My Sexy Lady

22

Alden mengikuti mobil Thomas, mobil Thomas berhenti disalah satu rumah. Erika dibantu oleh Thomas keluar dari mobil. Hatinya sangat panas, dia tak bisa menerima kenyataan Erika sudah menikah dan mempunyai anak dengan Thomas. Dia mengendarai mobilnya dengan kencang sampai melupakan adiknya, Alina dan sepupunya Yuki. Pikiran Alden sekarang hanya pada Erika dan Erika.
 
Alden kembali kerumahnya. Alden sudah membeli sebuah rumah diperumahan elit di kota hujan, dengan pemandangan yang asri. Disana tempat yang cocok untuk Alina yang baru sembuh dari stress dan trauma akibat kejadian setahun yang lalu.
 
"Al sudah pulang," sambut Lucy.

"Iya tante. Maaf tadi aku ada keperluan mendesak sehingga meminta tante menjemput Yuki dan Alin."

"Tidak apa-apa Al."

"Kakak... tadi dirumah sakit aku sepertinya melihat kak Erika deh, apa tadi kakak mengejar kak Erika?"
 
Alden tak menjawab, dia memilih untuk melangkahkan kaki ke kamarnya dengan wajah tak bersahabat.
 
"Kak," panggil Alina.

"Ada apa?" jawab Alden menahan emosinya.

"Kembalilah ke kak Erika. Sudah cukup kakak selama setahun ini bersama kami, kakak berhak bahagia dengan kak Erika. Alin tau kakak mencintai kak Erika," ucap Alina dengan perasaan bersalah.

"Tentu saja adikku sayang." Alden tersenyum menatap adiknya kecilnya.

"Aku hanya ingin kak Erika yang menjadi kakak ipar ku kak, bukan yang lain."
 
Alden hanya tersenyum melihat adiknya, dia tak ingin adiknya menangis kalau mengetahui kenyataan kalau Erika sudah menikah dengan pria lain.
 
***
 
Alden berada di kantor pusat Pt. Pan Pasific. Sekarang Alden adalah CEO Pan Pasific sudah bukan Mark Davidson.
 
"Selamat datang pak Alden," kata Budi menyambut Alden.

 "Terima kasih pak Budi" jawab Alden.
 
Budi sendiri menjabat sebagai wakil CEO dan membantu Alden dalam menjalankan perusahannya. Alden melihat meja sekretarisnya, dulu Erika lah yang berada disana tapi sekarang hanya ada Tiara sekretarisnya yang baru. Alden merasa dia membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa di percayai. Alden meminta semua data keuangan melalui Tiara.
 
"Maaf pak Alden semua data keuangan perusahaan berada dalam kendali pak Budi," jawab Tiara.

"Baiklah nanti aku yang akan memintanya pada pak Budi. Terima kasih Tiara."
 
Alden merasakan ada yang aneh dengan perusahaannya. Semenjak dipegang Budi selama setahun, dia kesulitan untuk mengakses semua informasi tentang perusahaan. Dan tentang data keuangan, Alden merasa aneh. Data keuangan seperti sudah dirancang dengan sangat rapi.
 
Alden teringat Erika mempunyai seorang teman di bagian keuangan. Mungkin hari ini, hari keberuntungan Alden, dia bertemu dengan Devi sahabat Erika.
 
"Devi," panggil Alden.

"Eeh pak Alden," kata Devi dengan sopan.
 
Alden janjian dengan Devi bertemu diluar jam kantor di salah satu restoran.
 
"Maaf pak Alden saya terlambat," ucap  Devi.

"Ooh tak masalah. Kamu dengan siapa?" tanya Alden.

"Ini suami saya pak Alden, Boni."
 
Alden, Devi, dan Boni berbincang bincang tentang perusahaan Alden. Alden sama sekali tak membahas tentang Erika, mengingat Erika membuat Alden sakit hati karena pengkhianatan Erika padanya.
 
"Kamu bisa membantu saya?" tanya Alden.

"Saya..."

"Tolong bantu saya, berapa pun imbalannya akan saya berikan."

"Bukan tentang imbalan pak Alden, semenjak pak Mark Davidson masuk rumah sakit jiwa dan pak Alden tidak memimpin perusahaan selama setahun banyak karyawan yang dipecat, salah satunya suami saya Boni, Pak. "

"Memang ada pemecatan secara besar, sudah kebijakan dari perusahaan yang saat itu mengalami gangguan dalam keuangan."

"Saya mengerti pak Alden, tapi yang menjadi aneh, yang dipecat itu beberapa bagian penting dalam keuangan dan bagian barang pak. Setelah dipecat mereka merekrut karyawan baru ditempatkan dengan posisi semula. Saya rasa ini bukan tentang gangguan keuangan dari perusahaan tapi memang ada permainan dalam bagian keuangan. Tapi saya mengerti pak Alden juga tidak mengetahuinya. Semenjak saya di pecat, saya sekarang juga buka toko percetakan kecil-kecilan pak."