14. Kasihan Gadis Itu

31.5K 2.8K 145
                                    

catatan penulis: seperti mimpi, kamu sudah bisa membawa pulang buku ini. di gramedia terdekat. di toko buku online favoritmu. tapi aku tetap menunaikan janji: posting di wattpad.

***

Kasihan Gadis Itu

Mengapa menanti bunga darinya

bila kau bisa menanam bungamu sendiri?

Kisah cintanya berakhir pedih.

Di sudut kamarnya yang gelap, di jalanan yang sepi, di mana pun dia berada, dia mencari sisa kepingan hatinya yang telah pecah dan berdebu, mengoleksinya kembali, menyatukannya seperti puzzle, memperbaiki bagian-bagian yang terluka dengan rasa sabar dan waktu yang panjang.

Namun, kasihan gadis itu.

Setelah mengumpulkan kepingan hatinya, dia tidak mengembalikannya ke tempat semula: Ke dalam dirinya.

Sayang seribu sayang, dia meletakkan sisa hatinya di beranda rumah, menanti seorang laki-laki mengambil hati itu, merawat dan menyembuhkannya.

Lalu, datanglah seorang laki-laki, mempelrakukannya dengan manis dan sopan.

Saat waktunya telah tepat, laki-laki itu mengambil hatinya.

Gadis itu membiarkan laki-laki itu membawa pulang hatinya. Merawatnya, menyembuhkannya, lalu mewarnainya dengan corak kebahagiaan.

Kasihan gadis itu.

Seperti kisah-kisah cinta sebelumnya, laki-laki ini pergi meninggalkannya, bersama hati yang telah dia serahkan; dia percayakan.

Tetapi, laki-laki itu sudah pergi tanpa jejak.

Dan, gadis itu tersesat, benar-benar sendiri, tanpa hatinya.

Jadi, dia mengulang ritual masa lalu:

Di sudut kamarnya yang gelap, di jalanan yang sepi, di mana pun dia berada, dia mencari sisa kepingan hatinya yang telah pecah dan berdebu, mengoleksinya kembali, menyatukannya seperti puzzle, memperbaiki bagian-bagian yang terluka dengan rasa sabar dan waktu yang panjang.

Namun, kasihan gadis itu.

Setelah mengumpulkan kepingan hatinya, dia tidak mengembalikannya ke tempat semula: Ke dalam dirinya.

Sayang seribu sayang, dia meletakkan sisa hatinya di beranda rumah, menanti laki-laki lain mengambil hati itu, merawat dan menyembuhkannya.

Saat dia meletakkan hatinya di beranda rumah, aku ingin bertanya kepadanya:

Mengapa kamu tidak membawa hatimu sendiri dan meletakannya ke dalam dirimu? Mengapa kamu tidak menyimpan hatimu ke tempat semula dan membawanya pergi mengejar mimpi-mimpi yang lebih tinggi dari langit? Mengapa kamu tak menjaga hatimu dan menyandarkannya dengan Sesuatu yang Lebih Pasti?

Tetapi, aku urung menanyakannya.

Lalu, di matanya, kudapati sebuah jawaban, seakan dia mendengar pertanyaanku: Karena nggak ada yang peduli sama aku.

Sebelum aku pergi meninggalkan halaman ini, aku menjawab, "Tetapi, kamu juga nggak peduli sama dirimu."

***

catatan penulis:

teman-teman, terima kasih telah setia.

terima kasih telah ada sejak awal.

terima kasih atas antusiasme kalian.

buku ini, seperti keinginan kita, telah berada di rak-rak toko buku. sempat menempati posisi nomor satu di bukabuku, kini bertahan di posisi kedua. tersedia di toko buku online favorit kalian, grobmart. masyaallah. alhamdulillah.

terima kasih atas dukungan kalian.

akhirnya aku bisa bilang: bawalah pulang buku ini. ini akan bermanfaat... bagi dirimu, teman terdekatmu, dan anak-cucumu kelak.

supaya tak tertipu cinta lagi.

apakah kamu akan membawa buku ini pulang?

- alvi syahrin

Jika Kita Tak Pernah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now