Siapa yang lebih penting? Aku atau Dia?

1.1K 90 0
                                    

"Apa pantas aku marah ketika aku bukan siapa-siapa dihidupmu?" -Agatha Anodia Gahazu
-
-
-

"Tha, kok masih di luar? Lima belas menit lagi dimulai lho, harusnya lo stay di ruangan," ucap Bara melihat Agatha yang masih diam di koridor.

"Bentar lagi," jawab Agatha.

"Nungguin Irgi?" tebak Bara. Agatha terdiam beberaba saat, lalu dia pergi dari sana tanpa menjawab pertanyaan Bara. Bara menatap kepergian Agatha, Bara tidak boleh menyerah dia harus tetap berjuang.

***

Hari ini, Irgi benar-benar tidak menepati janjinya. Sampai Agatha selesaipun dia tidak ada, dia juga tidak mengirim pesan apapun pada Agatha.

Sekarang Agatha sedang di ruang tunggu, menunggu hasil dari olimpiade itu. Agatha tidak peduli dia menang atau tidak, karena itu tidak penting baginya.

"Tha, lo kenapa ngelamun terus?" ucap Bara menghampiri Agatha.

"Siapa yang ngelamun," ucap Agatha.

"Lo di suruh kumpul di lapangan, juaranya mau diumumin," ucap Bara, Agatha melihat sekitarnya dan benar di sana sudah tidak ada siapa-siapa. Semua sudah pergi ke lapangan, Agatha sangat tidak fokus hari ini.

"Tunggu apa lagi ayo, gue mau denger lo jadi juara. Katanya ketua Toughness ini genius, mana buktiin," ucap Bara membuat Agatha mendelik.

"Liat aja gue pasti yang juara," ucap Agatha.

"Taruhan aja gimana, kalau lo kalah lo harus jadi pacar gue," ucap Bara menaik turunkan alisnya.

"Siapa takut, kalau gue juara lo traktir gue di rumah es krim selama sebulan," ucap Agatha.

"Oke siapa takut," ucap Bara tersenyum senang, Agatha berjalan menarik Bara menuju lapangan utama yang sudah didekor sedemikian rupa untuk pengumuman juara.

"Baik, semua juri telah memeriksa semua jawaban dari semua peserta," ucap laki-laki yang bertugas menjadi MC. "Dan sekarang saya akan mengumumkan Juara 1,2, dan 3 pada Olimpiade kali ini, gimana perasaannya? Tegang kah? Hahaha sabar ya."

"Ck! Bacot mulu," geruru Agatha.

"Pfftt ... Lo tegang?" ucap Bara melihat raut wajah Agatha.

"Siapa yang tegang," ucap Agatha mengalihkan pandangannya.

"Kenapa, takut gak menang? Katanya juara terus," ucap Bara menambah kekesalan Agatha. Memang Agatha sedikit takut kalah, karena jika kalah dia harus menjadi pacar Bara. Gak, itu gak boleh terjadi, batin Agatha.

"Kenapa harus takut, gue pasti juara."

"Oke, untuk juara 3 saya ucapkan selamat kepada ... Wulan Anatalia dari SMA Putih Abu," teriak MC disusul riuhnya tepuk tangan dari para peserta.

"Selamat untuk Wulan dari SMA Putih Abu, kita lanjut ke juara 2. Selamat kepada ... Juan Prahardi dari SMA Garuda, selamat untuk Juan."

Jantung Agatha berpacu lebih cepat, hanya tinggal juara 1. Apa Agatha akan juara, atau sebaliknya. Jujur saat tadi mengerjakan soal-soal, Agatha sangat tidak fokus.

"Nah sekarang yang ditunggu-tunggu, juara 1 kita. Kira-kira siapa ya, penasaran gak? Juara satu kita adalah jeng ... Jeng ... Jeng ... Selamat kepada ... Agatha Anodia Gahazu dari SMA Alexi ... ."

"Huuuuuu, selamat Agatha lo juara," ucap Bara refleks memeluk Agatha.

"Isshh apa sih lo," ucap Agatha mendorong Bara.

"Maaf refleks," jawab Bara. "Berarti bener, lo emang pinter. Gak jadi dah gue pacaran sama lo," ucap Bara.

"Ngarep, yeay gue di traktir es krim sepuasnya ya," ucap Agatha.

"Untuk nama yanh tadi saya panggil, di persilahkan untuk naik ke panggung untuk penyerahan Piala dan hadiah."

"Sana ke atas panggung, nanti liat ke gue ya, gue mau foto," ucap Bara, Agatha tersenyum melihat Bara lalu naik ke atas panggung.

Agatha sudah memegang Piala dan Piagam, dia melihat Bara yang sedang melambaikan tangannya. Agatha tersenyum pada Bara yang sudah mengarahkan kameranya, baru pertama kali Agatha merasa dia senang ketika memenangkan lomba, karena setiap dia juara dia tidak pernah peduli. Tapi kali ini rasanya berbeda, ada Bara yang mendukungnya.

***

"Tha, emang ini semua bakal abis?" tanya Bara melihat meja penuh dengan mangkuk es krim aneka rasa.

"Kan lo yang abisin," ucap Agatha.

"Gila, lo yang pesen gue kan tinggal bayar," ucap Bara.

"Yuadah kalau gak mau, gue bisa abisin semua sendiri," ucap Agatha mengambik satu mangkuk es krim rasa coklat, favorite nya.

"Emang bisa?"

"Bisalah, apa sih yang Agatha gak bisa," ucap Agatha.

"Nerima gue sebagai pacar lo," ucap Bara.

"Uhuk ... Uhuk ..." Agatha tersedak mendengar penuturan Bara.

"Makanya makannya pelan-pelan, gak akan kehabisan kok," ucap Bara mengelus punggung Agatha.

"Gue ke kamar mandi dulu," ucap Agatha beranjak dari sana.

Drttt ... Drttt ...

Ponsel Agatha berdering, satu panggilan masuk dari Irgi.

"Halo," ucap Agatha.

"Hallo, Tha. Tha gue minta maaf banget gue gak dateng," ucap Irgi di seberang telpon.

"Gapapa, gue tau lo kan sibuk," ucap Agatha sedikit judes.

"Maaf, Tha. Nesya sakit dia tinggal sendiri di apartementnya, gue harus jagain dia."

Deg.

Irgi tidak datang karena Nesya sakit? Dia menjaga Nesya di apartement nya, sampai dia tidak mengabari Agatha sedikitpun.

"Oke gak papa, getwillson buat Nesya," ucap Agatha menahan sesak di dadanya.

"Lo gak marah kan?"

"Apa gue berhak marah Gi, sedangkan gue bukan siapa-siapa lo," ucap Agatha dalam hati.

"Enggak, udah dulu ya Gi gue lagi sama Bara, kasian dia nungguin." Agatha menutup sambungan telponnya secara sepihak tanpa mendengarkan jawaban dari Irgi, dia keluar dari kamar mandi bergegas menghampiri Bara.

"Bar, gue mau pulang sekarang," ucap Agatha mengambil tasnya.

"Lho kenapa Tha, es krimnya masih banyak," ucap Bara.

"Gue mau pulang sekarang Bar, gue cape," ucap Agatha.

"Oke, sebentar." Bara mengeluarkan beberapa lembar uangnya lalu menyimpannya di atas meja.

Agatha berjalan terlebih dulu diikuti Bara dari belakang, Bara tidak tahu Agatha kenapa tadi gadis itu baik-baik saja, apa karena ucapan Bara tadi, pikir Bara.

Smart Bad Girl (Selesai)Where stories live. Discover now