Suka?

1K 89 0
                                    

"Sepertinya aku sudah jatuh cinta padamu, tapi aku tidak tahu apa kamu orang yang tepat untukku berlabuh atau tidak." -Agatha Anodia Gahazu
-
-
-

Agatha sedang duduk di belakang sekolah, hari ini dia bolos lagi. Agatha malas diam di kelas, apalagi sekarang pelajaran sejarah membosankan membuatnya mengantuk.

Pikiran Agatha sedang terfokus pada Irgi, cowok itu tadi pagi marah karena mengetahui Agatha pergi bersama Bara dan pulang larut malam. Tapi kenapa Irgi sampai marah seperti itu? Apa cowok itu cemburu? Tapi mana mungkin Irgi cemburu, emang dia suka sama Agatha?Enggak kan.

"Tuh kan Bu, apa saya bilang yang suka bolos bukan saya aja. Di sini itu ada yang suka bolos selain saya," ucap seseorang mengagetkan Agatha, di depannya sudah berdiri Bara dan Bu Endang.

"Agatha kamu bolos lagi?" ucap Bu Endang, Agatha menatap Bara kesal. Pasti cowok itu yang melaporkannya, dasar batu bara.

"Kamu ikut saya sekarang," ucap Bu Endang, Agatha mengukuti Bu Endang dari belakang bersama Bara.

"Lo ngapain laporin gue ke Bu Endang," ucap Agatha pelan tapi tajam.

"Siapa yang laporin, gue cuma nyari temen aja biar gak sendirian dihukum. Terus gue ajak aja bu Endang ke belakang sekolah biasanya ada Ken," ucap Bara.

"Alasan."

"Ngomongin apa kalian? Jangan bisik-bisik." Bu Endang menatap horror Agatha dan Bara.

"Enggak ngomongin apa-apa Bu," ucap Bara.

"Agatha bukannya kamu sebentar lagi Olimpiade?" tanya Bu Endang.

"Iya," jawab Agatha singkat, Bara menatap Agatha, pantas saja cewek itu tidak mendapat masalah besar ketika bolos. Ternyata pintar, pikir Bara.

"Kenapa kamu selalu gak ikut pelatihan?"

"Saya gak perlu itu semua, saya bisa belajar dengan cara saya sendiri," ucap Agatha membuat Bu Endang menghela nafas berat.

"Ya sudah, kamu ibu hukum untuk mengejakan soal latihan untuk Olimpiade di ruang guru," ucap Bu endang, lalu dia menatap Bara tajam. "Dan kamu Bara, kamu lari keliling lapangan 25 putaran."

"Gak adil dong, Bu. Masa Agatha enak di ruangan ber-AC lah saya udah lapangan panas harus lari 25 putaran lagi," protes Bara tidak terima.

"Oh jadi kamu mau sama kayak Agatha? Oke Ibu kasih kamu 100 soal matematika, mau?"

"Eh gak jadi Bu, saya lari aja lebih sehat." Bara dengan segera berlari ke lapangan, dari pada kepalanya pusing harus mengerjakan 100 soal matematika lebih baik dia lari keliling lapangan.

"Ayo Agatha kamu ikut Ibu," ucap Bu Endang.

***

Weekend, Agatha sedang menunggu Irgi di depan rumahnya, seperti yang Irgi katakan tempo hari dia akan mengajak Agatha pergi ke rumah es krim, dan Irgi baru bisa sekarang.

Agatha sangat antusias ketika Irgi mengirim pesan jika hari ini dia akan mengajak Agatha ke rumah es krim. Agatha tidak sabar, sudah sangat lama dia tidak pergi ke sana.

"Kok lama sih," ucap Agatha ketika masuk ke dalam mobil Irgi.

Irgi menatap Agatha lekat, gadis itu sangat cantik dengan polesan bedak tipis penampilannya sangat natural. Tidak ada wajah dingin dan datar, tidak ada tatapan tidak peduli. Hanya ada gurat kebahagian di sana, hal selalu membuat Irgi tersenyum tanpa sadar ketika melihatnya.

"Buru-buru banget," ucap Irgi melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Agatha.

"Gi, gue mau nanya," ucap Agatha membuat Irgi menoleh padanya sebentar, menunggu Agatha melanjutkan ucapannya.

"Kenapa lo baik sama gue?" tanya Agatha. Sungguh sudah sedari lama Agatha menyimpan rasa penasarannya, bukan apa-apa ketika bersama Irgi rasanya ada yang berbeda. Ada kehangatan yang berbeda ketika Agatha berada di sampingnya, ada yang menenangkan ketika Agatha melihat mata Irgi.

"Kenapa nanya gitu? Salah gue berbuat baik sama lo?" tanya Irgi balik. Memang tidak salah, tapi apa masuk akal seorang cowok baik dan perhatian kepada perempuan yang bukan siapa-siapanya? Bahkan hubungan Irgi dan Agatha awalnya tidak baik.

"Enggak sih tapi-"

"Udah nyampe, ayo katanya udah gak sabar." Irgi keluar dari mobilnya, dia seperti menghindari pertanyaan Agatha. Agatha mengikuti Irgi, mungkin dia harus menyimpan penasarannya sendiri.

"Mau pesen rasa apa?" tanya Irgi membuat Agatha menoleh padanya.

"Coklat sama vanila," ucap Agatha, Irgi mengangguk lalu pergi tanpa mengucapkan apapun.

Agatha duduk meja yang di sediakan, dia menatap sekelilingnya. Ruangan dengan dekorasi es krim itu sangat Agatha rindukan, dulu dia ke sini bersama Ibunya. Dia selalu antusias saat Ibunya mengajak ke sini, sampai kecelakaan itu terjadi membuat tempat ini menjadi salah satu tempat yang paling di hindari Agatha.

"Ngapain ngelamun, kesambet hantu es krim tau rasa." Agatha menoleh pada Irgi yang sudah duduk di sampingnya, Irgi menyodorkan dua mangkuk es krim yang Agatha pesan tadi.

"Emang ada hantu es krim?" tanya Agatha polos sambil membayangkan, Agatha terkekeh saat bayangan hantu dengan sorong es krim di kepanya muncul.

"Tuh apa gue bilang, sekarang senyum-senyum sendiri," ucap Irgi.

"Isshh apaan sih." Agatha menyendok es krim coklat lalu memasukannya pada mulut.

"Enak banget," ucap Agatha. Agatha memakan es krim itu dengan lahap membuat bibir Irgi tersenyum tipis melihatnya. Agatha seperti anak kecil, Irgi mengambil ponselnya lalu membidik Agatha. Irgi melihat hasil karyanya, bibir semakin tertarik mengukir senyum.

"Kayaknya di sini beneran ada gantunya deh," ucap Agatha membuat Irgi menoleh, dengan segera Irgi mengubah raut wajahnya.

"Kenapa senyum-senyum sambil liatin hp? Pasti lagi chattingan sama Nesya ya?" Apa Irgi tidak salah mendengar, ada nada cemburu saat Agatha menyebut nama Nesya.

"Sok tau," ucap Irgi.

"Gak pesen es krim juga?" tanya Agatha, Irgi hanya menggeleng.

"Gak suka."

"Isshh enak tahu, coba dulu jangan langsung bilang gak suka," ucap Agatha. Irgi mengedikan bahunya acuh.

"Nih coba deh." Agatha menyodorkan satu sendok es krim vanila pada Irgi.

"Gak mau, makan aja sendiri," tolak Irgi membuat Agatha mengerucutkan bibirnya.

Irgi menarik lengan Agatha, mengarahkan sendoknya pada mulutnya melahap satu sendok es krim yang tadi Agatha berikan.

"Jangan cemberut gitu," ucap Irgi membuat Agatha tersenyum.

"Terus kayak gini ya, selalu senyum. Ramah, gak galak, jutek, dingin. Lo cocok nya kayak gini." Irgi membenarkan rambut Agatha yang sedikit berantakan.

Agatha menatap Irgi, perasaannya mebuncah senang. Kupu-kupu di dalam perutnya berterbangan liar, pipinya sudah seperti kepiting rebus. Entahlah jika dia bersama Irgi, dia merasa seperti menjadi dirinya sendiri.

Irgi tersenyum melihat reaksi Agatha, sejak awal Irgi tahu sifat gadis ini yang asli bukan yang dia perlihatkan pada orang-orang. Mungkin sifat Agatha yang keras ada karena Papanya, tapi sifatnya yang dingin dan tak acuh itu bukan sifat asli Agatha.

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat," ucap Irgi menyadarkan Agatha.

"Kemana?" tanya Agatha masih dengan perasaan canggungnya.

"Nanti juga tahu," ucap Irgi.

Smart Bad Girl (Selesai)Where stories live. Discover now