Pertama

14 1 0
                                    

Jauh sebelum itu.

Setahun setelah pihak sekutu menjatuhkan bom di kota Nagasaki dan Hiroshima.

Kekuasaan beralih dari penjajahan Nipon kepada negara bangsa baru bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DI bagian barat pulau Kalimantan, di sebuah kota K yang sebelumnya adalah kerajaan yang di akhir masa kekuasaannya hanya lah menjadi budak penjajah, baik itu oleh nippon maupun ketika menjadi keresidenan Belanda, dengan memberlakukan blesting atau pungutan pajak atas rakyatnya, Perlahan beralih menjadi bagian dari negara bangsa baru yang kekuasaanya berpusat di pulau Jawa sana, dengan tabiat tak ubahnya sama dengan penjajah Nippon atau Belanda.

Di bagian pesisir wilayah itu baru saja terjadi peperangan tidak berimbang atau lebih tepatnya pembantaian antara rombongan pelajar dari pulau Jawa melawan tentara KNIL yang hendak berkuasa kembali setelah pihak Nippon pergi.

Tentara KNIL adalah pasukan yang dipimpin oleh meneer Belanda, tapi anak buahnya sebagian besar adalah orang pribumi itu sendiri.

Di salah satu kampung yang bernama kampung Komen, kampung yang dibangun oleh seorang saudagar terkenal Datuk Kaya L di atas tanah puluhan ribu hektar miliknya yang dianugerahi dari Panembahan atas jasa beliau membantu kerajaan. Di kampung itu lah anak dan cucuk datuk Kaya beranak pinak.

Di kampung itu, Nampak kentara perbedaan kerabat yang dilimpah ruahi kekayaan turun temurun dari rupa rumah mereka, atapnya terbuat dari kayu sirap dari potongan kayu belian yang disusun berjejer rapi. Dengan tinggi rumah bisa dua meter jaraknya dari permukaan tanah, dinding rumahnya terbuat dari papan kayu pilihan, atau semen batu. Sementara kerabat yang miskin papa, atapnya terbuat dari daun yang mudah dibawa terbang oleh angin jika kencang, mudah bocor apabila turun hujan lebat, harus diganti dua tahun sekali. Tinggi rumah biasanya hanya semeter lebih saja, dinding rumahnya terbuat dari kayu lokal, atau juga dari bahan daun. Jika rumah kerabat yang kaya raya diberi warna, maka rumah kerabat yang miskin papa tidak.

Letak kampung tersebut berada di pinggir sungai dan menjadi salah satu jalur penyeberangan utama. Penduduknya yang kaya raya, anak-anak keturunan Datuk Kaya adalah para pedagang besar lintas pulau dari Jawa hingga negeri Singapura, selebihnya adalah anak buah kapal, atau pelaut, sebagian kecil dari mereka juga berladang namun jauh di pulau seberang.

Dan di salah satu sebuah rumah gubuk milik Ahmad si miskin papa yang hidup bersama isteri dan anak-anaknya, di gubuk yang lebih pantas untuk dijadikan kandang sapi saja.

Di suatu malam ketika tiada berawan, bintang bertaburan dan bulan bersinar terang benderang.

"Oeekkk...!!...Ooekkk....!!"

Suara teriakan keras tangis bayi memecah kesunyian, sungguh membuat lega hati Ahmad, ayahnya.

"Alhamdulillah wasyukurillah, anak mu sehat, Isteri mu juga".

Ujar Mak Salmah, Dukun beranak paling berpengalaman di kampung ini, kerabat dekat isterinya.

Pangkat emak kemanakan.

Digendongnya bayi lelaki dalam balutan kain yang dibedong, diserahkannya kepada Ahmad yang masih was-was ketika menyambutnya.

Di antara bayangan cahaya pelita, nampak wajah anaknya yang masih merah, matanya belum lah membuka, nampak tenang setelah nampak tadi berhenti menangis.

Anaknya itu baru saja menghirup udara dunia, baru saja melentik, namun entah bagaimana Ahmad memiliki firasat yang berbeda ketika melihat dengan seksama anaknya itu di dalam dekapannya.

Kelak ia yakin, anaknya ini akan hidup dengan memikat dunia.

"Nama mu adalah Raja bin Ahmad"

Keturunan ke tujuh dari bangsawan kerajaan banjar yang telah lama terbuang.

Anak ketiga Ahmad, putera terakhir, anak bungsu, yang oleh sebab itu ia akan dipanggil.

Cu.

Empat puluh hari kemudian setelah kelahiran Cu sebuah wabah menyerang kampung.

Ahmad bin Yunus, Suami Aminah, Bapak dari Anis Elah, Angah Sanah, dan Ucu Raja,

Meninggal dunia.

Cu :Bagian PertamaWhere stories live. Discover now