11

8.7K 1.6K 225
                                    

Nashira sudah turun dari mobilnya sejak beberapa saat yang lalu, tapi wangi vanilla-fruity masih tertinggal, mendominasi bahkan berhasil mengalahkan air freshener mobil yang menyebarkan wangi musk-citrus.

Berstatus sebagai suami yang akan diceraikan, Argha memang tidak tahu banyak tentang Nashira. Setahun belakangan, dia bahkan lebih suka tinggal di apartemennya yang lain daripada pulang ke rumah bersama Nashira. Bisa disimpulkan kalau dia tidak tahu apa-apa lagi tentang Nashira. Namun, dari sedikit hal yang bisa dia ingat mengenai sang istri, wanginya tidak seperti ini.

Nashira identik dengan wangi powdery yang lembut. Dia suka menjadi sosok misterius, dan setahu Argha, kebanyakan parfumnya menebarkan wangi tipis-tipis yang bikin betah. Makanya kalau mengobrol dengan Nashira, Argha suka iseng memaju-majukan kepalanya sementara perempuan itu reflek memundurkan tubuhnya dengan raut kebingungan yang lucu.

Bahkan di bioskop kemaren, wanginya masih powdery yang lembut.

Argha sadar wanginya berbeda mungkin saat mereka memasuki ruang mediasi. Lawyer perempuan itu berjalan di depan, sementara Nashira berjalan beriringan di sebelahnya yang bikin Argha harus memelankan langkah.

"Aku gugup banget, this is my first time," ungkapnya pelan memainkan tangannya. "Kamu pasti biasa aja karena udah sering masuk ruang sidang."

"Nggak sesering Reno," balas Argha, membahas lawyernya yang berjalan di belakang mereka. "Corporate lawyer lebih sering di kantor."

"Jadi jarang ke pengadilan?"

Argha mengangguk. "Paling sesekali kalau diminta pro-bono."

"Oh, kayak kasus yang waktu itu ya?"

"Iya," ungkap Argha. "Aku juga gugup," akunya kemudian.

Itu akhirnya berhasil bikin Nashira tersenyum, mungkin karena dia merasa tidak sendirian. Argha baru saja mau memegang tangannya, atau menanyakan perihal parfumnya untuk basa-basi tapi Reno malah maju dan berdiri di tengah-tengah mereka, mendorong Argha agak ke sisi lainnya.

"Kalau mediator lihat kalian kayak gini, yang ada kalian dipaksa rujuk!"

Di saat itu juga, Nashira buru-buru untuk berjalan di sebelah lawyernya. Seperti baru saja mendengar hal menakutkan.

Baiklah, mungkin Argha kejauhan menganalisis parfum yang digunakan Nashira. Bukannya dia tidak suka wangi barusan, justru itu wangi feminim yang paling disukainya. Dan kalaupun dia betulan bertanya alasan Nashira mengganti parfumnya, jawabannya pasti tidak akan jauh-jauh dari,

"Rico suka banget wangi ini, makanya aku pake!" dengan raut ceria, bahagia dan mata penuh binar.

Atau bahkan mungkin parfum yang digunakannya itu dihadiahi oleh pria itu.

Sebanyak apapun Argha tidak mau ikut campur urusan Nashira dan Rico, sisi baiknya tetap ingin mengingatkan Nashira untuk tidak menjadi orang lain karena cinta, itu hanya akan berakhir melukainya. Sayangnya, dia tidak yakin harus ikut campur lagi, selain orang yang jatuh cinta juga tidak akan mendengarkan siapa-siapa.

Mobil Argha sudah melaju jauh dari tempat dia menurunkan Nashira, wangi vanilla-fruity yang sangat manis itu juga perlahan menghilang. Argha berkutat dengan keramaian jalan, beberapa saat lagi mencapai kantornya. Di tengah bibirnya menggumamkan lagu yang berputar dari audio mobil, telinganya menangkap dering lain yang makin berisik dari bangku penumpang.

Sesaat, Argha mencoba mengabaikan. Sayangnya dering demi dering lain tak kunjung berhenti bernyanyi. Lampu lalu lintas di persimpangan jalan menunjukan warna merah, kesempatannya untuk membuka safety belt dan menggerakan tangan mencari sumber bunyi di sudut-sudut kursi di sebelahnya.

Let's (Never) Get DivorcedWhere stories live. Discover now