Terror Malam

487 19 13
                                    

Bzzztt Bzzztt
Ctik ctik!
Clank!!
Ctik ctik!

Suara itu menggema di telinga Erpan. Suara lampu-lampu yang berkedip dan mati-nyala-mati-nyala.

Tagihan listrik itu belum dibayar, atau mungkin bohlam-bohlam itu hendak mati karena usianya yang sudah tua, pikirnya.

Malam itu, Irfan sedang berjalan seorang diri melalui lorong-lorong yang ia gali tepat di bawah tanah. Yaa, malam itu, Irfan sedang berjalan pulang menuju rumah tercintanya. Seharian ini ia mining karena pasokan 'coal' miliknya habis, dan mau tak mau ia harus mining.

Entah mengapa malam ini Irfan merasa bahwa ada yang 'berbeda' dari malam-malam biasanya. Malam ini terasa begitu sunyi, entahlah, mungkin hanya perasaannya saja.

Saat Irfan sedang berjalan sembari berdendang kecil, tiba-tiba Irfan melihat siluet putih yang baru saja lewat didepannya. Sontak saja Irfan memberhentikan langkahnya sejenak karena terkejut.

"Ebuset, apaan itu tadi yak? Ah udahlah mungkin firasatku aja. Lagipula mungkin aku pulang kemalaman, jadi capek." gumamnya tak acuh.

Irfan pun melanjutkan langkahnya.

°°°

Pagi harinya...
"Zeeeennnnn, ambilin handuk ku Zeeennn" seru Erpan berteriak memanggil Zen.

Zen yang sedang memasak macaroni pun menghentikan aktivitasnya sejenak, dia mengecilkan api kompor dan berdecak sebal lalu mengambil handuk Irfan yang berada di kamarnya.

Zen mengetuk pintu kamar mandi kemudian Erpan membukanya dan menyembunyikan separuh badannya di belakang pintu.

"Kebiasaan baru, ya? Lupa ga bawa handuk dan teriak-teriak. Ckckck"

"Hehehe, maaf ya Zen" ucap Erpan nyengir.

"......."

"Kok diem aja? Mana handukku?"

"1 lagi bang Irfan, tolong, biasakan memakai 3 magic words yaitu 'tolong, maaf, dan makasih'."

"Lupa, heheheh, maaf ya babang Yudha, dan makasih juga udah diambilin handuknya.." ucap Irfan sekali lagi dengan cengiran khasnya.

"Hm" jawab Zen

°

5 menit kemudian Irfan telah keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan pakaian yang rapi. T-shirt hitam beserta hoodie kuning dan topi hitamnya yang khas. Ditambah mengenakan jeans hitam dan sneakers hitam favoritnya.

"Mau kemana Fan?" ujar Zen sembari menyantap macaroni-nya.

"Mau kerumah Nelson dulu bentar"

"Ada urusan apa?"

"Biasaa, urusan pria" jawab Erpan berlalu pergi.

'emang aku juga bukan pria gitu?' batin Zen

°

Sebenarnya, banyak sekali hal-hal yang masih Irfan pikirkan sampai saat ini. Berbagai pertanyaan berada di benak Irfan, dan untuk menjawab semuanya, Irfan merasa perlu untuk menanyakannya pada Nelson.

Sesampainya disana...
"Jadi gitu ceritanya Nel.."

"Hmm, iya juga ya, ngapain kok bisa kayak gitu?"

"Makanya gue kesini berharap dapet jawabannya dari elo! Eh sama aja ternyata elo-nya juga nggak tau" gerutu Irfan mengunyah sepotong nougat pemberian Nelson.

[TAMAT] 4Brothers Minecraft Indo FanfictWhere stories live. Discover now