2- Perihal Mencoba

248 40 16
                                    


"Gue pernah denger sebuah kalimat, kalau hati bisa dikendaliin, maka gue bakal milih buat jatuh cinta sama orang yang bisa hargain perasaan gue, tapi bagi seorang Arshaka, hal itu gak berlaku karena gue bakal tetep milih jatuh hati sama lo, Permaisuri."

Suara Danes terdengar lantang lewat speaker kantin. Cowok yang mengaku sebagai calon penyiar sukses di masa depan itu tampak begitu lancar mengucapkan kalimat demi kalimat seolah benar-benar dari hatinya.

Mungkin jika sosok yang dimaksud cewek lain, mereka akan langsung histeris karena mendapat gombalan jalur radio sekolah, berbeda dengan Yara yang memilih menulikan telinga.

"Cieee permaisuri!" Auriga yang duduk tepat di seberangnya memajukan tubuh, menggodanya dengan semangat. Melengos, Yara mengambil earphone bluetooth dan menyimpan kedua telinganya. Cewek itu kemudian memutar musik serta mengatur volume sampai tak mendengar lagi suara Danes.

Lewat radio, cowok menyebalkan itu kerap mengungkapkan perasaannya, tak lupa memberikan panggil khusus. Sebagai anggota ekskul broadcasting, Danes cukup aktif mengisi siaran. Jika tidak jam istirahat, maka pada sore atau malam hari. Masing-masing anggota mendapat giliran sehingga hanya memiliki jatah dua atau tiga kali dalam seminggu.

Sudah menjadi rahasia umum seorang Danes menyukai Yara. Cowok itu urat malunya sudah putus sehingga terus saja mendekatinya. Berbagai cara yang dilakukan Danes kerap membuatnya merasa jengah.

Yara berkali-kali mengomel pada Arsen, tapi sepupunya hanya mengatakan sudah menasehati. Hasilnya? Nol besar.

Siomai di mangkuknya sudah tandas. Yara menoleh pada Mia yang sibuk memperhatikan sepupunya, mengabaikan semangkuk batagor miliknya yang sudah dingin. Menghela napas lelah, ia menepuk bahu sahabatnya. Mia menoleh disertai kernyitan di dahinya.

"Gue duluan ya, males lama-lama di sini." Yara bangkit dan melangkah malas menuju kelas. Sebenarnya, ia kasihan pada Mia yang terus berusaha mendapatkan hati Arsen. Ingin sekali ia meminta cewek itu untuk berhenti saja, tapi Yara tak tega mengatakannya.

Yara berada di posisi serba salah. Bukannya ia tidak pernah berusaha membantu, Yara bahkan beberapa kali meminta Arsen untuk memberikan kesempatan pada sahabatnya. Namun, sang sepupu malah membalikan perkataan. Menyuruhnya mempertimbangkan Danes juga. Setelah itu, ia jadi malas ikut campur urusan orang lain.

Langkah Yara terhenti, mendapati keberadaan Danes yang baru keluar dari ruang siaran. Cowok itu berjalan beriringan dengan teman seekskulnya. Mereka tampak begitu akrab dan cocok. Lebih bagus lagi kalau keduanya jadian. Tentu saja Yara akan menyambut dengan bahagia berita tersebut.

"Gue ke sana dulu ya, Na!"

Suara Danes terdengar setelah Yara melewati keduanya. Ia semakin mempercepat langkah, berusaha menghindar meski gagal karena Danes sudah berada di depannya dan merentangkan tangan.

Entah harus bagaimana lagi Yara bersikap. Danes benar-benar keras kepala. Cewek itu berdecak lalu menatapnya dengan rahang mengeras. "Lo gak capek gangguin gue terus?"

"Enggak," jawab Danes ringan. Ada kesungguhan di matanya dan itu membuat Yara segera membuang muka. Ia tak suka dengan cara Danes menatapnya.

"Gue yang capek, Daneswara." Yara harus bagaimana lagi menyakiti Danes agar mau berhenti?

Cowok di depannya sempat tertegun. Tak bertahan lama karena senyumnya kemudian mengembang. "Kalau capek, lo cukup diem biar gue yang berusaha. Gue jamin-"

"Danes," potong Yara cepat. "Harus gue bilang berapa kali sama lo? Gue gak bisa."

"Itu karena lo gak mau mencoba, Ra." Danes melangkah dan Yara refleks mundur. "Liat?" Cowok itu tersenyum miris. "Lo bahkan langsung mundur saat gue baru satu langkah hampirin lo."

Nayara's Two Wishes ✔️Where stories live. Discover now