10 || Coretan Raka

9.4K 1.2K 240
                                    

Halo, terimakasih kamu masih bertahan sampai chapter ini. Sampai ending book nanti aku bakal terus berharap dapat feedback dalam bentuk vote & komentar dari kalian guys, meskipun tulisan aku masih amburadul 🙏.
Seenggaknya ada motivasi buat lanjutin ide yang suka datang dan pergi sesuka hati ini.
🥲😭💚
.
.

Raka pulang dari sekolah dengan ransel di pundaknya, langkahnya lelah setelah sehari penuh pelajaran. Saat membuka pintu rumah, dia melihat Naka yang tertidur pulas di sofa ruang keluarga. TV menyala dengan suara pelan, dan di atas meja terdapat buah nanas segar dan sekaleng soda dingin. Raka mengintip wajah polos Naka yang tengah tertidur, lalu dengan senyum tipisnya, dia menyebut, "Mukanya kok bayi banget."

Raka kemudian mematikan televisi dengan lembut, tidak ingin mengganggu tidur Naka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raka kemudian mematikan televisi dengan lembut, tidak ingin mengganggu tidur Naka. Dengan langkah-halus, dia melangkah menuju lantai dua untuk mandi, merasakan kehangatan harinya perlahan menghilang dengan air yang mengalir di atas tubuhnya.

Setengah jam berlalu, Raka sudah segar dengan balutan celana pendek dan kaos lengan pendek berwarna merah. Saat dia melangkah turun tangga, dia terkejut melihat Saka yang sudah duduk dengan kaki bersila di atas sofa, sementara Naka terlihat nyaman berbaring di pahanya. Keduanya tengah asik menyantap buah nanas sambil menonton TV.

Raka bergabung dengan kedua kakaknya, meskipun dia duduk di sofa yang berbeda. Dia meraih toples kacang di atas meja sambil bertanya pada Saka, "Kapan pulangnya, Mas? Kok tiba-tiba nongol?"

"Baru aja," jawab Saka sambil melahap potongan nanas. Matanya fokus menatap layar televisi.

"Mau!" Naka membuka mulutnya memberi isyarat pada Saka bahwa dia juga ingin menikmati buah tersebut. Akhirnya, Saka memberinya potongan nanas tanpa berkomentar.

"Na, Mas kesemutan," kata Saka dengan nada agak kesakitan. Namun, Naka tetap tak peduli dan terus berbaring di paha Saka. Dia malah sibuk mengomentari acara TV yang mereka tonton.

"Na, kesemutan sumpah, gak bohong," ulang Saka dengan nada lebih meyakinkan. Raka di tempatnya sudah terkekeh menertawakannya sambil tetap menikmati kacang.

"Kesemutan doang. Mau gue ludahin? Katanya langsung ilang kalo dikasih ludah," canda Raka dengan senyum khasnya.

"Jorok!" protes Saka, namun Naka hanya tertawa kecil tanpa ada niatan memindahkan kepalanya dari paha sang kakak.

"Ya udah," ujarnya sambil tetap asyik menonton acara TV, mengabaikan keluhan kesemutan Saka.

"Ni bocah, ya," celetuk Saka dengan nada ringan.

"Nanti ilang sendiri, Mas. Tenang. Btw, bapak kok belum pulang ya jam segini?" tanya Naka, sambil menatap jam dinding bersama kedua saudaranya.

"Ada yang di-chat bapak, nggak?" imbuhnya.

Semua langsung memeriksa ponsel masing-masing, dan mereka kompak mengeluarkan jawaban serupa, "Enggak."

"Hampir isya' loh ini, gak biasanya bapak lembur tanpa ngabarin," ujar Naka yang kemudian bangun. Tanpa dia sadari, gerakan spontannya membuat Saka diam-diam bersyukur dan segera menurunkan kakinya.

Geng BratadikaraWhere stories live. Discover now