06 - Sow the Seeds

1.1K 167 79
                                    


Mulai menanam benih untuk menunggunya tumbuh di masa depan.

Benih yang bagus akan tumbuh dengan baik dan begitu pula sebaliknya.


[Catatan 2016]


×


"Aaaaaa."

Ting.

"Aaaaaa."

Ting.

"Aaaaaa. Aaaaaa."

Ting.

"Hei, berapa kali aku harus 'aaaaa'?" Kim Seokjin berujar tanpa ekspresi. Di hadapannya, Min Yoongi terus menekan tuts piano dengan jemari tangan kiri dan mencoret partitur sembari mengerutkan dahi. "Kamu mau buat apa, sih?"

"Coba naik sedikit lagi," kata Yoongi. Kemudian memposisikan jari kelingking, tengah, dan telunjuk pada tuts hitam putih. "F kres minor."

"Aaaaaaaaa."

"C kres."

"Aaaaaaaaa."

"Nice. Terima kasih."

Seokjin mengatupkan bibir. Tahu kalau Yoongi tak berencana menghiraukan pertanyaannya, si Kakak Tertua itu beralih penasaran pada partitur yang ditulis sendiri oleh Yoongi dengan pena hitam. Tulisannya tidak begitu rapi, tapi masih bisa dibaca. Jelas sekali rangkaian itu terdiri dari nada-nada tinggi. Apalagi barusan Yoongi mencoba F kres minor, seperti satu dari rangkaian chord untuk lagu kebohongan milik Jimin yang juga dipenuhi high note bohongan.

Iya. Lie itu.

Meski tahu dari awal kalau lagunya penuh tipuan, Seokjin masih saja kagum. Baginya, lagu itu masterpiece. Sangat sesuai dengan tipe suara Jimin. Judul, lirik, dan teknik vokal yang digunakan benar-benar kompak; bohong semua.

Pembukaan orkestra yang dramatis persis seperti petikan gitar La Vida Breve, tapi ternyata genre musiknya pop. Kunci tipuan. Semuanya minor, kecuali pada bagian saat Jimin menyanyikan lirik "caught in a lie" dan chord turun ke major selagi masih memberi kesan seolah itu minor. Belum lagi setelah mengetahui fakta bahwa Jimin sendiri yang menulis lirik.

Kadang Park Jimin tidak tahu kalau dirinya benar-benar luar biasa. Andai Seokjin bisa seperti itu; tak sadar akan potensi diri sehingga terlihat seperti permata terpendam. Namun, mau bagaimana lagi? Bahkan dia sendiri tidak bisa menolak karisma dan kenyataan bahwa dirinya, Kim Seokjin, memang super amazing.

Jadi, ya sudah. Tidak baik juga kalau terlalu merendah.

"Lagu apa? Untuk siapa?" tanya Seokjin penasaran.

"Belum tahu." Bahu Yoongi terangkat selagi jemarinya masih menari di atas bilah hitam putih, iseng membawakan komposisi Canon Pachelbel dengan ringan. "Aku cuma tidak tahu harus mengerjakan apa."

"Musisi sejati. Sekarang bahkan sudah pukul dua pagi, tapi sepertinya kamu sungguhan gila musik sampai waktu istirahat justru dipakai iseng-iseng main piano." Kepala Seokjin bergeleng. "Lain kali kamu harus belajar cara menikmati waktu."

"Maksudnya?"

"Maksudku, game dan ramyeon tengah malam, menonton film sepuasnya sambil makan kentang, main kartu, pesta!" Seokjin menggerakkan tangan menggebu-gebu.

"Kedengaran melelahkan."

Kali ini Seokjin merotasikan bola mata. "Kamu ini kan masih tergolong muda—"

ONLOOKER [2024]Where stories live. Discover now