1- Sekali Membenci

449 52 34
                                    

Sebaik apa pun sikap yang kamu tampilkan, kamu akan tetap terlihat buruk di hadapan orang yang tak menyukaimu.

Nayara pernah mendengar kalimat itu di reel aplikasi instagramnya. Ia setuju dengan quotes tersebut karena dirinya merasakan hal sama. Sebaik apa pun sikap yang ditujukan cowok itu, di matanya tetap tampak menyebalkan.

Namanya Arshaka Daneswara, biasa dipanggil Danes. Katanya, Arshaka artinya dermawan, sedangkan Daneswara adalah raja yang makmur.

Menyebalkannya, nama Daneswara kerap disandingkan dengannya, Nayara Prameswari yang artinya permaisuri pemberi kedamaian. Itu juga yang membuat Danes kerap menggodanya, mengatakan bahwa mereka ditakdirkan untuk bersama.

Cih! Nayara tak sudi. Di matanya, Danes hanyalah cowok petakilan yang tidak pernah serius bersekolah. Ia bahkan sering mendengar dari sepupunya bahwa cowok itu kerap mengikuti remedial setiap ulangan harian.

"Jangan ngelamun, yayang elo entar juga dateng."

Nayara mendelik pada Auriga yang berada di sebelah kanannya. Lebih tepatnya, ia di duduk di antara ketiga cowok yang tak mau berpindah tempat, padahal sudah ia usir sejak tadi. Kebetulan kursi kantin bentuknya memanjang dan muat untuk beberapa orang. Sama halnya dengan meja yang diapit kedua kursi sehingga para siswa dapat makan saling berhadapan.

Melirik pada sepupunya, ia mengembuskan napas berat. Arsen seharusnya mengajak teman-temannya pergi, bukan malah diam dan fokus bermain ponsel.

Jujur saja, ia merasa tidak nyaman berdekatan dengan mereka. Meski Arsen tidak banyak bicara, ada Auriga, si playboy kelas kakap yang mulutnya tidak bisa mingkem. Aneh saja, kenapa cewek-cewek antri untuk menjadi pacar kesekiannya, padahal ada yang lebih unggul darinya, yaitu Januar Lingga.

Bagi kaum perempuan, Lingga merupakan sosok pacar yang potensial. Selain tampan, sahabat dari sepupunya itu memiliki otak yang encer, baik hati dan tentunya kalem. Lingga yang nyaris sempurna, tapi jarang terlihat dekat dengan perempuan kecuali dirinya dan kedua sahabatnya. Itu juga karena mereka kerap tak sengaja bertemu.

"Pacar lo tuh!" tunjuk Auriga membuatnya memutar bola mata malas.

Dari ujung matanya, ia melihat dua siswa dengan penampilan berbeda berjalan beriringan.

"Halo gebetannya Danes!" Aziel melambaikan tangan yang ia tanggapi dengan lengosan. Cowok pencinta sastra itu duduk di sebelah Lingga, berhadapan dengan Auriga. Lalu, sosok lain menempati celah kosong di dekatnya. Sesuai dugaannya. Keempat sahabat cowok itu seperti sengaja mengosongkan tempat duduk untuknya.

"Siang, Permaisuri!" sapaan tersebut terdengar merdu, bahkan seluruh siswa Purna Bangsa tidak menyangkal hal tersebut. Namun, bagi Nayara yang sudah terlanjur tak menyukai Danes, semerdu apa pun suaranya, ia tetap tak terpengaruh.

Danes mengibaskan seragam yang semua kancingnya terbuka, menyisakan kaos berwarna putih di dalamnya. Cowok itu memang mudah kegerahan. Sekarang saja, ia tengah mengipasi wajahnya dengan kipas berwarna kuning yang entah milik siapa.

Nayara yang duduk di sampingnya berdecak karena rambutnya ikut berkibar hingga menutupi wajah dan mata. Berkali-kali ia mengaitkannya ke belakang telinga, tapi kembali seperti sebelumnya karena Danes sengaja menjahilinya.

"Itu kipas nyuri milik siapa lagi?" sindiran Arsen membuat mereka mengalihkan perhatian pada Danes yang malah cengengesan.

Riga yang memang satu ruangan dengannya di kelas XI IPS 3 menyahut, "Punya si Beby, katanya pinjem bentar, paling dibalikinya entar pas udah rusak."

"Si Beby yang suka pake pernak pernik warna kuning?" tanya Lingga mengingat sosok yang dimaksud. Masalahnya dari kelima sahabat tersebut mereka semua berbeda kelas dan jurusan.

Nayara's Two Wishes ✔️Where stories live. Discover now