8

9.7K 1.8K 369
                                    




makasih ya yang bab sebelumnya dah vote and comment <33333

***

Nashira masih bisa tersenyum ketika mobil kesayangannya nyungsep di got karena manusia yang tidak bertanggung jawab. Dia tetap ingin membawa atmosfer positif dan percaya kalau ini salah satu hari manisnya. Setelah beberapa hari terakhir hanya berhubungan dengan En Rico lewat chat, dia senang bukan main ketika akhirnya ada kesempatan bertemu di kala rindunya sudah mencapai puncak.

Hanya saja, ketika sampai di tempat yang dituju dan selesai menukar tiket bioskop, satu pesan masuk itu menghancurkan segalanya... dalam sekejap.

Mi amor 💕
Baby, I am so sorry
Aku gak bisa nemuin kamu sekarang
Managerku baru ngabarin kalau ada undangan offair
Kamu masih di rumah kan?

Nashira mengerjapkan mata, berharap banyak kalau dia salah baca. Namun, belasan kali dia membacanya, belasan kali pula dia langsung memahami maksudnya.

En Rico membatalkan janji. Dia tidak bisa menemui Nashira. Mereka tidak jadi bertemu. Astaga, kenapa dadanya terasa tidak enak sekali, ya? Kenapa rasanya dia sangat amat kecewa sampai rasanya ingin menangis?

Mi amor 💕
Baby
Please pick up my phone
Gak apa-apa marah
Tapi angkat teleponku
Aku butuh dengerin suara kamu

Kursi di ruang tunggu bioskop itu sudah menguning. Nashira duduk di sana sambil melamun memandangi layar ponselnya. Bermenit-menit berlalu, hingga sebagian kesadarannya mengingatkan,

En Rico itu sedang meraih mimpinya. Kalau kamu sayang dia, kamu seharusnya mengerti. Kamu seharusnya mendukung dia. Come on, stop being so childish.

Pada akhirnya, Nashira menyentuh tanda hijau pada layar handphonenya, meletakkan benda tipis itu ke ujung telinga.

"Halo, baby, kamu di mana?" suara itu terdengar panik, tidak seharusnya Nashira bikin dia sekhawatir ini.

"Aku masih di rumah."

Padahal, dia sudah di dalam bioskop,
memesan popcorn berukuran besar dan dua minuman yang dia minta disediakan beberapa menit sebelum filmnya dimulai. Bisa request karena kebetulan bioskopnya sepi sekali.

"Oh, syukurlah kalau begitu. Aku benar-benar minta maaf, kita nontonnya besok aja, ok?"

"Hmmm, iya."

"Aku tutup dulu, nanti malam aku telepon lagi."

"Iya, kamu semangat ya performnya."

"Iya, baby. Aku pasti do my best. See you."

"See you."

Kini, Nashira sama sekali tidak ada tujuan. Dia tidak mengerti kenapa masih di sini, belum beranjak untuk pulang. Mungkin karena dia sedih mengingat effortnya tadi ketika bersiap-siap yang bahkan sampai melibatkan Kuka. Atau ketika dia bersedia meninggalkan mobilnya sampai merepotkan Argha demi bisa datang tepat waktu, tapi En Rico malah melakukan sebaliknya.

Hampir pukul 8 malam ketika Argha yang tadi sempat menelponnya untuk mengabari kondisi mobilnya kini berada di hadapannya. Pria itu mengenakan kaos polo hitam, mungkin sudah ganti baju dengan salah satu pakaian yang selalu dia sediakan dalam mobil. Di tangannya terdapat jaket berwarna sama gelapnya.

"Nih." Dia menyerahkan jaket yang dipegangnya untuk Nashira.

"Kenapa?"

"Aku mau nonton. Sayang tuh tiket kamu."

"Filmya udah mulai."

"Tapi belum selesai, kan?"

Nashira menganggukan kepala, dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi nelangsanya sama sekali. Argha mengulurkan tangan, membuat Nashira mendongak dan bertemu pandang dengan matanya. Pria itu menyunggingkan senyum tipis yang perlahan membuat Nashira meraih tangannya, lalu berdiri dengan gerakkan super lemas.

"You actually look so good in this dress."

"Tadi dipilihin Kuka."

"Senyum dong, sayang banget loh udah cantik-cantik begini tapi cemberut begitu."

Nashira menggelengkan kepala dengan bibir yang masih manyun. Dia masih tidak bisa memaksakan senyum sama sekali. Rasanya masih sedih, walau dia sudah meyakini Rico kalau dia baik-baik saja.

Tangan mereka terlepas dengan Argha membawakan dua minuman dan satu kotak popcorn yang tadi tergeletak di sebelah Nashira.

Studio yang berisikan film komedi romantis asal Amerika Serikat itu hanya berisikan 5 penonton termasuk mereka. Nashira duduk di tempat duduk yang dia pesan, berikut Argha di sebelahnya. Perempuan itu meletakkan jaket Argha di atas pangkuan. Film sudah tersiarkan sampai setengah jalan, menjadikan keduanya sama sekali tidak mengerti alurnya.

"We have never done this before."

"Hm?"

"Nonton bioskop," jelas Argha. Itu benar, selama lima tahun pernikahan, ini merupakan kali pertama keduanya nonton bioskop berdua. "Aku pikir kamu gak suka karena gak bisa kedinginan."

Nashira menganggukan kepala. Dia memang kurang suka menonton bioskop, lebih suka menonton film di rumah dengan suhu yang tidak perlu membuat tubuhnya menggigil. Ah, baru beberapa menit saja, dia langsung mengenakan jaket yang dipinjamkan Argha.

Tapi, sekali lagi, ini demi En Rico.

"Kan yang aku mau tuh pacarannya."

"Kayak anak SMP aja pacaran di Bioskop."

"Aku pas SMP gak pernah pacaran."

Argha menahan kekehannya, jelas dia tidak bisa mengganggu penonton lainnya. Alhasil, dia kembali mengunyah popcorn yang berada di sisi kursi Nashira.

"Kok kamu ambil popcorn aku terus sih? Kan kamu gak suka manis."

"Oh iya." Argha baru sadar kalau yang sejak tadi dikunyahnya itu popcorn rasa caramel. "Gak apa-apa lah sekali-sekali."

"Yaudah, daripada dibuang."

Dia kembali fokus memandangi layar yang menampilkan adegan lucu. Sambil memasukkan tiga butir popcorn ke dalam mulut, Nashira seketika tertawa terbahak sampai matanya sedikit berair. Adegannya lucu sekali, saking lucunya, dia sampai melirik ke arah Argha untuk memastikan pria itu juga tertawa.

Masalahnya, Argha tidak tertawa. Kepalanya terarah pada Nashira, dan matanya fokus memandangnya. Sehingga saat Nashira melirik ke arahnya, mereka malah bertemu pandang. Bukan hanya sekilas, tapi berdetik-detik yang bikin tawa Nashira perlahan pudar dan dia kebingungan salah tingkah karena Argha tak kunjung buang muka. Jantung Nashira jadi berdetak cepat, dia terpaku sekaligus terlena. Sementara Argha perlahan memajukan tubuhnya, nyaris memejamkan mata.

"Kenapa gerak-gerik kamu kayak mau mencium aku?"

Mata Argha kembali terbuka. "Emang iya." bisinya dijarak bibir yang cukup dekat.

"Gak boleh!" cegah Nashira.

"Why?"

"I have a boyfriend," ucapnya jujur. Dia memang marah dan kecewa pada En Rico tapi bukan berarti dia berhak menghianatinya, kan?

"Seriously?"

"Aku setia," tekannya.

"But, I am your husband, Mrs. Prahdjati."

"Soon-to-be ex husband," koreksi Nashira lagi, mengingatkannya pada fakta yang akan dihadapi keduanya.

"Ouch," keluh Argha. "It hurts."

Nashira masa bodoh, dia tahu Argha hanya berpura-pura. Perempuan itu melanjutkan pandangan ke arah layar, lalu sesekali terkekeh sambil menguyah popcorn.

Bagaimanapun, mereka hanyalah dua orang dengan kebersamaan lima tahun yang akan berpisah.

***

cibu vote ama 500 komen dong buat next chapter biaaaar ocir cemungudh merusak kebahagiaan ager hahahahaha

Let's (Never) Get DivorcedWhere stories live. Discover now