[228] Berangkat ke Bulan

3.2K 639 67
                                    

BERANGKAT KE BULAN

Malam ini Bunda membawaku ke pantai. Aku senang bukan main tetapi Bunda justru kelihatan murung. Oh, dan setelah kuperhatikan, ada air mata di pipi Bunda yang pucat.

Aku hendak bertanya kenapa Bunda sedih, tetapi urung saat kulihat Bunda akhirnya tersenyum setelah memandang bulan terang di perbatasan laut dan langit. Sepertinya Bunda sudah senang sepertiku.

Di pantai ini, aku sebenarnya ingin bermain air dan berlarian sepuasnya sebab tidak ada orang. Tapi tangan Bunda memegang tanganku erat, tidak membiarkanku lepas.

Tidak lama kemudian Bunda melepas sepatu kesayanganku. Sepatu itu pemberian Papa saat aku berulang tahun yang ke-5 beberapa bulan lalu. Setelah melepas sepatuku, Bunda ikut melepas sandalnya.

Kaki telanjangku bersentuhan dengan pasir pantai, dingin sekali. Keinginanku untuk berlarian dan bermain air sirna sudah. Aku tidak kuat dingin. Aku mau pulang saja.

Lagipula Papa juga sebentar lagi pulang kerja dan pasti akan marah jika Bunda tidak ada di rumah. Aku tidak mau melihat Bunda dilempari vas bunga lagi karena Papa marah. Aku tidak suka.

Keinginanku untuk pulang ditolak Bunda. Aku semakin keras kepala dan merengek mau pulang karena dingin. Segera saja Bunda memelukku, memberi rasa hangat.

Dalam pelukan hangat Bunda, aku dibisiki, "Kita tidak akan pulang, Sayang. Kita akan ke bulan."

Woaaaah. Seketika aku tersenyum lebar. Ke bulan adalah cita-citaku dari dulu.

Setelah itu aku dan Bunda betul-betul pergi menuju bulan yang semakin tenggelam ditelan laut.

E N D

228 kata.

BelantaraWhere stories live. Discover now