15- Hal yang Mustahil

138 34 29
                                    

Ini bukan sebuah drama yang menceritakan penyesalan seorang perempuan.
***

Riuh para siswa bercampur dentingan sendok dan piring terdengar. Keadaan kantin begitu padat di lima menit pertama setelah bel istirahat berbunyi.

Cuaca terik serta sesaknya sekitar menambah kesan tak nyaman, termasuk Yara yang merasakan hal tersebut. Cewek itu mengipasi wajahnya dengan tangan lalu mengambil ikat rambut dari saku untuk mengucir rambutnya. Segelas es jeruk bahkan tak berhasil membuatnya merasa lebih baik.

Nayara berdecak, terpaksa melanjutkan kegiatan makannya karena sudah terlanjur memesan. Sherin yang duduk di seberangnya hanya menatap sekilas. Baginya, sikap Yara akhir-akhir ini agak aneh. Kerap melebihkan hal yang tak disukainya lalu mengomel panjang lebar. Makanya, diam lebih baik daripada mengajaknya bicara.

Embusan napas berat terdengar. Sebelumnya Yara paling menyukai batagor yang ada kantin sekolahnya, tapi entah kenapa sekarang rasanya hambar, padahal Sherin bilang tak ada yang salah, rasa batagornya masih selezat biasanya.

Hh, entahlah apa yang terjadi dengan lidahnya- mungkin juga badan dan ... hatinya. Yara pikir, setelah pertengkarannya dengan Danes berlanjut dengan menjauhnya cowok itu, perasaannya akan lebih baik, ternyata ia salah. Yara semakin tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan hingga kerap merasa kesal tak jelas.

Tawa tak asing membuatnya seketika mengalihkan pandangan. Di pintu kantin, terlihat tiga cowok berjalan beriringan. Aziel, Arsen, dan Auriga tampak sedang bercakap-cakap. Namun, tidak ada cowok itu di antara mereka.

Kemarin, ketika dirinya dipaksa Arsen menemani ke rumah Samia untuk minta maaf, Yara sempat ingin menanyakan keadaan Danes karena rasa penasaran yang menderanya, tapi ia segera membuang keingintahuannya.

"Lo kemarin beneran jadi anterin Arsen ke rumah Samia?"

Baru saja memikirkan kejadian tersebut, Sherin sudah membahasnya. Yara mengangguk dengan tidak bersemangat.

"Berarti kalian udah baikan dong?" tanya Sherin antusias.

Baikan? Haha, bahkan kemarin Samia mengabaikan permintaan maafnya. Yara hanya membalas dengan kedikan bahu. Ia sedang tak ingin membahas Samia saat ini.

"Boleh duduk di sini?"

Keduanya menoleh bersamaan. Sherin seketika melemparkan tatapan menggoda padanya. Seharusnya Yara senang dan perasaan berbunga-bunga tumbuh di hatinya seperti yang sudah-sudah, tapi yang ia lakukan sekarang hanya berusaha memamerkan senyum dan menjawab, "Boleh, kak. Duduk aja."

"Makasih ya." Ghafi memberikan isyarat pada temannya bernama Firly untuk duduk.

Yara mengangguk dan lanjut makan dengan pikiran bercabang. Tidak sepatutnya ia bersikap acuh pada sosok yang dikaguminya sekian lama. Diam-diam cewek itu menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan.

Keadaan sempat hening beberapa saat. Mereka fokus menghabiskan makanan sampai kemudian Ghafi menggeser piringnya yang sudah kosong dan menoleh ke arah Yara.

"Nanti pulang sekolah ada acara gak?"

"Uhuk uhuk!" Firly berpura-pura batuk, begitu pula Sherin yang langsung menatapnya penuh minat.

"Gak ada, kenapa Kak?" tanya Yara balik.

"Nonton yuk! Ada film bagus yang baru rilis." Ajakan tersebut semakin membuat kedua orang di dekatnya heboh.

Berusaha mengabaikan kegundahan hatinya, Yara membalas tatapan Ghafi. Mungkin ia tidak boleh terlalu berharap, toh sikap Ghafi padanya tidak berlebihan. Namun, bukankah Yara harus terus memanfaatkan setiap peluang yang datang padanya? Sekalipun ia sedang tak berminat melakukan hal apa pun. Jangan sampai kesempatan yang ia lewatkan membuatnya benar-benar kembali jauh dari cowok itu.

"Boleh kak, kebetulan aku lagi gak ada kegiatan." Kali aja pergi sama Kak Ghafi bisa bikin perasaan aku membaik.
***

Yara berjalan ke luar kantin bersama sahabatnya. Ghafi sudah pergi terlebih dahulu karena ada urusan. Saat berada di koridor, ia melihat Danes yang muncul dari perpustakaan. Wajahnya tampak suntuk, seperti orang yang baru bangun tidur.

Tanpa sadar, ia terus memandangi cowok itu hingga jarak keduanya semakin terkikis. Sadar dengan keberadaan sosok di depannya, Danes tampak sedikit terkejut. Namun, kembali acuh dan melewatinya begitu saja.

"Ilo!"

Refleks Yara menghentikan langkah mendengar panggilan tersebut. Ia berbalik dan menemukan Danes berjalan ke arah cewek berambut curly yang menyambutnya dengan senyum hangat.

"Abis siaran?" Nada suaranya terdengar antusias dan tentu saja ramah.

"Iya, lo dari mana? Suntuk banget sih?" Cewek bernama Ilona itu mengangkat tangan, merapikan rambut berantakan Danes.

"Perpus."

Seolah begitu paham dengan jawaban singkat teman sekelasnya, Ilona mengangguk lalu melirik jam di pergelangan tangannya.

"Kantin yuk! Masih ada lima menit sebelum bel," ajaknya dengan senyum yang tak kunjung luntur.

Danes mengangangguk kemudian merangkul cewek itu dan berjalan menjauh, sedangkan Yara tampak membatu di tempat. Tanpa sadar tangannya terkepal dan itu tidak luput dari perhatian sahabatnya.

"Yuk, Ra!" Sherin menarik lengan Yara yang langsung terkesiap. Mengangguk pelan, ia melangkah dengan perasaan berkecamuk.

Yara memang ingin lepas dari Danes, apalagi cowok itu kerap merangkulnya sembarangan, tapi ... kenapa melihatnya merangkul cewek lain membuat Yara merasa tidak suka?

Yara menunduk dalam dengan tatapan yang berubah nanar. Kenapa ... dadanya terasa sesak?

Apakah dirinya cemburu?

Cewek itu segera menggeleng keras.

Tidak!

Tidak mungkin!

Halo!Akhirnya aku dateng lagi setelah satu Minggu lebih gak up

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo!
Akhirnya aku dateng lagi setelah satu Minggu lebih gak up.

Cieee Danes udah punya gebetan baru. Yara gimana inih? Kamu gak bener-bener cemburu, kan, ya? 😁

Bantu tandai kalau ada typo.

Next?

Jangan lupa mampir ke ceritanya kak wookiesr









Nayara's Two Wishes ✔️Where stories live. Discover now