9. Dia... Modus Atau Tulus?

64.4K 5.6K 1.3K
                                    

Hubungan ini semakin hambar.

Pukul dua pagi. Awan mendung kemerahan memenuhi langit, seperti senja yang berdarah. Angin meniup gorden hijau di kamarmu, layaknya balon yang membesar. Kilat dan petir saling bersahutan. Namun, hujan tak kunjung turun.

Lampu mati. Ponsel menyala.

Kau terjebak di kamarmu. Dia terjebak di kepalamu.

Kau menanti balasan pesan darinya. Dia mungkin sudah tidur.

Kau mencintainya sepenuh hati. Dia? Dia juga bilang begitu, tetapi, entah bagaimana, ucapan itu tidak menembus hatimu. Seperti seseorang berkata dalam kegelapan, "Lilinnya sudah menyala," tetapi, kau tak pernah melihat cahaya itu; hanya sebatas ucapan tanpa bukti.

Kau selalu memberinya perhatian. Dia? Dia juga begitu, seperti yang kau harapkan sesaat setelah kau sadar jatuh cinta padanya. Dan, dia memberikannya. Namun, anehnya, semakin hari, kau merasa siraman perhatiannya terasa seperti siraman air di atas lautan. Tak lagi bermakna.

Kau selalu ingin berbincang dengannya. Dia? Dia juga. Tetapi, akhir-akhir ini, percakapan selalu menguap begitu saja di udara. Hilang tanpa jejak.

Kau bermimpi menghabiskan hidup bersamanya. Dia? Dia juga bilang begitu. I want to spend the rest of my life with you. Aku sayang sama kamu, dan aku mau kita ikuti alurnya aja. Aku mau kita berhubungan seperti biasa aja, saling tahu bahwa kita saling suka, saling menjaga perasaan ini, saling peduli, sudah, cukup. Tunggu sampai datang waktu yang tepat untuk kita mengambil jalan berikutnya. Tetapi, rentetan ucapannya terasa seperti rentetan jalanan buntu di setiap persimpangan.

Sepertinya, kalian terjebak dalam hubungan tanpa status yang menyiksa hati.

Dan, kau teramat lelah dengan semua ini. Bukan, bukan berarti kau ingin menyudahinya. Kau masih ingin bersamanya, tapi kau butuh sesuatu yang jelas. Aksi yang nyata. Janji yang sungguh-sungguh. Makna hubungan ini. Arti di setiap ucapan yang dia lontarkan.

Apakah dia sungguh-sungguh selama ini?

Apakah kau satu-satunya gadis di kolom obrolannya?

Adakah gadis lain yang diam-diam dia ajak bicara setiap malam, selain dirimu?

Bisakah dia memegang janji untuk tetap mencintaimu?

Namun, mengapa kau seringkali merasa terlalu takut kehilangannya meski ini sudah hambar?

Dan, mengapa dia tak pernah sadar akan semua hal ini? Mengapa dia bertindak seolah tak ada apa-apa? Mengapa dia masih bisa meluncurkan ucapan manis meski nada suaranya tak lagi memaknai ucapan tersebut? Mengapa dia tak pernah lagi membuka obrolan sebagaimana dia memulai semua ini dulu? Mengapa dia hadir? Selama ini, apakah dia tulus bersamamu? Atau, ini semua hanya dimulai oleh sebuah modus yang berjalan terlalu jauh?

Dia... modus atau tulus? Dia... serius atau main-main? 

Sudah pukul tiga pagi. Dan, aku bukan sahabat sejati yang bisa kau hubungi pukul tiga pagi. Tetapi, jika kau membaca tulisan ini, aku ingin kau menyibak gorden hijau di kamarmu. Aku ingin kau menarik napas panjang pada angin yang berembus; biarkan hatimu bernapas sejenak. Aku ingin kau mendongak ke arah langit, dan lihatlah mendung yang kemerahan itu. Tutup matamu sejenak, hirup udara dan rasakan angin yang membawa aroma hujan ini. Perhatikan kilat dan petir yang bersahutan. Buka matamu lagi, dan amati langit kembali. Mendungnya pekat sekali, ya? Seakan hujan deras akan turun. Tetapi, lihat, sudah sejam lewat, alam seakan memberi modus bahwa hujan akan turun. Sayangnya, kau tak pernah benar-benar tahu apakah hujan akan sungguhan turun. Padahal, sejam lalu, kau buka ponselmu, membuka aplikasi prediksi cuaca, dikatakan hujan akan turun sejam kemudian. Namun, satu jam telah terlewati, dan hujan tak kunjung turun.

Harusnya, kau bisa belajar di sini.

Dia... modus atau tulus? Dia... serius atau main-main? 

Apakah pekatnya mendung ini berarti hujan akan datang sejam lagi atau hanya cara alam bermain denganmu? Kau tak pernah tahu.

Apakah seluruh perhatiannya berarti keseriusan atau hanya permainan semata? Kau tak pernah tahu.

Mungkin, mungkin, dia tak pernah bermain-main. Namun, untuk serius, dia pun belum siap.

Dia... modus atau tulus? Dia... serius atau main-main?

Kau bersikukuh menanti jawaban.

Sayangnya, aku tak tahu jawabannya. Namun, aku tahu satu hal:

Laki-laki bijaksana tak akan membuatmu bertanya-tanya, "Dia serius atau main-main?" Dan, perempuan bijaksana tak akan terjebak dalam kegalauan seperti ini. 

Laki-laki bijaksana tahu apa yang dilakukannya. Perempuan bijaksana tahu cara melindungi dirinya.

Laki-laki bijaksana. Perempuan bijaksana. Mudah-mudahan, mereka bertemu di sebuah persimpangan. Mudah-mudahan, kau termasuk di antaranya.[]

***

gimana rasanya setelah baca bab ini?

aku harap tulisan ini membantumu. aku harap tulisan ini akan menjelma sebuah buku. yang bertebaran di toko buku. lalu, kau jemput dan kau bawa ke rumahmu. dan, kau jadikan pelajaran untukmu, untuk teman-temanmu, dan untuk anak-anakmu kelak. karena cinta seperti mawar merah yang jika kau pegang secara sembrono, durinya akan melukaimu. jadi, yah, kurasa, buku ini penting bagimu yang sedang jatuh cinta. :)

selanjutnya, kamu pengin aku bahas percintaan yang gimana, nih?

***

sampai jumpa di episode berikutnya!

thankyouthankyouthankyou

-Alvi Syahrin-

Jika Kita Tak Pernah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang