Ketiga

9 1 0
                                    

"Byurrr...byarrr!!"

Suara hempasan-hempasan air yang datang dari tubuh-tubuh kecil yang melompat dari atas dermaga dengan berbagai gaya, ada yang melompat salto dua kali, ada yang salto belakang atau hanya sekedar asal lompat dengan gaya batu.

Salah satunya Anis, bersama kawan-kawan lelakinya.

Ia sengaja tidak langsung pulang hari ini setelah bekerja upah harian dengan Haji Rusman.

Ajam, kawannya mengajaknya untuk pergi bermain di bagian tepi dermaga.

"Kita tunggu sampai kapal 'Eka Samudera' akan datang sore ini membawa Oto" Rayu Ajam agar Anis mau ikut.

Sudah dari pagi di ruang kelas mereka sudah gaduh meributkan kedatangan macam barang yang dibawa oleh salah satu kapal dagang ternama 'Eka Samudera' yang berlayar dari kampung mereka ke tanah Jawa hingga Singapura.

Dengan kapal laut, perjalanan dari tanah jawa ke kota ini bisa menghabiskan waktu empat hari empat malam. Jarak perjalanan lebih dekat ke negeri Singapura, hanya memakan waktu sehari semalam saja.

Oleh karena itu banyak barang-barang dari luar sana cepat masuk dan dikenal di kota ini.

Para orang lelakinya selain kretek, sudah terbiasa menghisap rokok putih merek-merek asal eropa.

Salah satu barang yang akan tiba dan membuat Anis, Ajam dan kawan-kawan bersemangat dan penasaran adalah yang disebut dengan 'Oto' sebuah kendaraan bermesin dan beroda empat, sesuatu yang tidak pernah mereka atau bahkan orang-orang di kampung mereka lihat.

Mereka pun sembari menunggu, bermain air, berenang dan menyelam di tepian sungai dekat dermaga.

"Nis! Disini kau rupanya?! Dicari emak!" Teriak Ngah dari atas dermaga.

Wajahnya nampak kesal, bibirnya yang sering ditekuk cemberut semakin nampak kentara. Menggandeng tangan Cu di sampingnya yang sudah hampir berusia lima tahun.

"Niss!!" Pekik Cu kecil ketika melihat wajah abangnya.

Wajahnya nampak sumringah juga menunjukkan ingin sekali ikut Anisnya terjun ke air, namun ia belum tahu berenang.

"Bilang emak aku pulang sore, habis kapal Eka datang, Ngah" Sahut Anis dari tepi sungai.

"Untuk apa nunggu kapal Eka datang, Nis?! Cu dari tadi merengek mencari kau, manja sekali, capek aku dibuatnya" Keluh Ngah dengan nada kesal-sekesalnya.

"Kau pulang lah Ngah, biar Cu sama aku"

"Tapi Anis naik ke atas lah, dulu, mana tega aku tinggalkan Cu disini"

Anis pun mengayunkan lengannya berenang menuju ke dermaga untuk menjemput adiknya.

Ngah Sanah pun langsung bergegas pulang begitu menyerahkan Cu ke dalam gendongan Anis.

"Nis boleh ya Cu beyenang" Ujar Cu dengan "R" yang belum lantas.

Cu menunjuk-nunjuk sungai.

"Ndak takut kah? Kau kan belum bisa berenang, Cu"

"Ajaykan beyenang Cu lah nis..."

Pinta adik bungsunya manja.

Kening Anis berkerut berpikir sejenak.

"Baiklah, tapi jangan bilang emak ya, jangan bilang Angah juga, nanti disadukan sama emak"

"Aok*" Sahut Cu menyanggupi dengan tersenyum lebar.

"Ayok lah kalau begitu kita" Ajak Anis.

Mereka pun berlari ke tepi dermaga, Anis turun perlahan ke dalam sungai menuntun Cu dengan hati-hati.

Cu :Bagian PertamaWhere stories live. Discover now