PART 06

91 6 0
                                    


"baiklah anak-anak, bimbel siang menjelang sore hari ini sudah selesai. Tetap semangat anak-anak. USBN tiga minggu lagi, tetap pelajari lagi apa yang menurut kalian masih kurang sehingga nanti saat USBN bisa menjawab soal dengan mudah. Dan jangan lupa juga untuk tetap berdo'a karna bagaimana pun usaha kalian, ga berarti tanpa berdo'a. dan jangan lupa juga anak-anak untuk tetap jaga kesehatan kalian. Agar nanti saat USBN kalian bisa mengerjakan soal dengan sehat wal afiyat. Terakhir dari bapak, wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh." Ceramah pak Matematika, itu sudah menjadi kebiasaannya dan kami sebagaik murid pun sudah terbiasa mendengarkan ceramahnya.

"lo kenapa sih tadi main pergi gituu, kan rindu gue" Tanya Arka yang sudah berdiri di samping Aufa juga sudah menggendong tasnya

"yeee.. gue pergi lo juga senangkan dapat santapan dobel"ucapku ikut berdiri

"hehehe,, iyya lah senang" cengir Arka

"yaudah yuk gaes kita pulang" ajak Aufa

Aku dan Aufa memang selalu berboncengan. Kadang aku yang bawa motor, kadang dia. Kadang pake motorku kadnag juga pake motornya dia. Rumah kami hanya terpisah beberapa rumah saja. Jadi wajar saja kalau kita selalu kemana-mana bersama. Sedangkan si Arka naik motor sendiri dan pakai motor dia sendiri. Maklum, si Arka memang jomblo sejati.

"Ra, lo yang ngebonceng apa gue?" Tanya Aufa saat sampai di parkiran

"lo aja lah Fa, gue lagi ga mood" jawabku malas

"atau gue yang bonceng lo gimana Ra?" Arka menawarkan diri untuk memboncengku

"iyya kalo lo kak Devan mau gue, sayang lo Arka!" jawabku sambil memakai helmku

"aelah lo kenapa sih, Devan mulu Devan lagi. Padahal kan si Devan ga pernah ada buat lo. Sekali-kali gitu kek gue, yang selalu ada buat lo" ucap Arka yang juga sedang memakai helmnya.

"Fa, abang lo tuh mulai lagi" ucapku ke Aufa yang sedang mengeluarkan motornya dari parkiran

"alahh, biarin aja, ga usah di perhatiin, dia mah emang gitu kurang perhatian" jawab Aufa yang tak peduli.

Aku hanya tertawa mendengar ucapan Aufa. Sedangkan Arka yaa.. begitulah palingan hanya diam saja.

Sebenarnya Arka ga jelek-jelek amat. Bahkan di senior dia termasuk one of most famous, most handsome dan lain-lain. Tak jarang waktu awal-awal kelas 12 Arka mendapat banyak kartu ucapan dan coklat dari adik kelas, maklum dia kan cogan. Sayang di semester dua ini dia sudah jarang dapat coklat bahkan paling satu itupun seminggu yang lalu. Iyya sih Arka memang ganteng tapi begonya juga ga kalah.

Masa seminggu yang lalu dia dengan PDnya mengumumkan bahwa dia bosan di kagumi, dia bosan di sapa cewek-cewek. Dia bosan di jodoh-jodohin sama adek kelas. Karna di hatinya kini sudah ada yang mengisi yaitu Mbak Wati.

"okee.. Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Disini saya, Muhammad Arka Kamil, ingin menegaskan kepada kalian para cecan-cecan, baik yang seangkatan sama gue dan adek kelas gue. Gue mohon dengan hormat tolong berhentilah mengganggu saya karna di hati saya sudah ada yang mengisi yaitu Mbak Wati. Jadi saya mohon, berhentilah menjodoh-jodohkan saya, terima kasih." Ucap Arka dengan lantang berdiri diatas kursi, di depan kios milik Mbak Wati dengan tanpa malunya.

"ihh, Ka lo ngapain sih umumin kayak gitu, kan lumayan coklatnya" bisikku mengingat hanya dia yang sering dapat coklat.

Mendadak Arka berdiri lagi di atas kursinya dan mengatakan

"oiyya tapi kalo kalian masih mau bagi coklat ke gue ga papa, kalo itu gue terima".

Dasar Arka bego! Mana mau lah!

Aku dan Aufa hanya berusaha menahan malu atas kelakuan Arka yang super duper malu-maluin dan segera pergi.

Semenjak hari itu, Arka tak pernah lagi dapat coklat. Hari itu menjadi hari terakhirnya mendapat coklat. Dasar Arka bego!

"Ra, lo mau mampir ga ke rumah?" Tanya Aufa saat kami masuk gerbang perumahan

"gue langsung ke pulang aja Fa, lagi gak mood" jawabku setengah teriak agar suaraku terdengar Aufa

Aufa tak menjawab hanya fokus ke jalanan.

Kami pun sampai di depan rumahku, sedangkan Arka entahlah kemana, paling mampir ke perumahan sebelah. Arka kan si TePe, tebar pesona. Aku pun turun dari motor, menunggu Aufa pergi.

"jazaakillaahu khoiroo ya Fa" ucapku

"yo, Aamiin, gue deluan" ucapnya sambil memutar balik motornya. Karena memang sebenarnya dari gerbang, rumah Aufa lebih dulu

"ti ati!" ucapku lalu masuk kerumah.

###

"Assalamualaikum" ucapku saat masuk rumah

"Waalaikumussalam" jawab ibu. Aku pun langsung menghampirinya dan mencium tangannya "sudah Sholat Ashar?" Tanya ibu

"belum, ini otw"

"yaudah mandi sana, terus sholat" ucapnya aku pun beranjak ke kamarku. "oiya, dek, dicari tuh tadi sama ayah" panggil ibu lagi sebelumku masuk ke kamarku

"ohh,, dimana?" tanyaku

"di depan TV tuh" jawab ibu dengan menunjuk pakai dagu

Aku pun langsung melangkah ke arah ayah.

"kenapa yah?" tanyaku saat aku sudah di depannya

"loh, kenapa?" ayah tanya balik

"lah. Kata ibu, adek tadi dicariin sama ayah" bingungku

"ohh iyya, ini ayah mau pinjam Flashdisk, ayah mau nyetak foto buat ngisi album yang kemarin ayah beli." ingat ayah alasan mencariku tadi

"yaelah yah, yah, kirain adek ada yang ngelamar" candaku ke ayah

"emang kalo ada yang ngelamar udah siap gitu?" Tanya ayah

"yaaa, belom lah yah, tamat aja belom yah." Ucapku lagi dengan sedikit candaan

"yaa, kan entar lagi. Lagian kan enak entar adek mau kemana-mana udah ada yang jagain. Juga setidaknya adek udah ada tameng untuk pergaulan di luar sana. Ngeri loh!" jelas ayah

"ihhh, ayah pengen banget adek cepat nikah. Entar kalo adek nikah ayah siapa yang nemenin?"

"yaa.. kan tugas ibu kalo itu mah ga usah khawatir, kan bu?" jawab ayah lagi sambil menanyakan ke ibu yang ada di ruang depan

"iyya" sahut ibu

"yeeee ibu main iyya iyya aja, emang ibu ngerti kita lagi bahas apaan?" sahut ku ke ibu. Tapi ibu hanya diam saja. Biasa ibu-ibu sosialita, mainan Facebook.

"yaudah habis lulus adek nikah, asal kakak dulu yang nikah" ucapku

"kalo kakak kamu mah gampang, dia cowok tinggal lama-lama juga urusan dia. Lah kamu? Emang mau kamu jadi perawan tua?" ucap ayah

"ihhh, na'udzuu billahi min dzaalik, ayah do'anya jelek amat" ucapku

"ehhh Astaghfirulloh" ucap ayah sadar kalo khilaf

"yaudah nih yahh FDnya. Udah lah yah ga usah bahas nikah-nikah ih" aku pun memberikan Flashdisk yang bergantungan huruf 'D' milikku itu. Danberlalu meninggalkan ayah sebelum membahas nikah-nikah lebih jauh lagi

"oiyya yahh, kalo misalnya ga muat filmnya hapus aja semua, udah dek nonton ko" ucapku sebelum masuk kamar karena biasanya kalo ayah minjam FDku pesanku untuk tidak menghapus film.

Aku pun masuk ke dalam kamar, menaruh tasku dan segera beranjak ke kamar mandi. Mengingat aku belum Sholat Ashar.

________________________________________________________________________________

ketemu lagi :)) pengennya sih, ngetik dulu yang buanyaaakk baru ntar terakhir di upload. jadi maap banget kalo slowwwww post.. :((

( j.h )

DEVAN-DARAWhere stories live. Discover now