15/09 || Teruntuk Okan Dirgantara

686 179 26
                                    

Teruntuk

Okan Dirgantara

29 Maret 2005

Kepada Okan.

pria yang matanya segelap kopi dan menyapaku pertama kali karena kopi

Aku hendak mengaku cinta padamu.

Ada yang bertanya padaku kenapa aku 'jatuh' untukmu, maka kuberitahu pada mereka kalau aku tidak punya alasan untuk itu. Aku hanya berpikir kita cocok menjadi teman di awal, lalu tiba-tiba belakangan aku pikir mungkin kita cocok menjadi pasangan. Untuk alasan spesifiknya, aku sendiri tidak tahu. Perasaan itu datang begitu saja.

Tapi cinta tanpa alasan terdengar manis, bukan?

Lalu ada lagi yang bertanya padaku mengapa aku berusaha mengungkapkan perasaanku padamu lewat surat ini ... dan aku bingung. Entahlah. Aku hanya berpikir kamu harus tahu perasaanku. Barangkali kamu merasakan hal yang sama ... lalu barangkali setelah kamu tahu, kita bisa saling membersamai. Jujur saja, aku berekspektasi untuk itu.

Kita bisa jadi pasangan yang sempurna. Kamu dengan segala kerendahan hati, selera humor, dan kecerdasanmu, membersamaiku yang walau keras kepala tetapi kaubilang suka berdiskusi denganku lama-lama. Kita sungguh sanggup menjadi pasangan serasi jika kita mau, makanya aku memberanikan diri mengungkapkan hal ini.

Meski orang-orang bilang padaku bahwa tidak pantas seorang perempuan mengakui perasaannya duluan, tapi aku tahu pasti kalau kau tidak berpikir begitu dan akupun menganggap itu kuno sekali.

Namun, aku setuju bahwa pengungkapan cinta dari perempuan itu tidak boleh sembarangan. Pengakuan perempuan haruslah elegan dan berdiri di atas bukti-bukti (setidaknya kita harus yakin 85% kalau si pria juga merasakan hal yang sama, jangan clueless). Dan yang paling penting, si pria itu pantas untuk diperjuangkan.

Kamu memenuhi semua persyaratan yang membuatku yakin untuk mengaku duluan, Okan.

Kamu pria yang paling pantas kuperjuangkan. Kamu cerdas, mandiri, baik hati, dan punya track-record yang aman dalam berhubungan dengan perempuan. Artinya, kamu bukan bedebah pemain perempuan.

Ketika kuceritakan hal itu pada teman dekatku, dia mengatakan bahwa aku pun pantas untukmu. Bukannya sombong, tapi aku tahu aku cukup pantas untuk menjadi teman diksusi yang setara untukmu. Selain itu, walaupun aku memang bukan perempuan mandiri tapi aku keras kepala untuk hal-hal yang kuingini. Jadi, perkara kamu yang benci segala sikap manja ataupun ketergantungan, sepertinya bisa kuatasi.

Yang terakhir dan paling penting adalah 85% aku yakin kamu juga menyukaiku.

Hanya kamu pria yang benar-benar mendengarkanku ketika berbicara. Hanya aku yang kau belikan buku-buku. Yang kau berikan perhatian ini-itu. Mengucapkan hal-hal mengindikasikan kamu tertarik untuk terus mengobrol lama denganku. Hanya denganku kau begitu—kurasa.

Di sekelilingmu pun tak ada perempuan selain aku—kurasa. Kamu bukan tipe pria yang senang bermanis-manis dengan banyak perempuan, tapi denganku kau baik sekali.

Kamu membawaku bertandang ke rumahmu, bertemu keluargamu, dan itulah bukti yang paling membuatku yakin.

Karena itu, aku menulis surat pengakuan ini dengan perasaan membuncah senang dan berdebar karena tidak bisa menerka apa yang terjadi selanjutnya—asal tahu saja, ketidakpastian selalu membuatku berdebar.

Aku berharap setelah membaca surat ini, kamu merespon secepat mungkin dan berkata "aku juga cinta kamu".

Tapi sepertinya harapan itu hanya tinggal harapan. Karena selamanya surat ini hanya akan menjadi surat yang tak terkirim...

Aku tidak mungkin berani mengirimkan surat ini setelah kudengar kamu mengaku cinta pada perempuan lain.

Tadi.

Di rumahmu.

Kamu menceritakan pengalaman itu dengan riang.

Tepat sebelum aku menyusupkan surat ini di antara buku-buku berserakan di kamarmu.

Aku patah hati.

Tapi kau tahu, Okan.

Kepadamu, aku masih jatuh hati.

Renata Rahayu S.
(sekadar) sahabatmu selamanya

mungkin bersambung...

•••

yampun suda lama sekali aku tidak mampir di lapak ini. apa kabar kalian? masih ada yang baca kah?

belakangan ini aku menemukan kesenangan lain. aku kebanyakan menonton film. awalnya karena tugas, karena keilmuanku dekat dengan sinema. tapi lama-kelamaan aku malah kecanduan.

saat ingin menulis kembali, aku kaku. tulisan ini saja adalah hasil remake dari tulisanku yang lama, makanya agak cheesy gitu, maklumkan saja lah ya wkwkw. toh tujuan awalku memang untuk nyapa kembali pembaca di lapak ini. tapi nggak enak nyapa kalau ngga ada karya, maka kupersembahkanlah karya apa adanya ini.

selamat menikmati akhir pekan semuanya!

BelantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang