Tervezés

48.7K 3.8K 122
                                    


"Bizga njerёzor nӧ perfektni, meitӓželim la praspérité og firavanliq."

Ucapan itu terus berulang di gereja hitam milik Szandor. Mereka tengah melaksanakan ritual dengan seorang manusia yang dijadikan tumbal. Seorang wanita perawan yang siap dibakar hidup-hidup. Wanita itu menangis meraung-raung minta diselamatkan, tetapi percuma karena tidak akan ada yang menyelamatkannya. Api sudah disulut membakar sang wanita yang jeritannya menyayat hati. Tujuannya jelas untuk memberikan sesembahan pada setan yang menjadi panutan mereka. Acara ritual diakhiri dengan meminum bersama-sama darah hewan ternak. Szandor menyunggingkan senyum dengan gigi dan bibir yang penuh dengan darah.

"Akan lebih nikmat jika sesembahan untuk bulan depan adalah tubuh sang putri kerajaan. Sudah lama sekali tuan kita menginginkannya," dia berpidato di atas mimbar kepada para pengikut ajarannya.

"Tapi tidak mudah untuk menculik sang putri," salah satu pengikutnya bersuara.

"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Kita perlu rencana khusus untuk menculiknya. Kita harus menyusup di istana lalu menculik sang putri dan tuan kita akan semakin senang karena kita bisa memberikan sesuatu yang selama ini dia inginkan. Darah murni perawan bangsawan. Itu akan membuatnya semakin hebat!"

"Pertahanan istana cukup kuat. Mereka akan tahu jika kita menyusup."

"Kita akan bekerja sama dengan penyihir Sorgin. Sihir akan membuat semuanya tampak lebih mudah," dia kembali meminum darah dari gelasnya. Para pengikutnya juga melaksanakan hal yang sama. "Ini akan membuat ajaran kita semakin terkenal di penjuru negeri dan hutan Dunkelheit akan mengabulkan semua keinginan kita."

➴➵➶

"Kenapa kau tersenyum?"

Joanna menoleh dan mendapati kakaknya tengah berjalan mendekat. Joanna mengalihkan lagi pandangan matanya ke bawah. Kakaknya mengikuti arah pandangan Joanna. Para prajurit tengah berlatih di sana. "Dia sungguh tidak peduli dengan apa pun. Aku sudah melihatnya dari tadi dan dia bahkan tidak terpancing emosi ketika yang lainnya mengajak bertarung." Joanna melipat tangannya dan bersandar di jendela.

"Dia yang kaumaksud itu Julio Harding?" tanya kakaknya. Joanna mengangguk. "Sejauh mana kau sudah mengujinya. Yang kudengar kau mengajaknya ke kamarmu kemarin. Apa yang kaulakukan padanya?" Joanna mendengar nada tajam dari kakaknya.

"Hanya sedikit bermain. Menyenangkan sekali mengujinya," Joanna tidak gentar menghadapi kekhawatiran sang kakak.

"Sebaiknya hentikan jika kau tidak ingin terjerat dengan ujianmu sendiri. Dia bukan tidak bisa digoda. Dia hanya kuat godaan, tapi bukan berarti itu akan bertahan selamanya. Dia pria dan kau wanita. Akan ada sesuatu yang terjadi jika kau melangkah terlalu jauh," nasihat kakaknya.

"Itu artinya dia sama saja dengan munafik. Terlihat tidak ingin padahal butuh."

"Joanna, kau putri kerajaan. Hentikan permainanmu ini. Biarkan orang-orang kepercayan Ayah yang akan mengujinya."

Tidak! Joanna tidak suka jika sesuatu yang telah dimulainya harus diakhiri terlebih dengan paksaan. Apa salahnya? Dia hanya ingin membuktikan sendiri, terlebih ini juga demi kerajaan. Dia tentu tidak bisa serta-merta memercayai orang suruhan ayahnya. Posisi petarung adalah melindungi kerajaan. Dia yang akan berada di garis depan jika sesuatu terjadi pada istana.

"Aku tahu sampai batas mana aku akan melangkah. Jangan khawatir. Ketakutanmu tidak akan menjadi nyata. Lagi pula, dia setuju untuk kuuji." Joanna mendongak menatap kakaknya sambil memamerkan senyum indah miliknya. "Daripada itu, sebaiknya kakak segera mempunyai anak lagi. Harry Gabrielle Hawthorne sudah cukup besar untuk bisa kugendong." Felix Hawthorne mendengkus lalu mengusap kepala adiknya. Umur mereka berbeda enam tahun dan itulah yang membuat Joanna begitu manja kepadanya.

DUNKELHEIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang