6. Lebih Bahagia

19.5K 518 22
                                    

3 hari kemudian

Tanpa terasa waktu terus berlalu, Alden selalu saja datang untuk mengantar dan menjemput Erika dengan motor sportsnya. Sampai ia sudah tidak lagi menggunakan rok mini lagi jika ke kantor digantikan dengan celana panjang.
Seperti saat ini Alden menjemputnya untuk makan malam bersama.

"Al, lo hari sabtu ada acara ga?" tanya Erika.

"Hmm, kenapa? Apa lo mau ngajak gue malam mingguan berdua?" Alden balik bertanya ke Erika.

"Idiih, lo yaa kebiasaan deh. Kalau gue nanya pasti nanya balik bukannya kasih jawaban gitu." Erika mengerucutkan bibirnya.

"Hehehe sorry deh. Jadinya lo mau gimana?"

"Begini Al besok sabtu tuh staf gue mau kawin. Lo temenin gue ya kondangan."

"Ok."

"Pakai pakaian resmi ya."

"Ok."

Senyuman langsung merekah di pipi Erika. Akhirnya, ia tidak akan dikatain jomblo abadi lagi sama Devi, rekan kerja sekaligus teman baiknya yang selalu membantu dan mendukungnya.

****

Waktu sudah menunjukan jam empat sore, Erika bersiap-siap untuk kembali ke apartemennya dan menunggu jemputan Alden. Ia mencari ke sana sini keberadaan Alden, tapi belum terlihat motor milik pria hidung bangir itu.

"Udah jam 5 kok Al belum datang ya." Erika melihat arloji di tangan kirinya.

Semakin lama membuatnya kesal menunggu Alden yang sampai pukul enam sore belum datang menjemputnya. Tiba-tiba ia teringat kalau tidak mengetahui nomor telepon Alden.

"Astaga gue udah 3 hari ketemu sama Al, kenapa gue bisa lupa minta nomor ponselnya." Erika menepuk dahinya sendiri.

Erika memutuskan untuk kembali ke apartemennya tanpa menunggu Alden lagi. Begitu tiba di apartemennya dan ingin menghubungi Alden, tapi kebingungan sendiri tidak mengetahui nomor ponsel pria tersebut.

"Apa gue hubungi Erik aja yaa, tapi alasannya apa?" Erika makin kebingungan sendiri.

Akhirnya, ia pun menghubungi Erik dengan alasan mencari Alden untuk meminta maaf karena dulu sudah menuduhnya sebagai maling dan juga memberikan pulsa pada adiknya tersebut. Walaupun, ia tahu alasannya tidak masuk akal, tapi demi rencananya agar hari sabtu ia ada yang menemani datang ke pernikahan mantan kekasihnya, Joshua dan Bella, stafnya di kantor.

"Astaga perjuangan banget sih dapetin nomor si Alden," ucapnya penuh rasa syukur akhirnya bisa mendapatkan nomor telepon genggamnya, Alden.

"Telepon ga yaa." Erika menjadi ragu sendiri berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. "Aduh, kok gue jadi deg-degan begini."

Ia menghembuskan napasnya. "Baiklah gue harus telpon dia daripada ntar gue diledekin jomblo abadi."

Suara telepon berbunyi bersamaan dengan jantungnya juga ikutan berdegup kencang. Panggilan pertama tidak ada jawaban dari ponsel Alden begitu juga dengan panggilan kedua masih juga sama.

"Coba sekali lagi deh kalau ga diangkat juga berarti dia merasa terganggu," ucapnya memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Panggilan telepon ketiga berhasil dan diangkat.

"Hallo," sapa seorang wanita.

Deg! Jantung Erika berdegup saat mendengar suara seorang wanita di balik telepon.

"Hallo, siapa ini?" tanya wanita lagi.

"I-iya maaf apa ini nomornya, Alden," ujar Erika gugup.

"Iya ini nomornya, Alden. Ini siapa ya?"

My Sexy Lady Where stories live. Discover now