07 - Come as No Surprise

1K 160 64
                                    


Fakta bahwa tidak ada yang mengejutkan.

Hanya sedikit kaget. Sedikit.


[Catatan 2016]


×


"Aku menemukannya."

Jendela ruang kerja di lantai 16 mengarah pada pemandangan langit sore Seoul. Raknya yang tinggi dipenuhi ratusan judul buku, seperangkat komputer di pojokan, dan layar televisi yang menampilkan hasil tangkapan kamera CCTV secara langsung. Di balik meja kerja dengan laptop serta tumpukan kertas, lagi-lagi seorang pria berfokus pada sebuah rekaman. Namun kali ini, bukan lagi tayangan ajang olahraga.

Situasi bandara dalam layar tampak lebih ramai dari biasa. Rekaman sedikit bergoyang, menandakan kalau pemuda itu memakai akalnya untuk memanfaatkan kereta dorong petugas kebersihan. Di arah jam sebelas pada tayangan itu, sebuah mobil hitam menepi dan terhalang oleh puluhan wartawan yang sibuk berburu bahan berita. Pria itu bisa melihat bagaimana atensi seluruh pengunjung bandara tersita oleh kedatangan mereka.

"Benar, ini hasil bidikanmu tadi?" kata si pria dengan nada rendah dan suara serak. Pandangannya teralih dari layar. Ia tatap langsung pemuda yang baru saja melapor.

"Untuk berjaga-jaga kalau Anda ragu," ujar pemuda itu, menyodorkan ponsel tanpa ekspresi. "Aku juga rekam pakai ponsel, sudah kukirim. Jadi jangan memberi tatapan seolah aku ini tidak bisa dipercaya dan, tolong, segera kirim uangnya ke rekeningku."

Dengus remeh lolos dari si pria. "Mata duitan."

"Masih lebih baik daripada mata keranjang, kan?" Si pemuda menyahut tanpa sungkan. "Kalau sampai nanti malam jumlah saldoku belum bertambah, siap-siap saja."

"Anak kurang ajar."

"Kuanggap itu sebagai pujian. Sampai jumpa, Tuan Kang Dongwon." Pemuda itu tertawa ringan. Dipakainya kacamata minus berbingkai hitam setelah menaikkan tudung jaket sambil mengulas senyum tipis. Dia lantas tertawa kecil. "Ah ... atau mau kupanggil 'ayah'?"

Pria di balik meja menggertakkan gigi hingga rahangnya mengeras. Sebelum sempat menanggapi, kesempatannya telah diinterupsi oleh orang yang sama.

"Sebentar. Memang orang sepertimu pantas disebut begitu?"

Brak!

Puluhan lembar kertas beterbangan ketika Kang Dongwon melemparnya penuh emosi meski tahu hal itu sia-sia. Bukannya menyerang, kertas-kertas malah berputar di udara sebelum mendarat mengenaskan di lantai keramik. Persis seperti kejadian beberapa hari lalu.

Si Pemuda Berkacamata tak menunjukkan perubahan ekspresi. Dia hanya mengatupkan bibir dan menaikkan dagu, memandang rendah tanpa secuil pun rasa hormat. Lalu, tak mau berkata banyak, tubuhnya berbalik disusul bunyi keras gesekan dua benda—dia sengaja menarik pintu dengan paksa.

Di saat yang bersamaan, Kang Dongwon menjambak keras rambutnya sendiri. Ia terduduk tenggelam pada kursi kerja sambil terus menyapu pandangan liar seiring napasnya terengah. Butuh waktu sampai kerutan di dahi hilang, hanya saja, tak ada yang mengizinkan ia untuk tenang.

Sebab, tatapan gadis dalam rekaman itu kembali menatapnya langsung dengan berani. Sangat tajam. Seolah berusaha menyampaikan sesuatu.

"Kamu mengingatku?"

Begitu, dengan senyum miring yang menariknya kembali pada sebuah memori menyakitkan.



ONLOOKER [2024]Where stories live. Discover now