18 || Hot Latte

8.1K 1.3K 728
                                    

Aku up setelah 900 vote + 550 komentar. Kalian chapter kemarin ngebut banget, salut, keren banget 🔥😭💚
.

Di tengah hiruk-pikuk kantin, suasana bercengkrama antara Raka, Cello, dan yang lain terputus ketika Sherina tiba dengan wajah serius.

"Raka." Suara Sherina memecah kegembiraan mereka.

Raka menoleh seraya mengangkat kepala. "Ya, Sher?"

"Bisa ngobrol sebentar?" Suara Sherina terdengar penuh urgensi.

Raka terdiam sejenak, tahu bahwa pembicaraan ini mungkin tentang ulahnya dengan Panji sebelumnya. "Gue—"

"Gue mohon sebentar aja ikut gue," pintanya. Ia segera meraih tangan Raka dan menariknya keluar dari keramaian kantin.

Keduanya sampai di rooftop sekolah yang diselimuti oleh keheningan, Sherina melepaskan tangan Raka dengan gerakan tegas, kemudian menatap wajahnya dengan tatapan kecewa yang menusuk.

"Sher, gue—"

"Harus banget ya lo ladenin Panji?" potong Sherina, nada suaranya penuh ketidakpercayaan.

"Dia cuma ngajak tanding basket," ungkap Raka.

'O ya? Terus ini apa?" tanya Sherina sambil menunjuk luka di wajah Raka. "Kalo cuma basket, kenapa lo sampe luka begini?"

"Ini nggak sengaja jatuh."

"Kenapa bohong sih, Raka? Gue jadi ngerasa jahat banget sama lo sekarang, tau, gak? Gara-gara gue, lo jadi—"

"Itu kemauan gue sendiri, Sher. Gue emang bukan pacar lo, tapi gue nggak akan rela lo pacaran sama orang kayak panji," ucap Raka dengan suara tegas.

"Nggak rela?" tanya Sherina, matanya mencari kebenaran.

"Iya, gue nggak rela. Panji terlalu bajingan buat lo," jawab Raka, dan suasana rooftop semakin terasa hening.

Sherina terdiam, wajahnya tak lepas dari Raka.

"Gue tau kita cuma pura-pura, tapi—"

Raka berhenti bicara saat tiba-tiba Sherina melempar senyum hangat. Sejenak, keheningan rooftop diramaikan oleh desiran angin.

Beberapa saat kemudian, Sherina bersuara, "Makasih Raka, tapi gue mohon, tolong jangan ladenin panji lagi ya, Raka. Gue beneran gak mau lo kenapa-napa."

Raka mengangguk.

"Janji dulu," tawar Sherina, menawarkan kelingkingnya.

Tanpa berpikir panjang, Raka mengaitkan kelingkingnya. "Iya, janji."

💚💚💚

"Janji?"

Naka duduk sendirian di depan TV ruang keluarga yang menyala, gumamannya terombang-ambing di dalam keheningan. Sorot cahaya biru dari layar TV menerangi wajahnya yang penuh pemikiran.

"Kenapa banyak orang ngira janji itu jalan keluar terbaik?" gumam Naka sambil menatap layar. Suara-suara dramatis dari program televisi menyatu dengan refleksi cahaya yang terpantul di matanya.

Ditengah fokus Naka, seseorang terdengar membuka pintu rumah. Pemuda itu langsung memalingkan wajahnya. "Kesambet apa pulang jam segini?" celetuknya melihat Saka muncul dengan langkah gontai lalu berbaring di sampingnya. Saka semena-mena menggunakan paha naka sebagai bantal.

"Panas Ya Rabb! Punya es, nggak, Dek?"

Naka menggeleng. "Gofood aja gimana?"

"Boleh deh, cari yang seger," jawab Saka.

Geng BratadikaraWhere stories live. Discover now