16

11.7K 1.9K 690
                                    

Perempuan yang baru turun dari Jeep itu menutup pintu tanpa ucapan apa-apa. Kakinya melangkah cepat. Tidak ada senyum sama sekali yang terbingkai pada raut dinginnya.

Argha menyusul. Mau tidak mau membuntuti karena mereka menuju kediaman yang sama. Pria yang selalu punya cara mengganggu Nashira itu akhirnya menyerah juga, apalagi saat menyadari punggung tangan perempuan di depannya sesekali menyentuh pipi.

She is crying, obviously. Walau tanpa suara.

"Ibu, maaf, untuk kesehatan janin diusahakan untuk tidak stres dan jangan lupa minum vitamin yang saya resepkan," perkataan dokter setelah menuliskan resep untuk istrinya itu masih terngiang jelas di kepala Argha.

Ah, bahkan kini tangannya menenteng plastik berisikan obat dan vitamin untuk Nashira. Perempuan itu masih terguncang dengan kenyataan yang harus diterima. Sementara Argha sama sekali tidak menyangka kalau bercandaan tidak lucunya malah menjadi nyata.

Argha hanya asal bicara ketika menyebut Nashira hamil, testpack yang dibelinya murni untuk seru-seruan.

Tapi, kenapa tiba-tiba malah dia yang ikutan kena prank semesta?

Nashira masuk ke dalam lift, yang langkahnya masih diikuti oleh Argha. Dia mendengkus kesal, tidak melirik ke arah Argha sedikitpun. Bahkan ketika lift sampai ke lantai mereka, langkah kakinya masih terburu-buru. Jari-jari lentiknya menekan pin, membuka pintu dan membiarkan tertutup tanpa menunggu sosok di belakangnya.

Kuka berlari menelusuri lorong untuk menyambut keduanya di pintu, memberikan gonggongan ringan yang sayangnya tidak juga membuat Nashira menghentikan langkah sekadar untuk menyapa balik Kuka. Dia masuk ke dalam kamar, menutup pintu dengan keras dan menguncinya rapat-rapat.

Kuka mendekati Argha yang meletakkan sepatunya dalam rak sepatu, lalu mengikutinya yang berjalan sampai berdiri di depan kamar Nashira.

"Mami is upset," jelasnya sambil menunduk menatap Kuka di lantai.

"..."

"Yes, my fault." Dia mengaku dan menjadi apa adanya.

Bichon putih itu kembali menghentak-hentakkan kakinya. Kepalanya dimiringkan sedikit, mata bulatnya yang nyaris tertutup bulu masih menatap Argha penuh tanya.

"And yes, we have to sleep here again," ucapnya melirik ke arah set sofa living room tidak jauh dari mereka.

Lagi-lagi, Argha membatalkan rencananya untuk keluar dan menghabiskan Jumat malam yang masih panjang bersama teman-temannya.

Dia masih berdiri di depan pintu kamar, tangannya membentuk genggaman, yang hampir dia layangkan, tapi berakhir ditahannya.

"Take your time, Nash."

***

23.49
From Mi Amour
By, kamu lagi apa?
Kok chat aku gak dibales?
Aku udah gak sabar mau ketemu kamu
Miss u so bad, my love

Nashira tidak sanggup membuka notifikasi di layar handphone dan membuka chat-chat dari Rico.

Dadanya terasa panas. Dia hanya bisa berbaring di kasur. Tubuhnya meringkuk menghadap dinding. Tangannya bergerak lemas menghapus air mata yang jatuh, alhasil mulutnya merasakan asin.

Seharusnya, dia menjalani malam ini dengan penuh suka cita. Nashira sudah membayangkan kalau akan disibukkan dengan persiapan kencannya, bahkan meminta bantuan Kuka lagi untuk memilihkan outfit yang sempurna untuk kencan spesialnya bersama Rico. Mukanya dipenuhi oleh masker yang bisa membuatnya berseri besok pagi, bukan malah dipenuhi air mata.

Sampai detik ini, Nashira masih berharap kalau ini mimpi.

Semuanya terjadi terlalu cepat.

Well, only God knows how much she wants to get pregnant and become a mother. Namun, situasi saat ini sama sekali tidak tepat dan dia hamil dari lelaki yang menurutnya juga... tidak tepat. Hanya perlu selangkah lagi, dia bisa meninggalkan pernikahan tanpa cintanya dan bersatu dengan sosok yang dia cintai dan mencintainya.

Let's (Never) Get DivorcedWhere stories live. Discover now