Pertemuan

739 35 3
                                    

*Mereka bertiga pun pulang memasuki portal yang menuju ke rumah mereka.

Nelson POV

Setelah kami berempat tiba di rumah kami masing-masing, aku masih bingung apa kegunaan Tiara yang kutemukan di Kerajaan Tua tadi. Setelah sampai di rumahku -yang juga rumah Adhit pastinya- aku langsung melakukan rutinitasku. Setelahnya, aku menghempaskan tubuhku di kasurku yang empuk. Tanpa sadar, aku sudah terlelap diatasnya dengan nyenyak.
Cahaya matahari yang memantul dari luar jendela berhasil menembus helm kacaku ini. Aku pun dibuat terbangun olehnya. Aku masih duduk di atas ranjangku. Tiba-tiba Adhit masuk ke kamarku.
"Neeell, banguuun dah paag- gii, eeeehh.. ternyata sudah bangun ya, hehe.. yaudah buruan mandi!" perintah Adhit.
"Hhhmm.." dengusku melihat kelakuan Adhit itu.
Aku pun bangkit dari tempat tidurku dan melakukan apa yang diperintahkan Adhit.

*1 jam kemudian
Aku bosan, aku tak ingin terkekang di ruangan ini, aarggh bisa stress aku kalo di rumah terus-menerus. Aku pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan saja ke sekeliling 'village' ini.
Aku berjalan santai sembari menikmati pemandangan di sekitar sini. Sepertinya aku tak memperhatikan jalan sehingga aku menabrak seorang wanita. Dia pun berdiri sembari mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Aduh aduh, maaf mas saya sedang terburu-buru, mari saya bantu berdiri." ucap perempuan yang tak kukenal itu.
"Eh, saya juga minta maaf mbak, saya nggak lihat jalan," ucapku sembari menyahut tangannya dan berdiri.
"Mbak namanya siapa kalo boleh tahu?" tiba-tiba saja aku mengeluarkan kata-kata itu.
"Ummm.. Boleh kok, nama saya Emma, nam-" tiba-tiba seseorang memanggilnya "Ah maaf mas, saya duluan ya. Sampai jumpa" ucapnya sembari melambaikan tangannya. Aku juga melambaikan tanganku dan tersenyum kearahnya.

*30 menit kemudian..
Akhirnya aku kelelahan dan memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah..
"Aku pulaaangg~ , eeeh Yudha dan Irfan maen ke rumah yaa? Ada apa nih kok ngumpul?" tanyaku sembari berjalan ke arah mereka.
"Gapapa kok, kita cuman mau main kesini aja" jawab Yudha.
"Oooh.. Eh btw, aku mau ngasih tau kalian semua.. Jangan kaget ya" ucapku sungguh-sungguh.
"Kalian tau gak? Kemaren di Kerajaan Tua, tempat terakhir yang kita kunjungi, aku menemukan benda aneh yang berkilau diatas tumpukan tulang-belulang," ucapku lalu berhenti. Aku menutup pintu dan gorden jendela ruang tamu, supaya tidak ada yang mendengar percakapan kami.
"Setelah itu, aku berusaha memanjat untuk mengambil benda berkilau itu. Aku pun berhasil mendapatkannya dan aku tak percaya benda apa yang kutemukan tersebut, benda itu adalah seb-" ucapku tersendat karena aku mendengar suara benda jatuh dari luar rumah. kami berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Ternyata, ada seorang anak kecil yang tadi sempat menguping pembicaraan kami.
"Hei! Tidak tahu sopan santun ya kamu! Berani beraninya menguping, masih kecil pula!" geramku melihat anak laki-laki itu. 
"Tunggu dulu sebentar Nel, kita dengarkan dulu penjelasannya." cegah Adhit sebelum kemarahanku melunjak.
"Hhuh, yasudah. Cepat bicara mengapa kamu menguping kami." ucapku kepada anak itu.
"M-maaf kak, aku tidak sengaja. Aku hanya disuruh Kak Emma untuk mencari alamat Kakak." ucap anak itu sedikit terisak.
"E-E-Emma?" aku kembali teringat pada seseorang yang bernama Emma itu. Sementara Yudha menenangkan anak laki-laki itu agar tidak menangis. Aku mempersilahkan anak itu masuk ke rumahku.
"Hei, siapa namamu? Bagaimana bisa kau mengenaliku? Mengapa Emma mencariku?" aku mengajukan beberapa pertanyaan untuknya.
"Namaku Ray, aku mengenalimu sejak aku bertemu denganmu di pasar, apa kau masih ingat kalau kau pernah menolongku dari preman yang memalakku? Aku yatim piatu, dan aku hanya tinggal di depan rumah orang yang baik hati mengijinkanku untuk bermalam disitu bersama adik-adikku. Aku dibayar oleh kak Emma untuk mencarimu dengan penjelasan ciri-cirimu." jelasnya.
*degg* hatiku serasa nyeri mendengar kisah hidupnya. Aku menatapnya dengan iba, begitu juga dengan Adhit, Yudha, dan Irfan. Mereka merasa kasihan dengan anak ini.
"Uhhmm, baiklah Ray. Bawa kami ke tempat Emma." perintahku padanya.
Ray hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

Baru 15 menit kami berjalan, Adhit, Yudha, dan Irfan menanyakan siapa itu Emma.
"Ah dia hanya tak sengaja bertemu denganku di jalan tadi." ucapku tak acuh.
"Apa tempatnya masih jauh Ray? Pegel nih." ucap Irfan tiba-tiba.
"Umm.. Sebentar lagi nyampe kok Kak." jawab Ray.

*Setelah tiba di rumah seseorang
"Nah, dah nyampe kok Kak, ini tempatnya, rumah Kak Emma!" ucap Ray.
Lalu seseorang membuka pintu rumah itu dan menyuruh kami untuk menunggu di ruang tamu.
"Permisi, Saya panggilkan Nn. Emma dulu tuan-tuan.." ucap wanita paruh baya, yang ternyata seorang pembantu tersebut.
Tak lama kemudian, muncul seorang Perempuan berambut putih, bermata biru, dan memakai dress magenta yang terbalut kemeja batik dan memakai rok berwarna cream tersebut. Lalu dia duduk di depanku.
"Halo, Nelson? Namamu Nelson kan?? Maaf sebelumnya merepotkanmu dan teman-temanmu untuk datang kesini. Tapi aku ingin menyampaikan sesuatu padamu." ucap wanita tersebut.

Kira-kira apa yang ingin dikatakan oleh Emma? Mengapa Emma sampai membayar Ray hanya untuk mencari Nelson? Simak terus kelanjutan ceritanya yaa!







——————————————————
Gimana gimana??
Apa sudah panjang? :3
Atau.. Masi kurang panjang juga? :'3
Akhirnya author bisa up chapter 4 yeaay! :3
Ada yang setuju kalo cerita ini up 2 minggu sekali? Comment yaa:3
Jangan lupa terus support saya yaa:3!
Tinggalkan comment dan selalu dukung saya manteman!
Terimakasiiiihh~
See you in the next chapter;3

[TAMAT] 4Brothers Minecraft Indo FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang