8. Laki-Laki & Janji Manisnya

74.5K 6.6K 1.4K
                                    

Kesalahan laki-laki: Terlalu banyak berjanji.

Kesalahan perempuan: Terlalu banyak berekspektasi.

***

Siang yang terik, langit biru, kelas kosong, halaman lengang, ada kamu dan dia.

Kamu mencintai dia, dan dia mengetahuinya.

Dia mencintaimu, dan kamu mengetahuinya.

Sudah sama-sama tahu, tetapi tak pernah saling mengungkap.

Karena kamu dan dia berbeda dari yang lain. Belajar dari patah hati di masa lalu, sejak awal, kamu berkata kepadanya, "Aku nggak mau main-main. Aku mau hubungan yang jelas, yang ada tujuannya," dan, karena aku sudah lelah patah hati, karena aku nggak mau membuang waktuku dengan orang yang nggak pernah berani berkomitmen untuk masa depan, lanjutmu dalam hati.

Hari itu, di siang yang terik, kamu dan dia berjalan bersisian di halaman sekolah menuju area parkir. Atau, mungkin, duduk berhadapan di gazebo kampus yang sepi. Atau, mungkin, di kafe yang tak ramai. Atau, mungkin, di suatu tempat di mana hanya ada kamu dan dia, terjebak dalam sebuah kecanggungan yang indah. Lidah terlalu kelu untuk mulai berbicara. Jantung berderu kencang hingga kamu khawatir dia bisa mendengarnya. Pipi bersemu terlalu merah hingga kamu malu mengangkat muka. Dan, ketika kamu mengangkat muka, dia sudah melihatmu lebih dulu. Seperti sudah lama. Fokus pada kedua bola matamu. Dan, sungguh, ini adalah momen canggung favoritmu.

Bersamanya, diam saja, sama-sama malu, debaran jantung--tetapi bersamanya.

Hari itu, ada jeda yang berlangsung lama sekali. Tetapi, hari itu, kamu bisa mendengarnya berkata...,

"Aku juga nggak mau main-main."

Lalu, beberapa hari kemudian, dia mengisi hari-harimu, setia membalas pesanmu di tengah malam, selalu menjadi orang pertama yang bertanya apakah kamu sudah bangun, saling berbagi cerita, lalu kamu akan mendengarnya berkata,

"Aku pengin kita selamanya kayak gini."

Setetes air mata menitik di matamu. Mulutmu merapal syukur. Hatimu bergema, "Akhirnya, akhirnya. I found the one."

Lalu, beberapa minggu kemudian, kamu akan membuat drama kecil. Tak membalas pesan darinya, tak memulai percakapan di pagi hari, tak mengangkat telepon darinya. Sekadar mengecek keseriusannya. Sekaligus rindu mendengar kata-kata manis darinya.

Sehingga, dia akan menyerah dalam argumen tak jelas ini dan berkata,

"Aku sayang sama kamu. Kamu jangan gini dong."

Namun, kamu lelah dengan ucapan indah. Kamu ingin sesuatu yang lebih serius. Dengan hati yang sudah melayang di langit dan senyum lebar di bibir, kamu mengetik pesan semacam, "Ah. Ngomong sayang mah gampang."

Dan, dia akan berkata,

"Maaf kalau aku belum bisa komitmen. Tetapi, aku janji. Aku bakal lulus, dapat kerja, mapan, biar kita bisa... nikah."

Dan, seluruh tubuhmu meleleh.

Sejak hari itu, tak ada lagi lagu favorit, yang ada hanyalah suaranya, melantunkan janji manis itu, bermain di kepalamu setiap hari, menjadikan hari-hari lebih indah, membuat cinta menyerbak ke seluruh penjuru hatimu, lebih pekat, lebih dalam. 

Tetapi, itu dulu...

Masa lalu yang tak pernah terulang.

Beberapa bulan lalu, kamu menyadari sesuatu: Semakin dalam kamu mencintai, semakin banyak langkah mundur yang dia ambil. Melalui perbedaan pendapat yang tak berujung, kesalahpahaman yang tak jelas, kebuntuan yang tak terelakkan, ucapan maaf yang sia-sia, dia dan kebiasaan buruknya, kamu dan ekspektasimu.

And you've never loved and hated someone this hard, at the same time.

Di satu malam yang tak berbintang, keputusan harus diambil.

Mending kita udahan aja kalau kayak gini terus, dia yang berkata itu.

Dan, sejak hari itu, janji-janji manis yang pernah diucapkannya menjadi lagu kenangan yang selalu bermain di kepalamu, setiap malam, sebelum tidurmu, di sela-sela air mata yang tak tertahankan. Dan, setelah jatuh cinta berulang kali, kamu menyimpulkan, "Semua laki-laki sama aja, ya. Cuma bisa kasih janji manis. Tanpa kepastian."

Dan, aku, sebagai laki-laki, ingin menjawab kepadamu: Mungkin, kamu benar. Mungkin, kebanyakan laki-laki memang begitu. Tetapi, kebanyakan perempuan juga begitu. Mereka yang membuat laki-laki berjanji. Mereka yang berekspektasi. Mereka yang menyalahkan laki-laki ketika janji itu tak terlaksana. Padahal, mereka tahu: Mereka yang memulai semua kode ini menjadi sebuah keseriusan. Dan, kamu pun tahu: Dia, yang kamu cintai, punya janji-janji lain yang belum terpenuhi.

Maksudku...

Kamu bisa melihat dengan matamu sendiri: Dia masih menggunakan uang orangtuanya untuk pendidikan, tetapi dia malah menggunakan uang itu untukmu. Dan, kamu merasa, he's such a gentleman. Namun, bayangkan, jika kamu adalah ibu dari seorang anak laki-laki, yang kamu beri uang untuknya, untuk pendidikannya, tetapi dia malah menggunakannya untuk seorang perempuan yang baru dikenalnya beberapa bulan terakhir, akankah kamu baik-baik saja?

Kamu bisa melihat dengan matamu sendiri: Dia belum lulus. Dan, kelulusannya adalah janji tak terucap, yang belum terpenuhi, antara dia dan orangtuanya.

Kamu bisa melihat dengan matamu sendiri: Dia bahkan tak tahu cita-citanya. Oh, dia mungkin memiliki cita-cita. Tetapi, dia bahkan tak pernah mulai mengejarnya. Dan, jika dia menghabiskan waktu dengan hal favoritnya, kamu akan mulai merasa dia tak peduli kepadamu. Padahal, cita-cita adalah janji dia untuk dirinya sendiri.

Janji apa yang kamu harapkan dari seorang laki-laki yang belum memenuhi janji orangtuanya dan janji untuk dirinya sendiri?

Ini tak selalu tentang laki-laki dan janji manisnya. Ini juga tentang kamu dan ekspektasimu yang berlebihan.

Berhenti menyalahkannya yang gagal menepati janji itu, sebab kamu pun belum memenuhi janjimu...

Untuk Tuhan yang Menciptakanmu;

lalu, untuk orangtuamu,

dan untuk dirimu sendiri.

Hidup tak selalu tentang dia yang kamu cintai. You have your own life.[]

***

jadi, apa yang kamu rasakan setelah membaca bab ini di malam minggu yang sepi ini? :")

menurut kalian, apakah aku harus melanjutkan buku ini? kamu pengin request tentang apa nih? semua request akan kubaca dan kupertimbangkan! :)

jika kamu menyukai buku ini, jangan lupa untuk vote, komen, share ke Instagram, dan jangan lupa tag aku juga di AlviSyhrn dan follow juga akunnya. :)

supaya nggak ketinggalan sama tulisan-tulisanku yang lain, add aku di LINE: @zlc4976p (pakai [at] ya). insya Allah, tiap minggu, aku akan chat kamu tulisan-tulisan terbaruku. ^^

terima kasih sudah membaca! insya Allah, suatu hari nanti, buku ini akan menjadi legenda: singgah di toko buku terdekat, menempati ranking pertama, lalu menetap selamanya di rumahmu, untuk anak dan cucumu, kala mereka jatuh cinta. dukung selalu buku ini, ya!

terima kasih!

-Alvi Syahrin-

***

EPISODE BERIKUTNYA: Risiko Jatuh Cinta Diam-Diam

Jika Kita Tak Pernah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now