Kesedihan

2.8K 208 1
                                    

"Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat." —Agatha Anodia Gahazu
-
-
-

Agatha berjalan di koridor yang ramai menahan sesak di dadanya, ucapan Irgi masih terngiang-ngiang di kepalanya.

'Apa Ibu lo gak pernah ajarain lo bersikap lemah lembut layaknya seorang wanita?'

Agatha benci cowok sialan itu. Jika Agatha boleh pilih dia juga tidak mau seperti ini, tapi keadaan yang membuatnya seperti ini. Sulit untuk menghilangkan sifat jelek seseorang bukan?

Agatha tidak pergi ke kelasnya melainkan ke parkiran, dia masuk ke dalam mobilnya lalu melajukannya meninggalkan sekolah. Beruntung gerbang sedang terbuka dan satpam tidak menjaganya.

Agatha melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, menyalip beberapa kendaraan di depannya hingga dia sampai di suatu tempat yang sangat sepi.

Agatha turun dari mobilnya, melangkahkan kakinya menuju tempat peristirahatan terakhir manusia, di mana manusia dikebumikan. Dia berjalan masuk lebih dalam dan berhenti di salah satu makam. Dia duduk di samping kanan makan itu menatap nisan di depannya, tertulis sebuah nama orang yang sangat dia sayang 'Adara Anodia' Ibunya.

"Ibu Agatha kangen," lirih Agatha.

Air mata Agatha turun membasahi pipinya, pertahan yang sedari tadi dia bangun rubuh seketika. Agatha mengelus nisan itu, membersihkan debu di atasnya.

"Agatha baik-baik aja Bu, Agatha cuma rindu Ibu. Ibu pasti udah bahagia di sana." Agatha terus berbicara mengeluarkan keluh kesahnya.

'Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat.' -Agatha Anodia Gahazu-

**********

Pukul sembilan malam Agatha baru pulang kerumahnya, dia menghabiskan waktu seharian di makam ibunya hingga tidak sadar dia ketiduran di pemakaman tadi. Badannya terasa letih, dan lengket.

"Non kenapa baru pulang, baju Non kenapa kotor?" tanya Bi Darsih.

"Agatha habis dari makam Ibu, Bi. Baju Agatha tadi ketumpahan minuman," jawab Agatha.

"Ya Allah, Non udah makan? Bibi siapin makan buat Non dulu ya." Bi Darsih tampak khawatir, dia tidak tahu apa yang terjadi pada Agatha namun ketika Agatha pergi ke makam Ibunya pasti dia sedang sedih.

"Bibi kenapa belum tidur ini udah malam, Papah pasti udah pulang kan?" tanya Agatha.

"Udah Non. Bibi khawatir sama Non , Bibi nungguin Non pulang. Bibi takut Non Agatha kenapa-napa," jawab Bi Darsih membuat hati Agatha terenyuh.

Agatha tiba-tiba memeluk Bi Darsih sangat erat. "Makasih Bi, makasih karna selalu khawatirin Gatha. Makasih Bibi selalu ada buat Gatha saat Gatha ngerasa sendiri, Bibi selalu ada. Makasih karena Bibi selalu peduli sama Gatha bahkan Papa gak peduli sama sekali sama Gatha," Agatha kembali menangis. Hari ini dia menjadi gadis cengeng.

"Non udah Bibi anggap kaya anak Bibi sendiri, Bibi sayang sama Non Agatha. Non Agatha jangan ngerasa sendiri, di luar sana juga pasti banyak yang sayang sama Non," Bi Darsih mengelus punggung Agatha, suaminya sudah meninggal sebelum mereka mempunyai keturuna. Karena itu Bi Darsih sangat sayang kepada Agatha terlebih karena Adara almarhumah Ibu Agatha sangat baik kepadanya.

Mereka saling memberikan kekuatan, menyalurkan kasih sayang masing-masing. Agatha rindu pelukan Ibunya, biarlah dia membayangkan sedang di peluk Ibunya.

Tanpa mereka sadari ada yang memperhatikan mereka sedari tadi, hatinya terenyuh melihat pemandangan ini. Kenapa bisa dia menelantarkan anak gadisnya, ternyata anak gadisnya tidak sekuat yang dia kira.

Smart Bad Girl (Selesai)Where stories live. Discover now