Forget Me Not

2.5K 354 321
                                    

Tidak berguna...

Tidak berguna...

..

..

Hei..

Hei...

Aniki..

Sebuah goncangan membuatnya mendongak

"Hei Aniki! Kau dengar aku? Hah? Kau dengar aku?"

Wajahnya hampa menatap pemuda di depannya, ada banyak emosi yang memenuhi wajah itu. Itu Naruto, tapi otak Sasuke tidak mengirimkan perintah untuk merespons.

Pemuda itu menyampirkan selimut di bahunya.

"Apa dingin? Kulihat kau mengigil." Katanya

Dia lalu menarik lengah Sasuke memaksanya berdiri dan menariknya ke ruang tengah kembali, mendudukkannya ke sofa lalu menyodorkan mug berisi entah apa dengan kepulan asap tipis membumbung. Sasuke tidak merespon, dia tidak menerima atau pun menolak, dia hanya menatap pada wajah di depannya.

Kemudian dia berkata "Kenapa masih disini? PERGI!!" bentak Sasuke

"Tidak mau!" kata Naruto tak mau kalah, wajahnya yang basah menatap Sasuke tajam "Kau itu tidak tahu sopan ya, mengundangku lalu mengusirku. Setidaknya kau ongkosi aku pulang, brengsek!" kata Naruto.

Sasuke diam, mendengus, dan membuang muka. Dia tidak ingin peduli bagaimana kantung mata Naruto penuh air mata yang kapan saja bisa pecah.

Mereka diam, Naruto duduk di samping Sasuke hanya memandangi kubin "Aku bohong.. aku tidak punya teman yang mati karena depresi." Ujar Naruto.

Sasuke melirik, menatap punggung kecil kurus itu merunduk.

Naruto, "Aku memang mengasihanimu pertama, itu alasan aku menarikmu di halte waktu itu."

Sasuke mendelik "Kau!"

"DIAM DULUUU!" Naruto terengah-engah, menata wajah Sasuke.

Naruto, "Aku ingin berteman, bukan karena rasa kasihan lagi. Kau pikir bagaimana aku merasa kasihan pada pria yang mampu membeli Cashmere? Tapi bukan berarti aku mau berteman karena kau mampu... aku hanya mau berteman, sudah itu."

Naruto menangis, air matanya mengalir sambil terus mengoceh "Jadi jangan bilang aku keparat, kau yang keparat. Asal menuduh, kau manusia yang tidak pantas dikasihani, jika kau mau kau bisa mendapatkan apapun jadi kenapa aku harus kasihan? Kenapa kau menuduhku sejahat itu?" Naruto semakin tergugu.

"Aniki kau jahanam, membuatku menangis seperti ini..hu hu hu..aku bahkan masih mau membuatkanmu teh jahe meski kau sudah marah-marah. Aku bahkan masih mau berteman denganmu sekarang."

Melihat bagaimana tubuh pemuda di depannya gemetar, Sasuke lantas memeluknya. Dorongan itu teramat besar. Dia menepuk-nepuk punggung Naruto. Tapi sejurus kemudian Naruto justru mendorongnya menjauh.

Naruto, "Aku akan pulang kampung, tidak akan melihat wajahmu lagi seminggu akan memuaskan. Aku benar-benar kesal." Lalu Naruto pergi.

Sasuke hanya diam sambil menatap teh di meja, kepulan asap tipisnya sudah menghilang dan teh itu lebih ramah diminum. Sasuke meminumnya sedikit lalu melamun.

Langkah kaki seakan berlari tiba-tiba membuat Sasuke mendongak, dia bisa melihat Naruto kembali di depannya muncul dengan wajah merah dan sesenggukan. Dia berteriak "Karena aku sudah janji mengajakmu...huhuhu sialan kenapa aku harus berjanji segala...kau, kalo mau makan belut sawah Konoha.... aku berangkat besok jam 10."

Lalu pemuda itu benar-benar pergi saat dia mendengar pintu apartemennya dibanting.

Sedangkan Sasuke yang masih memegang cangkir teh di posisi yang sama. Mendadak seperti orang dungu.

The Greener GrassWhere stories live. Discover now