Bab 4: Rekan

2.5K 198 49
                                    

Tidak heran.

Gisella Winata, istri Pak Alfred dan ibu dari Lita dan Phillip, adalah seorang agen Penumbra. Meskipun aku yakin usianya sudah melebihi limapuluh tahun, wajahnya terlihat sepuluh tahun lebih muda. Ia memiliki mata yang riang seperti Lita, namun hidungnya lurus seperti Phillip. 

Aku tertawa. "Pantas saya seperti pernah melihat Ibu."

"Panggil saya Agen Winata saja," tutur Bu Gisella dengan senyumannya yang menawan. "Aku akan saling memperkenalkan kalian. Agen Narabhakti, ini Agen Kartika. Dia akan menjadi rekanmu dalam misi ini. Sebentar lagi kami akan menjelaskan mengenai misimu, tetapi ada baiknya kalian saling tahu tentang rekan kalian." 

Agen Kartika mengulurkan tangannya dan tersenyum. Aku menjabat tangan perempuan itu dan menatap matanya. Ia membalas sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. 

"Aku sudah mendengar tentangmu, Agen Narabhakti. Tapi mungkin kamu yang belum mendengar tentangku," ujarnya. 

Ia mempersilakanku duduk dan menyalakan proyektor. Tampilan hologram berwarna biru muda terpampang di depan dinding. Aku membaca data dirinya dengan saksama, berusaha mengingat apabila ada informasi penting.  

Nama aslinya Lavina Kartika, usianya duapuluh tujuh tahun. Biasa dipanggil Elka, dari singkatan inisial namanya. Ia meraih gelar Sarjana Ilmu Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan sempat bekerja di perusahaan farmasi sebelum akhirnya memilih jalur konsultan. Ia pernah menjadi konsultan gizi profesional bagi orang-orang yang ingin menaikkan atau menurunkan berat badan mereka secara sehat. Sebelum ditunjuk menjadi ahli gizi di PB TI, ia pernah bekerja di PB PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Dalam waktu luangnya, ia senang bermain biola dan berjalan-jalan di taman. 

"Kamu bilang kamu sudah tahu riwayat hidupku?" tanyaku begitu presentasi dirinya selesai. 

Agen Kartika mengangguk, kemudian mengganti tampilan proyektor menjadi halaman riwayat hidupku, mulai dari nama lengkap, usia, pendidikan, dan daftar pekerjaan. Aku terkejut , namun merasa sedikit bangga. Meskipun aku tak pernah terpikirkan untuk menjadi agen rahasia, ini keren juga. 

"Agen Narabhakti, meskipun kamu belum punya halaman Wikipedia sendiri, kamu termasuk figur publik. Nggak terlalu susah mencari data tentangmu, asal cukup stalking saja. Apalagi kamu sempat menyerahkan CV kepada Agen Darmadi," jelas Agen Kartika sambil tertawa. 

Lagi-lagi aku merasa bodoh. "Maklumi, aku baru menjadi anggota Penumbra tiga bulan, itu pun masih dalam masa percobaan." 

"Tenang saja, semua agen baru memang butuh penyesuaian," ujar Bu Gisella -- aku takkan pernah memanggilnya Agen Winata, kecuali di hadapannya saat di Penumbra. Aku yakin dia tak mau disebut Agen Winata jika aku bertemu dengannya di luar Penumbra. "Nggak perlu khawatir, Agen Narabhakti. Dalam misi ini, kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Makanya kami menugaskanmu menjadi pelatih taekwondo, di dunia yang sangat kamu kenal."

Aku mengangguk. Begitulah pekerjaan agen tingkat dua. Mereka menjalankan misi Penumbra dan melaporkan temuan mereka dengan tetap menjadi diri sendiri. Makanya Bagus tetap menjadi polisi, dan Lita tetap bekerja sebagai programmer

"Ayo kita makan siang dulu," ujar Pak Alfred. "Penjelasan detil tentang misi kalian akan diteruskan setelahnya. After you, Agen Winata." 

Bu Gisella melemparkan senyuman kecil ketika ia melewati suaminya dan memimpin jalan menuju ruang makan. Pak Alfred mengikutinya, kemudian aku dan Agen Kartika berjalan paling belakang. Dugaanku, posisi Bu Gisella di Penumbra lebih tinggi daripada Pak Alfred.

***

Kami makan siang hanya berempat sambil mengobrol santai. Bu Gisella menceritakan kebiasaan di Penumbra, seperti memanggil para agen dengan sebutan 'Agen' dan nama belakangnya. Meskipun profesional, mereka juga menekankan suasana kekeluargaan. Kesenjangan antara atasan dan bawahan tak terlalu terasa. Yang penting, misi harus diselesaikan.

Sang PetarungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang