2. Salah Sangka

25K 494 10
                                    

Suara teriakan Erika terdengar kencang sampai ke dalam kamar Papa dan Mamanya.

"Pa.. bangun Pa.. Rika, itu Rika kenapa Pa kok teriak-teriak." Ella membangunkan suaminya, Evan.

"Apa sih Ma, palingan si Erik lagi gangguin. Kamu kayak ga tau mereka berdua aja sih," sahut Evan kesal dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

"Bukan kayak gitu Pa. Ini beda loh, Rika teriak maling."

Evan terperanjat. Matanya terbelalak saat mendengar kata maling terucap dari bibir istrinya.

"Serius ada maling?" tanya Evan tak percaya.

"Ya ga tau lah, Pa. Aku kan cuman dengar anak perempuanmu tuh yang teriak maling," sahut Ella cemas.

Evan dan Ella pun bergegas keluar kamar untuk mencari Erika. Ella membawa kemoceng yang kebetulan ada di buffet dekat kamar mereka. Begitu melihat Erika di dapur mereka pun segera menghampirinya.

"Mana malingnya Ka... mana malingnya." Mata Evan mencari siapa maling yang dimaksud putrinya.

"Papa! Ini ada maling." Erika merasa lega saat kedua orang tuanya datang ke dapur. 

"Mana? Di mana malingnya?" Evan bertanya bingung pada Erika. Erika menunjuk pria yang ada di depannya. "Maksudmu dia malingnya?"

Erika menganggukan kepalanya tanda menyetujui perkataan Evan.
  
Evan menatap Erika dengan tak percaya. "Hahaha, dia malingnya." Terdengar suara Evan yang tertawa terbahak-bahak diiringi tawa Ella.

Raut wajah Erika seketika berubah kesal. "Idiih, kenapa pada ketawa sih. Ini ada maling loh, malingnya masih ada di sini. Ayo cepetan lapor polisi mumpung nih maling masih tegak berdiri di sini."

Evan menunjuk ke pria berwajah tampan tersebut masih tertawa, "dia hahaha, dia bukan maling, Ka."

"Papa! Jangan ketawa terus deh. Dia ini pasti maling, kalau bukan maling ngapain tengah malam begini di dapur kita." Wajah Erika semakin kesal. "Mama kenapa bawa senjata itu malah kemoceng sih, bawa kayu atau besi dong."

"Iya... iya... maaf." Evan menarik napasnya berusaha untuk menghentikan tawanya, akan tetapi malah semakin tertawa terbahak-bahak.

"Rika, ini Alden temannya, Erik," ucap Ella sambil membuang kemoceng ke lantai.

"Alden? Temannya si Erik, serius?" tanya Erika tak percaya.

"Iya." Ella dan Erika menatap Alden bersamaan. Yang ditatap hanya terdiam. Alden tidak tahu harus berbuat apa, ia jadi kebingungan sendiri dengan keadaan yang terjadi di dapur.

Dengan menghela napas berat Erika jadi malu sendiri. Wajahnya memerah sudah salah menuduh teman adiknya sebagai maling.

"Sudah jelaskan sekarang. Sudahlah Papa mau tidur dulu," ucap Evan berjalan ke kamar tidurnya.

"Sudah sana Rika, kamu tidur. Al, ga usah dipikirin si Rika, dia suka aneh-aneh dikit," ujar Ella.

"Apaan sih Ma bilang aku aneh!" protes Erika.

"Udah jangan banyak protes. Lain kali ga usah teriak-teriak begitu, gara-gara kamu Mama jadi bangun tengah malam. Nanti wajah Mama bisa kusam kalau kurang tidur. Sudah sana kamu tidur, sudah malam ini." Ella meninggalkan Erika dan Alden dengan kesal.

"Iya Ma," jawab Erika pasrah

Sepeninggalan kedua orang tuanya membuat suasana di dapur menjadi canggung. Ingin sekali ia meminta maaf pada Alden, tapi ia sendiri malu.

Aduuh, kenapa jadi serba ga enak begini sih. Mana gue udah nuduh dia maling lagi. Minta maaf ga ya atau pura-pura aja ga terjadi apapun. Erika berkata dalam hatinya.

"Kamu berarti temannya, Erik. Sorry, aku ga tau." Erika menatap Alden dengan rasa bersalah, tapi Alden hanya menyunggingkan bibirnya saat tau Erika salah tingkah.

Setelah selesai dengan perkataannya, Erika memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dengan langkah percaya diri, tapi naas baginya saat baru beberapa langkah malah terjadi sesuatu yang semakin membuatnya sangat malu.
  
"Gedubrak!" Erika terjatuh terduduk. Matanya melirik kemoceng milik Ella yang ada di lantai.

Anjiiir! Pantat gue sakit. Setan nih kemoceng bikin gue malu aja sih. Gue harus gimana nih, apa pura-pura ga sakit aja kali ya daripada semakin ga punya muka lagi. Erika berkata dalam hatinya.

Tanpa banyak mengeluh ia pun kembali berdiri, tanpa melihat kebelakang. Berjalan dengan santai seolah-olah tidak ada kejadian apapun.
  
Alden terperangah. Ia menatap semua kejadian dengan tak percaya. Erika bisa dengan santai dan percaya diri berdiri begitu meskipun sudah jatuh, kalau hal tersebut terjadi padanya tentu saja akan sangat malu.
  
"Wow, wanita yang sungguh tangguh." Alden sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
  
Erika di dalam kamarnya sangat sangat malu. Ia hanya bersikap pura-pura percaya diri padahal bingung harus bersikap bagaimana.
  
"Astaga, kenapa aku bisa begitu bodoh bin goblok begitu ya. Malu banget." Erika berteriak kecil di dalam kamarnya.

Erika membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil membayangkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Alden." Erika mengingat Alden membuatnya tersenyum kecil. "Hmm, kenapa teman Erik cakep amat. Mana tadi gue pegang-pegang otot perutnya lagi, kayaknya tuh bocah six pack deh. Ampun dah, tuh bocah." Erika menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Semoga aja tuh bocah cakep udah pergi dari rumah daripada besok ketemu si bocah ntar gue makin malu lagi." Erika menarik selimutnya dan berusaha untuk melupakan semua yang telah terjadi.

Sedangkan Alden masuk ke dalam kamar Erik sambil tersenyum penuh makna. Ia langsung mencari foto Erika yang ada di galeri telepon genggamnya. Terlihat foto lama gadis itu dengan rambut ikat kebelakang. Akhirnya, ia bisa bertemu langsung dengan kakak sahabatnya.

"Akhirnya... aku menemukanmu." Alden tersenyum misterius sambil melihat foto Erika.

My Sexy Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang