She Knows

1.6K 98 1
                                    

Clara diam mematung sesaat sebelum akhirnya mengantungi kertas itu dan berlari kecil mengejar Steve.

Aku harus segera menanyakannya. Batin Clara.

Mereka sudah sampai di markas. Grace tersenyum bahagia karena hari ini mendapatkan banyak barang yang bisa jadi barang bukti. Ia langsung berkutat di lab nya dengan James yang ikut membantunya.

Alex dan Alexia bermain game. Steve pergi keluar, Clara pun menyusul Steve yang kini di halaman belakang markas.

"Hei." sapa Clara.

Steve menoleh "hei. Ada apa?"

Clara menarik nafasnya perlahan sebelum benar benar berbicara. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja. Katakan apa yang ingin kau tanyakan. Biar kutebak, kau sudah tahu kan sia Jo itu." Steve menatap Clara.

Clara mengangguk. "Jadi inikah alasan kau ingin tetap mempertahankan misi ini?"

Steve mengalihkan pandangannya menjadi lurus ke depan. "Kurang lebih. Aku tahu sangatlah egois. Aku juga sudah bilang pada kalian agar aku menyelesaikannya sendiri saja, tetapi kalian malah ingin membantuku. Membuatku makin merasa bersalah."

Clara menepuk bahu Steve dan mengusapnya. "Kau harus memberitahu yang lainnya."

"Aku tahu. Aku hanya bingung harus memulainya dari mana."

Clara menangkup wajah Steve dan menatap mata indah Steve. Entah sejak kapan Clara menyukai mata itu, terlebih pada orang yang memilikinya.

"Jujur aku sangat marah padamu, karena apa? Kau merahasiakannya dari kami. Tetapi aku tahu, kau punya alasan tertentu untuk itu. Aku mengerti bagaimana rasanya di posisimu, walaupun aku tak pernah. Tapi kau harus berjanji padaku untuk mengatakannya kepada yang lainnya sampai kau siap."

Steve hanya terdiam menatap gadis di hadapannya ini. Ia menarik seulas senyumnya. "Ya, aku akan mengatakan semuanya ketika misi ini selesai."

Clara tersenyum manis sebelum akhirnya mendekatkan kedua wajah mereka, menyatukan bibir mereka.

Clara seperti memberikan kekuatan untuk Steve lewat ciuman itu. Mereka saling menyesap lembut hingga Steve menjauhkan bibirnya. "Kau tahu, kau lah salah satu alasanku untuk cepat menyelesaikan misi ini. Aku hanya tak ingin melibatkanmu jika ada hal hal yang tak kita inginkan."

Clara memeluk Steve. "Kau tahu, entah sejak kapan aku memiliki perasaan ini. Perasaan cemas akan keadaanmu saat kau terluka."

"Terima kasih telah mencemaskanku." Steve melepaskan dekapannya. "Kita harus segera membantu yang lainnya untuk mewujudkan keinginan kita berikutnya."

Clara mengecup singkat bibir Steve. "Semangat!" lalu ia tersenyum dan berlari kecil menuju ke dalam markas.

"Kini kekuatanku bertambah." ucap Steve sambil menatap punggung Clara.

×××

"Oh god.. Guyss kalian harus melihat ini." teriak Grace yang baru saja keluar dari labnya.

Semua langsung mendekat pada Grace yang kini tersenyum bahagia.

"Kasus kita sudah memiliki bukti."

Clara menatap Steve. Pancaran wajahnya terlihat senang. "Apa yang kau temukan?" tanyanya penasaran.

Grace menatap Steve sesaat kemudian tersenyum. "Kau berhutang penjelasan pada kami."

Steve yang merasa seluruh teman temannya memandanginya melirik ke kawanannya. "Ya. Aku tahu. Waktu itu aku sudah menjanjikannya pada kalian. Kuharap kalian tidak marah setelahnya."

"Jangan risaukan hal itu. Aku tahu, kau punya alasan tertentu." James menepuk bahu Steve.

Mereka berkumpul dan duduk melingkar untuk mendengarkan penjelasan Grace dengan hasil analisisnya.

"Jadi begini. Dari kertas dokumen yang Clara temukan di bawah lantai kayu itu adalah beberapa berita tentang keegoisan salah satu bagian keluarga Forest. Forest adalah nama keluarga dari sang mantan presiden."

Semua mendengarkan dengan seksama. Tatapan mereka mengartikan menyuruh Grace untuk melanjutkan kata katanya.

"Alfred atau mantan presiden itu memiliki 2 cucu yang sangat ia sayangi. Entah firasatnya atau bagaimana, tiba tiba Alfred menuliskan surat yang berisi bahwa seluruh harta kekayaan keluarga Forest diserahkan kepada kedua cucunya untuk dibagi rata seluruh keluarga dan menjaganya. Hingga salah satu keluarga Forest tak menerima dengan keputusan itu pun merencanakan cara agar tahta berpindah ke tangan mereka." lanjut Grace.

Sedari tadi Clara yang duduk disamping Steve, memperhatikan Steve. Kini Steve mengeratkan rahangnya. Namun wajah penuh amarah Steve tiba tiba mencair karena genggaman tangan Clara yang tiba tiba.

Steve melirik Clara, namun mata Clara tertuju pada Grace dan dokumen di hadapan mereka.

"Siapakah keluarga yang memisahkan diri itu?" tanya Alex.

Grace menatap Steve sesaat lalu berkata. "Fourthee family."

Seketika Steve meremas kencang tangan Clara. Wajahnya terpampang jelas amarah. Sepertinya Steve memang sudah tahu siapa Fourthee family itu.

Clara meringis kesakitan, membuat genggaman Steve melonggar. "Maaf." lirih Steve yang wajahnya kembali tenang.

Steve bisa berapi jika amarahnya datang. Dan hanya Clara dan orang orang tertentu lah yang menjadi air untuk memadamkan api itu.

Clara tersenyum kecil. "Kau tahu siapa?"

Steve mengangguk. "Kuharap kau tak akan marah jika aku menghajar orang itu."

Semua menatap interaksi keduanya. Mereka jelas mendengar percakapan antara Steve dan Clara.

Clara mengernyitkan alisnya tak mengerti dengan ucapan Steve. Namun Steve langsung bangkit dan menatap semua kawanannya. "Jangan berhentikan aku hingga aku membunuhnya."

Semua temannya menatap Steve bingung. Steve baru saja ingin melangkahkan kakinya. Namun cekalan Clara membuat ia berhenti.

"Steve" lirih Clara. "Jangan membunuh siapapun. Biarlah kepolisian yang turun tangan."

Steve memadang manik mata Clara, kemudian ia tersenyum. "Aku tak bisa janji. Tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak membenciku ketika kau tahu siapa yang ingin kubunuh." Steve mengacak rambut Clara sebelum akhirnya ia pergi.

Clara masih diam tak berkutik. Pikirannya masih melayang dan bertanya tanya. Hingga suara Alex menyadarkannya. "Guys.. Ini buruk! Kita harus kejar Steve sebelum ia benar benar membunuh keluarganya sendiri!!"

Mereka semua bangkit, anak lelaki langsung melangkah cepat. Namun Grace dan Alexia mendekati Clara.

"Jangan banyak berpikir. Kita harus menghentikan kekasihmu itu." ujar Alexia.

"Dia bukan kekasihku." Clara menatap tajam Alexia.

"Tapi akan. Ayo semua sudah jauh." Grace membantu Clara berdiri.

"Clara, aku tahu kau bingung. Kami semua sama bingungnya dengan dirimu. Tetapi kita harus menghentikan Steve terlebih dahulu agar ia mampu menceritakannya pada kita semua." ucapan Grace membuat Clara tersadar. Clara tersenyum pada kedua sahabatnya.

"Ayo kita selesaikan misi kita ini. Aku rindu rumahku."

Love Starts With A MissionWhere stories live. Discover now