersenyum dalam hati karena ucapannya.

***

"Oh dear.." ucap Mama yang sudah menunggu diluar. Ia memelukku lalu bergantian dengan Rachel dan yang lainnya. Aku masuk kedalam bersama yang lain, lalu tiba-tiba Peeta menggandeng tanganku, "Vina harus istirahat dulu, aku akan mengantarnya kekamar." Kata Peeta pada semua orang diruang tamu. Mereka semua tersenyum dan mengangguk. Lalu Peeta menarikku dan membawaku kekamar.

"Istirahatlah." Pintanya dan mendudukanku ke kasur. Aku menatapnya yang kelihatan gelisah dan lelah. "Duduklah disini," pintaku dan untungnya ia menurut. "Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa ada masalah?" Lanjutku dan ia menatapku dengan kekhawatiran yang jelas tersorot di matanya.

"Besok keluarga Jena akan datang." Lirihnya. "Untuk apa?" Tanyaku dan ia menghela napas lelah. "Membicarakan pertunangan dan pernikahan." Jawabnya. Entah mengapa aku langsung kecewa mendengar hal itu.

"Aku ingin tidur." Kataku.

"Tap-"

"Tinggalkan aku sendiri." Potongku dan akhirnya ia mengangguk. Ia lalu berjalan menuju pintu dan menatapku sekilas. Lalu pergi dan menutup pintu.

Aku terdiam menatap kosong lantai dibawah kakiku. Haruskah aku kecewa? Untuk apa? Sepertinya tidur akan membuat mood ku kembali. Aku mulai membaringkan tubuhku dikasur dan menarik selimut.

***

"Vin.." seseorang mengguncang tubuhku dengan halus. Aku membuka mataku dan menemukan wajah laki-laki yang tersenyum kearahku. Aku lalu duduk dan mengusap mataku. "Jam berapa ini?" Tanyaku.

"Jam Tujuh malam." Jawab Peeta. "Makan malam sebentar lagi dimulai, ayo." Ajaknya.

"Kemana?" Tanyaku seperti orang bodoh. "Ya tentu saja makan malam." Jawabnya. "Tapi aku belum mandi dan ganti baju."

"Tidak perlu, Ayo." Ajaknya lagi lalu menarik tanganku. Aku mengikutinya keluar kamar dan turun kelantai satu, lalu berjalan menuju ruang makan.

Semua orang sudah berkumpul disana, mereka tersenyum kearahku dan menyapaku. Kami berdua lalu menarik kursi dan ikut berkumpul, lalu makan malam dimulai.

Selesai makan malam kami semua melakukan aktivitas masing-masing. Aku dan Peeta duduk di ruang tengah dan menonton Tv. "Ugh! Tidak bisakah dia tidak bodoh dan sedikit melawan?!" Seruku saat seorang tokoh difilm yang sedang kami tonton terlihat sangat bodoh dan lemah.

Aku mendengar kekehan dari sebelahku membuatku menoleh kearahnya. "Dia itu seperti kau." Ejek Peeta dan aku memutar bola mataku. "Walaupun aku lemah, aku tidak sebodoh wanita pirang itu." Jawabku kesal dan ia kembali terkekeh.

"Bolehkah aku jujur?" Katanya dan aku menatapnya bingung. "Aku merindukan masa masa ini." Lanjutnya dan tersenyum. Kami bertatapan dan tenggelam dalam perasaan masing-masing. Jantungku berdetak keras dan aku mulai gugup, oke ini aneh.

Aku memalingkan wajahku dan kembali menatap Tv dihadapan kami. "Peeta, apa ciri-ciri orang jatuh cinta?" Tanyaku dan ia terkekeh, apanya yang lucu?

"Jantungmu berdebar-debar saat didekat orang itu. Kau akan selalu ingin berada didekatnya dan kau tidak ingin orang itu pergi. Kau akan sangat nyaman dan peduli dengannya." Jelasnya dan aku mengangguk. Mungkin aku sedang jatuh cinta?

"Dan semua ciri-ciri itu ada dalam dirimu. Jadi, sudah jelas jika kau sedang jatuh cinta denganku." Katanya dengan seringaian menjijikannya.

"Terlalu percaya diri!" Kataku lalu memukulkan bantal kewajahnya. Ia meringis dan aku tersenyum menang lalu pergi kekamar.

"Hei, kau mau kemana?!" Teriaknya. "Tidur!" Jawabku ketus. "Aku ikut." Katanya.

"Tidak!"

"Ikut."

"Tidak!"

"Ik-"

"Silahkan tidur disofa! Semoga tidurmu nyenyak Mr. Peeta." Potongku lalu pergi. Bisa kudengar ia mengerang. Rasakan itu!

**

Cahaya mencoba masuk kedalam mataku. Aku mengerjap dan duduk dari posisi tidurku. Namun aku menyadari sesuatu melingkar diperutku. Sialan, Peeta tidur disebelahku. Harusnya aku mengunci pintunya semalam.

Aku bangkit dan mulai membersihkan tubuhku. Saat aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih fresh, ia sudah tidak ada dikamar. Akhirnya aku memutuskan untuk turun kebawah dan sarapan.

Aku sudah tidak kaget lagi, saat menemukan keluarga Jena berkumpul dimeja makan bersama keluarga Peeta. Awalnya aku mau pergi saja dan mengurungkan niatku untuk sarapan, tapi hal itu batal karena Mama memanggilku.

"Ya?" Jawabku pada Mama. "Bergabunglah dengan kami sayang." Aku mengangguk dan berjalan kearah kursi kosong disebelah Rocki. Aku duduk disana dan bisa kulihat tatapan tidak suka dari Jena dan keluarganya, apa peduliku?








TBC





Sorry sekaleee aku updatenya lamaa, ini semua karena aku sangat terpukul saat semua tulisan yang udah kuketik berhari-hari untuk cerita ini tiba-tiba hilang begitu saja :'(
So maafkan aku yaa :*


Rainytale.   «23.4.2016»






Creature WolfWhere stories live. Discover now