✉ SATU: Seperti Bukan Kamu

93.7K 3.3K 334
                                    

___________________________

Dari Sahlil Ge,

Cerita ini kupersembahkan untuk mereka yang punya luka karena tak pernah dianggap,
mereka yang salah dinilai,
mereka yang disalahpahami,
mereka yang menahan dalam diam,
mereka yang mengendalikan amarah,
mereka yang jatuh cinta pada satu orang,
mereka yang selalu melindungi yang dicintai,
mereka yang tak bisa melepas,
mereka yang takut melukai,
mereka yang takut lebih jatuh cinta dari sekadar teman,
mereka yang ingin meraih,
mereka yang bertahan,
mereka yang berjuang sendiri,
mereka yang selalu punya rindu,
mereka yang selalu suka hujan,
mereka yang benci hujan,
mereka yang selalu suka senja,
mereka yang benci senja,
mereka yang selalu suka puisi,
mereka yang benci puisi,
mereka yang tak bisa mengakui,
mereka yang saling mencari,
mereka yang tidur sendiri,
mereka yang selalu berdoa,
mereka yang berteman dengan Tuhan,

Dan mereka yang selalu percaya bahwa Tuhan menyempurnai beberapa orang dengan kekurangan. Dan mengurangi beberapa yang lain dengan kesempurnaan.

Kalau kamu adalah bagian dari mereka, kemarilah, bertahan di sini, temaniku berkisah.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sydney, November 2016

Tatjana (baca; Tatiana) menggantungkan tanda open di pintu kaca. Sedikit terlambat karena harusnya toko buku itu dibuka dua jam yang lalu. Sementara pajangan cake di etalase lain sudah ramai sejak lalu, persis tegak di sebelah toko buku milik Tian. Greta memang sangat ketat soal pembukaan toko cake miliknya. Meski dia hanya bersantai dan operasional toko dijalankan oleh karyawannya, tetapi ia tetap berkunjung ke sana setiap jam buka operasi. Selain untuk mengecek seluruh persiapan di toko, Greta juga bermaksud memastikan siapa pemenang kontes disiplin waktu antara dirinya dan Tian.

"Sekarang ini cukup misterius, kau belakangan tidak tepat waktu membuka toko. Pelangganku kehilangan selera makannya hanya karena aku memajang majalah bisnis bukannya buku-buku roman seperti punyamu. Kau tahu, Tian, pelangganku mengambil pesanan cake atau puding, lalu mereka kabur ke tempatmu. Just because, ... oh, I dunno, apa bedanya makan di kursiku dan milikmu, sih?" Greta berkacak pinggang mengikuti Tian ke balik meja.

"Kau tahu, Greta-," Tian menjeda. "Silakan masuk, Ben!" kepalanya melongok jauh ke arah pelanggan setianya yang baru saja membuat bel di atas pintu berdenting. "Kau sudah sarapan, Ben?" Tian bermaksud menyapa.

Ben menggelengkan kepala dua kali, cemberut lalu berlalu sambil berkata, "Bayu tidak membuatmu kesiangan lagi, kan?" kata remaja laki-laki berambut pirang itu. Keluarganya baru pindah dari Perth ke Sydney setahun ini, dan rupanya Ben cepat menemukan tempat di mana dia bisa menghabiskan sepanjang waktu alih-alih memperbanyak kenalan. Mungkin karena dia harus menenangkan diri dari tragedi perundungan saat masih di Perth. Ibunya kerja di salah satu kantor elit di CBD; central bussines district setelah pindah. Sedangkan ayahnya memegang posisi di perusahaan pengembangan perangkat lunak di Melbourne.

Sydney Retrouvailles (Pemenang Wattys 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang