Toughness

1.1K 91 1
                                    

"Aku sendiri tidak yakin, apa aku bisa membuatnya tidam terluka karena ku?" —Irgi Dirgantara
-
-
-

Agatha turun dari mobil diikuti Irgi di belakangnya, sekarang mereka sudah sampai di kafe Aleta. Agatha berjalan menuju tempat biasa anak-anak Tougness, Irgi berjalan di sampingnya.

Agatha membuka pintu menuju samping Kafe, di sana hampir semua anggota hadir tempat itu terlihat penuh. Suara tawa bersahut dengan teriakan bising meramaikannya.

Irgi melihat kesekelilingnya sungguh pemandang tidak mengenakan, di ujung banyak cewek-cewek merokok membuat kepulan asap memenuhi kawasan itu. Bungkus makanan berantakan di atas meja, banyak juga yang berpenampilan seperti preman.

"Kaget?" tanya Agatha melihat reaksi Irgi, dengan segera Irgi merubah raut wajahnya.

"Enggak, biasa aja," ucap Irgi, Agatha hanya terkekeh sudah jelas dari reaksi Irgi tadi terlihat dia tidak nyaman melihat semua ini.

"Ehh Bu Bos udah datang," teriak Dini membuat semua mata memandang Agatha, lalu beralih pada Irgi.

"Anjir si Bos sama Doi nya," teriak Sesil membuat mereka riuh menggoda Agatha dan irgi.

"Wah ada badai apa nih, Bos bawa cowok." Reni ikut menimpali.

Agatha berjalan dengan raut dinginnya, Irgi mengikuti Agatha. Agatha menyuruh Irgi duduk di sampingnya, di meja inti Toughness. Di sana ada Dini, Sesil, Reni, Aleta pemilik kafe ini, serta Flo yang sepertinya tidak suka dengan kehadiran Irgi.

"Ngapain lo sama dia?" ucap Flo menatap Irgi tidak suka.

"Bebas dong Agatha mau sama siapa juga." Irgi membalas dengan raut datarnya.

"Gue tadi lagi keluar aja," ucap Agatha, semua yang di sana cengo sejak kapan Agatha mau keluar sama cowok.

"Pantes aja lo lupa sekarang ada rapat," ucap Dini.

"Seharusnya lo gak usah ajak orang luar ke sini, gak baik." Flo berdiri lalu pergi dari sana menuju ke dalam kafe.

"Kenapa tuh si Flo sensi banget," ucap Dini.

"Ini udah malem rapat anggota inti aja di dalem, nanti hasilnya tinggal kita bilang ke mereka," ucap Agatha pada mereka, lalu Agatha melirik Irgi yang sedang menatapnya. "Lo tunggu aja di sini, gak akan lama." Agatha berdiri berjalan menuju ke dalam Kafe diikuti Dini, Reni, Sesil dan Aleta.

Irgi menatap sekelilingnya banyak yang menatap Irgi, lalu beberapa cewek menghampiri Irgi.

"Lo pacarnya Agatha?" tanya seorang cewek yang duduk di depannya.

"Bukan urusan lo," jawab Irgi dengan nada dingin.

"Lo tau kan kita semua siapa?"

"Terus kalo gue tau mau apa? Gue gak takut," ucap Irgi.

"Agatha gak pernah deket sama cowok, apalagi sampai jalan bareng," ucap cewek itu terlihat serius. "Gue harap lo gak bikin kesan buruk sama dia, karena ini mungkin pertama kalinya dia deket sama cowok. Gue gak tau perasaan dia kayak gimana tapi rasa suka hadir karena terbiasa, gue gak mau dia kecewa."

"Dan Asal lo tau kita ini udah kayak keluarga, satu orang tersakiti seluruhnya ikut merasakan. Seperti anggota badan jika ada yang terluka seluruhnya merasakan sakitnya." ucap cewek itu lalu pergi diikuti teman-temannya. Irgi masih tidak percaya, ternyata mereka sangat care satu sama lain. Benar kata Agatha, Irgi tidak tau apa-apa tidak berhak menilai orang begitu saja. Tapi apa Irgi bisa tidak menyakiti Agatha?

Di sisi lain, Agatha dan inti Toughness sudah duduk di meja pojok agar lebih sepi. Kafe Aleta memang luas, dan tempat yang sekarang diduduki mereka jarang di tempati.

"Tha lo abis dari mana sama tuh cowok, bukannya dia ketua OSIS itu?" tanya Sesil kepo, semua memandang Agatha menunggu jawabannya.

"Jalan aja," jawab Agatha singkat.

"Tha lo gak di guna-guna kan? Lo jalan sama cowok, ini gue mimpi atau gimana?" ucap Dini berlebihan.

"Lo keliatannya deket sama tuh cowok, Wagelaseh kalau lo sampai pacaran sama Ketua OSIS," ucap Reni, pacaran? Gak mungkin, Agatha gak mungkin pacaran sama Irgi.

"Kita mau rapat atau mau ngomongin tuh cowok," ucap Flo masih terlihat jutek dan kesal.

"Lo kenapa Flo?" tanya Agatha walaupun dia tau Flo begini karena dia tidak suka Agatha bersama Irgi.

"Iya Flo, lo sensi banget sih jangan-jangan lo suka sama Irgi?" Dini menebak-nebak, tidak biasanya Flo seperti ini.

"Gak mungkin gue suka sama Irgi," jawab Flo.

"Udah mending kita ke tujuan awal aja, bahas tentang kemarin malam." Reni menengahi, tidak baik jika terus membahas ini akan terjadi masalah jika tidak di hentikan.

"Bener tuh, kemarin malem lo gimana Tha? Kita khawatir gak ada yang bisa hubungin lo," ucap Aleta.

"Ban mobil gue pecah kena paku, kayaknya Vira sengaja nyebar paku di sana, jalan itu paking dejet sama posisi polisi," jelas Agatha.

"Terus lo bisa kabur gimana?" tanya Reni, semua mengangguk menatap Agatha penasaran kecuali Flo karena dia sudah tahu dari Agatha.

"Kebetulan ada motor yang lewat ke sana, gue minta tolong sama dia. Gue telpon bengkel jadi mereka yang bawa mobil gue."

"Syukurlah, kita semua khawatir lo ketangkep Tha."

"Terus sekarang gimana Tha, tadi Vira gak nongol di sekolah tadinya gue sama Reni mau datengi dia," ucap Dini.

"Apa kita perlu nyerang ke markas mereka Tha?" ucap Sesil.

"Menurut gue jangan, kita gak boleh nyerang duluan," saran Aleta.

"Tapi mereka yang duluan," ucap Flo angkat suara.

"Bener kata Aleta, kita gak boleh gegabah. Kita datang ke markas Virgi tapi bukan untuk nyerang kita tanya maksud mereka apa, maunya apa," ucap Agatha, semua hanya diam mendengarkan. "Sesil lo harus pastiin tempat itu aman atau enggak, semua anggota harus ikut gak ada yang gak ikut."

"Kapan Tha kita ke sana?" tanya Dini.

"Tanyain ke yang lainnya, mereka bisanya kapan semua harus ikut. Kalo bisa secepatnya," ucap Agatha, mereka setuju dengan komando Agatha.

"Pulang sekarang udah malem," ucap Irgi tiba-tiba menarik Agatha.

"Lo apa-apaan sih main tarik-tarik aja," teriak Flo berdiri di depan Irgi.

"Ini udah malem, cewek gak baik masih di luar jam segini," ucap Irgi, nadanya sangat dingin.

"Agatha udah biasa di sini sampe larut malem, lo.gak usah so ngatur karena lo gak punyak hak apapun," Bentak Flo, suasana makin memanas banyak orang yang memperhatikan mereka. Dini, Sesil, Reni serta Aleta hanya diam.

"Dan mulai saat ini gue gak akan membiarkan itu terjadi," tegas Irgi membuat semua menatapnya, Flo sudah siap berbicara lagi namun Agatha segera menahannya.

"Udah jangan di terusin, gue juga cape gue mau pulang duluan. Kalian lanjut rapat sama yang lain, bicarain yang tadi," ucap Agatha membuat semua menatap tidak percaya.

Irgi menarik Agatha meninggalkan Kafe Aleta, membuat Flo mendengus kesal. Sementara Dini, Sesil, Reni serta Aleta masih menatap kepergian Agatha dan Irgi.

"Itu beneran Agatha kan?" ucap Reni diangguki semuanya.

"Sejak kapan Agatha patuh kepada orang lain?" Mereka semua mengangkat bahunya, yang pasti ada sesuatu pada Agatha dan mungkin prasangka mereka benar.

Smart Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang