Mengungkap Rahasia

530 28 10
                                    

Bulan purnama bersinar redup, seakan mewakili perasaan hati mereka. Dinginnya udara malam hari pun merambah masuk hingga ke relung badan mereka.

Zenmatho, Adhit, dan Siver berjalan menyusuri hutan. Zen memeluk dirinya sendiri karena udara dingin di sekitarnya. Tak ada perbincangan diantara mereka.

'Semoga mereka berdua baik-baik saja' batin Zen.

'Aku lapar' gumam Adhit kecil.

'Sepertinya tuan Zen kedinginan' pikir Siver.

Mereka bertiga masih larut dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga sebuah siluet putih melewati mereka berdua. Zen yang mempunyai insting yang kuat pun mendadak berhenti berjalan.

"Eh? Ada apa tuan Zen?"

"Siver, apa kau melihatnya??" tanya Zen.

Srek srek!
Swiisshh~

Siluet putih itu kembali melintas dihadapan mereka. Tapi kali ini lebih cepat hingga Zen tak mampu merasakan keberadaannya.

DEG!

Meskipun Zen tak mampu merasakannya, tapi tidak berlaku bagi Siver. Siver mencengkram erat dada kirinya. Jantungnya berdetak jauh lebih cepat.

"A-ada apa Siver?!" tanya Adhit cemas.

"M-mata putih itu....." jawab Siver menerawang. Ia menggigit bibir bawahnya. "Tuan! Kita harus segera menemukan tuan Erpan juga Kak Nelson!!" ucapnya khawatir.

"Jangan gegabah, Siver! Kita harus tetap waspada! Mungkin ini hanya jebakan!!" ujar Adhit menenangkan.

"Tapi kak! B-baiklah.." ujar Siver akhirnya.

Sriing!

Zen mengeluarkan Diamond Sword nya. Melihat hal itu, Adhit juga ikut mengeluarkan Sword nya.

Siver yang tadinya menunduk, kini mendongakkan kepalanya. Telinga nya yang runcing nampak bergerak-gerak, mengikuti gelombang suara samar-samar yang tak mungkin terdengar oleh telinga 'player' biasa.

'Akh, kaki ku!'
'........................'
'Jangan tekan lenganku! Sakit anjir!'

"Tidak salah lagi! Itu pasti suara mereka!! Aku pasti tak salah dengar!!" batin Siver.

"Tuan Zen, Tuan Adhit!! Ayo cepat ikut aku!!"

"Baiklah!" jawab Zen disertai anggukan Adhit.

Siver pun melesat dengan sangat cepat. Adhit dan Zen agak kepayahan karena mengikuti Siver yang melesat secepat cahaya.

"S-siver! Tunggu!"

Teriakan mereka berdua sepenuhnya tak didengar oleh Siver. Kini ia hanya berpusat pada beberapa desahan suara yang terdengar.

"Kak Nelson! Tuan Erpan! Tetaplah berbicara!" batin Siver cemas.

"Siver tunggu!!" teriak Adhit.

Adhit merasakan sebuah bahaya besar yang mengancam Siver. Ia mencoba berteriak, namun percuma, Siver tak bisa berfokus pada suaranya.

Swoosshh..
Aura jahat itu makin mendekati Siver.

"Siver!!!!!" teriak Adhit kembali sambil menarik lengan Siver.

Siver tak menyadari hal itu. Reflek ia tertarik oleh Adhit dan terbentur pada dada Adhit.

"Siver! Sumpah tadi itu gak lucu!!"

Pats!
Siver mengerjapkan matanya beberapa kali.
"K-kak Adhit?? Ada apa??" tanyanya bingung.

"Sumpah itu tadi ga lu--"
"Siver, mata kananmu, putih..."

"Hah?? Apa?! Tapi tunggu itu tak penting! Aku harus segera mencari suara mereka berdua sebelum suara mereka menghilang!!!" pekik Siver.

"Suara...... mereka??" ujar Zen dengan dahi yang berkerut.

"Iya! Suara mereka! Kak Nelson, juga tuan Erpan! Aku mendengar mereka merintih!" ungkap Siver mantap.

"Kalau begitu, ayo cepat lacak dimana mereka berada, sebelum terjadi suatu hal dengan mereka"
"Bimbinglah kami menuju suara itu" Ucap Zen.

"Baiklah tuan!"

-

"Pan, lo tau gak ini dimana, gelap pan, takut"

"Buset dah ngapa elo malah takut ma kegelapan??! Mending lo bantu gue ngelepas nih tali-tali sialan" ujar Irfan sembari menggeliat berusaha melepas tali yang mengekang tubuhnya.

"Lu pikir gua udah lepas gitu, hah?? Ini juga gue berusaha ngelepas anjir!"

"Mending elo diem deh, bacot mulu"

"Dih! Yaudah! W di---" SrakSrakSrak! "Mampus buset apaan itu, P-pan, elu, d-dimana??" ucap Nelson dengan badannya yang sedikit bergetar.

"Ssstt, diem lu bocah!"

"P-pan, disini, kok, h-hawanya, dingin ya??

"Ssstt dieemm begee"

Drap drap drap..
Wuuussshhh..

Seiring dengan terdengarnya suara langkah kaki yang mendekat, hawa dingin menjalar dari ujung kaki mereka hingga ke relung badan mereka. Erpan cemas, terlebih Nelson.

Nelson menelan salivanya dengan susah payah, nampaknya, dia sudah pasrah.

"E--erpaaannn, m-maafin segala kesalahan gue yak, s-sampai jumpa di surga.." bisik Nelson dengan menutup matanya.

"Buset dah! Nel!! Jangan takut Nel!! T-tenang Nel, tenang!!" bisik Erpan berusaha menenangkan Nelson.

"Er. pan."
"Nel. son."
"Akhirnya, aku dapat menemukan kalian, tak sia-sia perjuanganku, haha"

"T-tidak mungkin..."
"Tuhan, s-selamatkan kami.."

























_________________________________________
Hohoho
Holaaaa, berjumpa lagi dengan author termalas sedunyah //kabur

!!!HAPPY 4K+ READER'S!!!
!!!THANKS TO KEEP READING THIS TRASH FF!!

Special 4K reader's nya, author mau persembahin sesuatu untuk kalian, hehehe..

Ini diaaa, Hehehehehe, penampakan seorang 'peri brocoli' Nelson, hehe xDSiver! Let me Introduce to you, this is Siver, wkwkwk xD

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Ini diaaa, Hehehehehe, penampakan seorang 'peri brocoli' Nelson, hehe xD
Siver! Let me Introduce to you, this is Siver, wkwkwk xD

Maafkan apabila tidak sesuai dengan ekspektasi kalian yaa :'
Background credits to : @Cube on Line

Udah ah, author ga mau berbasa-basi lagi.. :'3
Terimakasih atas 4K+ Reader's nyah :'D
See you in the next chapter~

Taqabbalallahu minna wa minkum
Taqabbal yaa kariim
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
Mohon Maaf Lahir dan Batin yaa

*mohon maaf apabila author sampah ini sering mengecewakan kalian semua :'((*

[TAMAT] 4Brothers Minecraft Indo FanfictKde žijí příběhy. Začni objevovat